Chapter XLVI (Vague & Chaos)

1.6K 142 6
                                    

Dalam satu hari, Haechan harus menerima kenyataan bila dirinya adalah pewaris Keluarga Seo sebagai pemilik Seo Resources Group.

Dalam satu hari, Haechan harus menerima kenyataan bila dirinya akan mengalami kehidupan dan situasi yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Dalam satu hari, Haechan harus menerima kenyataan bila dirinya telah resmi menjadi calon suami dari pewaris Keluarga Jung yang ternyata telah dijodohkan dengannya sejak lama.

Dalam satu hari, Haechan harus menerima kenyataan bila calon pasangan hidupnya yang telah resmi menjadi kekasihnya itu, adalah sosok Mark yang selama bertahun-tahun menjadi musuh bebuyutannya.

Dan dalam satu hari pula, Haechan harus menerima kenyataan...

...bila jati diri dari sosok Hyungie yang selalu Ia rindukan dalam benaknya itu...

...mungkin saja benar-benar Mark.

Setidaknya hal tersebut yang dirasakan Haechan saat ini pasca acara menginap dadakan yang Ia lakoni di Kediaman Jung waktu lalu. Bahkan meski seminggu telah berlalu sekalipun, kepala Haechan tidak mampu berhenti untuk memikirkan segala detail kejadian yang ada di antara dirinya dan Mark. Termasuk reaksi dan kepura-puraan yang sengaja Haechan lakukan demi mencari jawaban dari segala keresahannya.

Haechan masih ingat dengan betul saat itu. Bagaimana setelah maniknya telah meyakini jika foto yang berada di dalam bingkai kayu berukir simpel tersebut, memanglah sosok dirinya dan Mark saat seusia SMP. Yang membuat Haechan tidak habis pikir adalah, bagaimana bisa ada foto dirinya dan Mark, sedangkan Haechan sama sekali tidak memiliki memori apapun tentang semua itu? Bahkan sekuat apapun Haechan berusaha memperkerjakan otaknya untuk menggali kepingan-kepingan ingatan yang mungkin saja masih terpendam di segala sudut otaknya pun, justru kepalanya malah terasa nyaris pecah hingga membuat Haechan nyaris muntah untuk kedua kalinya.

Beruntung, Haechan masih memiliki sisa tenaga setidaknya untuk berlari secara serampangan kembali ke kamarnya sendiri, sehingga Ia masih memiliki kesempatan untuk memuntahkan cemilan tengah malamnya di wastafel kamar mandi. Mungkin ada sekitar beberapa menit Haechan bertahan pada posisi tersebut hingga mampu dikatakan bila menu makan malamnya pun turut keluar tanpa sisa sama sekali di lambungnya. Namun sayangnya, rasa sakit yang dialami Haechan tampaknya tidak hanya sampai di situ, sebab sampai sekarang pun Haechan masih dapat mengingat dengan jelas, bagaimana tersiksanya dirinya ketika rasa pening yang mendera kepalanya tak kunjung berhenti, bahkan semakin parah hingga membuat Haechan harus terseok-seok saat memutuskan untuk kembali membaringkan dirinya di atas ranjang.

Haechan juga yakin dirinya sempat pingsan gara-gara tidak mampu manahan rasa sakit yang mendera kepalanya. Hanya saja yang membuat Haechan bersyukur adalah, Ia berhasil sadar kembali dari pingsannya dalam kondisi yang lebih mendingan setelahnya. Dari jarum jam dinding yang telah menunjukan pukul setengah enam pagi pun, Haechan lumayan terkejut dirinya bisa pingsan selama itu dan masih bisa pula tersadar kembali setelahnya. Sebab setahu Haechan, rata-rata orang pingsan secara normal hanya dalam hitungan menit, jika melebihi dari itu, bisa jadi dikarenakan penyakit serius dan efeknya pun bisa sangat membahayakan nyawanya.

Atau sebenarnya... Haechan memang sedang "sakit"?

Haechan masih ingat pula betapa Ia tidak mampu memikirkan dugaannya itu setelah telinganya menangkap sayup-sayup suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat ke arah pintu kamarnya. Haechan yang sangat yakin jika suara langkah kaki tersebut adalah milik Mark yang sempat menghilang dari sisinya pun, tidak sempat untuk berpikir panjang selain kembali membaringkan tubuhnya menyamping dan berpura-pura tertidur dengan harapan mampu mengelabuhi kekasihnya. Haechan juga tidak paham mengapa Ia melakukan semua itu.

Ceklek.

Beriringan dengan suara pintu kamar yang tertutup, Haechan berusaha mengatur napasnya setenang mungkin diiringi pejaman kelopak matanya yang Ia harap mampu terlihat natural. Selama itu pula, tercipta jeda lumayan lama yang membuat Haechan merasa heran lantaran Mark sepertinya malah terpaku di depan pintu entah karena apa. Oleh sebab itulah, Haechan pun tidak tahu mengapa Ia sengaja sedikit bersuara demi menyadarkan Mark yang mungkin saja malah melamun di sana. Berkat itu, Haechan yakin jika tindakannya sangat tepat karena di detik berikutnya, Haechan bisa mendengar langkah Mark yang mendekat ke arahnya diakhiri dengan sosok kekasihnya yang turut membaringkan tubuhnya kembali di sisinya.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang