Chapter C (Haechan's Missing Pieces Pt. 5)

1K 107 36
                                    

"Jadi, selama sebulan ini kau tidak benar-benar menghilang?!"

Masih dalam keadaan memandangi para bintang yang mulai bersembunyi di langit malam, Mark mengangguk.

"Kau bahkan sering menyelinap masuk ke kamarku saat aku tertidur?!"

Lagi-lagi Mark mengangguk.

"Kau juga meminta Chenle dan Jisung menemuiku di sungai pinggir kota, karena tahu aku pasti ke sana?!"

Untuk kesekian kalinya Mark mengangguk.

"Di Underground? Lucas hyung? Jungwoo hyung? Calon kakak ipar? Semua itu juga ulahmu?!"

Entah sudah keberapa kali Mark mengangguk.

"Sungchan dan ladang i—"

Bahkan sebelum Haechan menyelesaikan perkataannya, anggukan dari Mark kemudian seakan mampu menyempurnakan ketidakhabispikiran Haechan saat ini.

"Aku juga ada di sana saat kau mengunjungi kafe favorit kita, dulu," ungkap Mark setelahnya.

"..."

"Perpustakaan sekolah."

"..."

"Game center."

"..."

"Theater."

"..."

"Taman bermain."

"..."

"Studio musik."

"..."

"Taman tengah kota."

"..."

"Arena."

"..."

"Semuanya."

"..."

"Aku ada di sana saat kau mencariku."

Haechan ternganga.

"Dan bukannya menemuiku, kau malah sengaja membiarkanku mencarimu ke sana-sini seperti orang gila?!"

Untuk terakhir kalinya, Mark menganggukan kepala.

Sebuah anggukan, yang berhasil membuat ketidakhabispikiran Haechan semakin tumpah seketika dalam sebuah kemurkaan.

"Dan kau menyebut semua ini balas dendam?!"

Mark sengaja mengulum senyumnya sebagai balasan, masih tanpa memandang sama sekali pada Haechan yang sudah berapi-api di sisinya.

"Brengsek!"

Secara refleks Haechan mencengkram surai madunya sendiri begitu frustasi.

"Sialan! Aku tidak mengerti kenapa aku bisa tergila-gila pada bedebah sepertimu!"

Pada akhirnya Mark tidak sanggup lagi menahan senyumnya, di sela-sela manik obsidiannya yang kini memandang Haechan secara utuh. Tak hanya itu, bahkan tanpa keraguan sama sekali, salah satu tangan Mark malah sengaja bergerilya menuju bagian pinggang sang pudu, hanya untuk membuat tubuh keduanya semakin rapat, masih dalam posisi terduduk saling berdampingan di lantai bersandarkan dinding pembatas.

Ya.

Meski percakapan di antara mereka tak luput dari pertengkaran akibat marahnya Haechan akan segala tindakan Mark yang terangkum dalam aksi "balas dendam" itu, tidak ada satupun dari keduanya yang berniat untuk mengakhiri malam tersebut dengan bergegas pulang, sehingga bukanlah hal yang aneh bila keduanya masih berada di atap sekolah meski malam semakin larut.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang