Chapter LI (Quarrel & Emotion)

1.9K 158 14
                                        

Sekitar seminggu yang lalu, Hendery memang sempat mempertanyakan alasan mengapa Secret Security Intelligent Agency sampai turut mengincar target yang rencananya akan Ia hilangkan nyawanya bulan depan. Bersumber pada rasa penasarannya itulah, Hendery sebagai "mata-mata dan pembunuh bayaran freelance" yang telah menyamar di bawah lindungan inisial Uma, sama sekali tidak menolak saat Nakamoto Yuta, sang pemimpin dari Klan Yakuza yang sedang Ia susupi selama tiga tahun itu, memintanya untuk menangani tamu-tamu tidak diundang mereka dari Korea Selatan.

Dengan alasan itu pula, Hendery benar-benar mempergunakan kemampuan dan otaknya secara suka rela setidaknya untuk menahan pergerakan SSIA selama seminggu penuh demi mencari tahu jawaban akan pertanyaan yang menggerogoti benaknya itu.

Bagaimana tidak?

Sebenarnya Hendery pun sempat berpikir, akan sangat merepotkan dan membuang-buang waktu sekali jika Ia terus mengulur waktu seperti ini, di saat Ia memiliki kemampuan menyusun strategi untuk melumpuhkan seluruh anggota SSIA dalam satu malam.

Hendery mungkin akan benar-benar mengimplementasikan rencananya tersebut, andaikata informasi yang berhasil dia curi dari database rahasia milik SSIA tidak mencatut nama Tiger sebagai salah satu agen yang turut bergabung dalam misi penyergapan tersebut.

Lima tahun dalam pelarian, Hendery sempat tertegun saat menemukan sosok dari belahan jiwa adik kandungnya itu turut diterjunkan dalam misi yang menurutnya cukup membahayakan ini.

Sungguh.

Untuk apa Keluarga Jung sampai mempertaruhkan nyawa pewarisnya demi menyergap seorang pemimpin Yakuza di Jepang?

Sungguh.

Sampai sekarang pun Hendery tahu bila SSIA masih sama besar dan profesionalnya dalam menangani kasus atau misi. Dengan alasan itu pula, SSIA sama sekali tidak akan kekurangan orang hingga harus mengirim pewarisnya sendiri untuk turun tangan.

Atas pemikirannya itu, Hendery yakin bila keterlibatan Mark pasti menyimpan penyebab terlampau kuat di baliknya.

Dan benar saja, Hendery tidak akan menyesal sama sekali saat pada akhirnya Ia menembakan peluru secara membabi buta pada Yuta, setelah mendengar sendiri dari mulut Mark bila pemimpin Yakuza tersebut merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas penderitaan yang dialami oleh adiknya selama bertahun-tahun. Beruntung dalam kemurkaannya itu, Hendery masih waras untuk tidak menghilangkan nyawa "pemimpin"nya itu seketika juga, atau keadilan yang sedang diperjuangkan oleh keluarganya akan sia-sia.

"Sejak kapan SSIA menjadi taman kanak-kanak?"

Bukan tanpa alasan jika pada akhirnya Hendery mempertanyakan fakta tersebut dengan nada satir di dalamnya. Hendery hanya tidak habis pikir, mengapa pemimpin SSIA begitu mudahnya menerima para sahabat dari adiknya itu untuk menjadi bagian dari mereka. Terutama seorang Jaemin yang Ia ketahui sebagai salah satu korban dari sebuah peristiwa pelenyapan seluruh anggota keluarganya oleh karena persaingan bisnis, hingga catatan kondisi kejiwaannya pun bahkan tidak akan lolos seleksi untuk menjadi salah satu agen profesional di bawah naungan SSIA.

"Sejak seorang pengecut sepertimu melarikan diri dan membuat Haechan menderita?"

Hendery juga tahu jika Jaemin memiliki mulut yang lumayan pedas sejak kecil, hanya saja kemampuan semacam itu digunakan untuk membela adiknya sungguh bukanlah sosok Na Jaemin kecil yang Ia kenal dulu kala.

"Kau sudah tobat bertengkar setiap hari dengan adikku?" sindir Hendery.

Jaemin lantas tersenyum sinis.

"Lebih baik daripada menjadi seorang kakak yang tidak bertanggung jawab, bukan?"

"..."

Hendery hanya bisa menatap dengan dingin saat merasakan pistol yang Ia acungkan ke arah Jaemin telah berpindah tangan pada Jeno yang kini tengah memasang badan di antara mereka.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang