Chapter CXXIV (Seven Dream: 4)

748 67 30
                                    

Jeno tidak mengerti.

Padahal setelah malam dimana harapan terkuat Jeno benar-benar terkabul, berupa sosok Jaemin yang menculiknya dari acara pertunangannya sendiri bersama gadis lain, maupun membawanya pulang ke Kediaman Na.

Jujur.

Jeno pikir, pagi harinya akan Ia hiasi dengan kegiatan yang sama seperti malam menggairahkan yang berulang kali sempat terjadi, dengan mencumbui Jaemin hingga orang yang sangat Ia cintai itu tidak akan sanggup bangkit dari ranjang mereka.

Niatnya.

Jika saja Jaemin tak segera menyeretnya agar bersiap, dan juga berhasil memaksanya untuk menyupiri Jaemin dengan mobil sang kekasih, menuju ke sebuah rumah begitu besar dan megah seperti sekarang.

Awalnya.

Jeno yang sangat amat sekali tidak paham, alasan dari mengapa Jaemin begitu terlihat tidak ragu, untuk menyeretnya masuk ke dalam rumah yang begitu asing baginya itu. Tapi setelah manik oniksnya berhasil menemukan, betapa banyak sosok yang Ia kenali sedang berada di ruangan yang lumayan luas berlatarkan pemandangan taman yang cantik itu. Jeno memang tak sanggup menyembunyikan keterkejutannya.

Sebuah keterkejutan yang tampaknya akan dibuat semakin gila, dengan kehadiran siluet Sungchan yang Jeno ketahui sebagai sosok yang sempat dicurigai oleh Jaemin dan Renjun, sebagai musuh utama dari segala penderitaan Haechan dan Mark selama ini.

Seharusnya seperti itu.

Jika saja di detik berikutnya, tepat ketika Jaemin malah memintanya untuk terduduk di samping Sungchan yang tampak tak peduli. Jeno ingat dirinya sampai terlonjak dari duduknya penuh kebingungan, ketika menemukan sosok Pemimpin SSIA yang memang juga berada di sana sedari tadi itu, langsung bersimpuh di hadapannya dan Sungchan disertai lontaran kata maaf yang tak putus dari bibirnya.

Kala itu, berbeda dengan Sungchan yang hanya memandangi semua itu dengan dingin. Secara cepat Jeno langsung melempar pandang pada Taeyong, yang kebetulan juga berada di sana dalam posisi persis di belakang Jaehyun yang masih terisak di hadapannya; seolah-olah memang kehadiran dari paman yang Ia kagumi sejak kecil itu semata-mata untuk mendampingi sang suami; Jaehyun.

Setelahnya, Jeno sumpah tak mempercayai pendengarannya sendiri, ketika secara perlahan Taeyong mulai mengungkapkan berbagai kejadian yang Ia nyatakan sebagai realita, yang jujur malah terdengar bagaikan mimpi di telinga Jeno.

Tentu saja.

Bagaimana tidak?

Jeno...?

Dirinya...?

Dan bahkan... Sungchan sekalipun...?

Adalah putra kandung dari... Taeyong dan Jaehyun...?

Bagaimana... mungkin...?

Setidaknya itu merupakan beberapa bukti ketidakpercayaan Jeno, andaikata Mark yang juga berada di sana bersama para sahabatnya yang lain tak segera menggantikan posisi Taeyong untuk berbicara, setelah sosok paman yang mengaku sebagai orang tua kandungnya itu turut runtuh dalam tangisnya di pelukan Ten, saking tak sanggupnya menceritakan segala realita yang ada melalui bibirnya sendiri.

Dan ya.

Semakin banyak kata yang terlontar dari bibir Mark, yang bahkan turut memperkokoh posisinya bila sahabatnya itu merupakan kakak kandungnya sendiri.

Jeno masih tidak mengerti.

Atau lebih tepatnya; tak sanggup mempercayai apapun yang Ia dengar.

Setidak sanggup dirinya saat ini, yang mendapati sosok Mark dan Haechan setelahnya, tampak dengan tulus mengucapkan permohonan maaf kepada semua orang yang berada di sana, karena merasa ikut bertanggung jawab akan segala drama palsu yang selama ini menjerat mereka semua.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang