Chapter XI (Irony VS Paradox)

4.5K 359 4
                                        

Haechan terlihat membuka kelopak matanya sembari mengernyitkan kening. Ia tolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri hanya untuk mendapati pemandangan kamarnya yang bercahayakan lampu tidur. Butuh waktu lama bagi Haechan untuk mengumpulkan seluruh nyawanya sebelum pada akhirnya Haechan mencoba mengilas balik kejadian apa yang sekiranya sempat terjadi hingga membuatnya sampai terbaring dan terlelap di kasurnya seperti ini.

Tapi... aneh, Haechan tidak mengingat apa pun selain fakta kalau hal terakhir yang Ia ingat adalah dirinya yang pergi ke lantai dua untuk mencari Mark di toilet tamu.

Tunggu sebentar.

Benar juga.

Mark.

Haechan lantas mendudukan dirinya di ranjang dengan cepat kala kesadarannya telah kembali utuh demi melanjutkan tujuannya untuk menyeret Mark. Namun gara-gara gerakan tiba-tiba itulah Haechan refleks memegangi kepalanya saat merasa sedikit pusing. Sungguh, pada titik ini Haechan jadi bingung sendiri tentang kondisinya sekarang.

Kenapa bisa tiba-tiba Ia tertidur di kamarnya?

Apa karena saking lelah mentalnya akibat kelakuan brengsek dari seorang Mark Lee itu membuatnya tanpa sadar menyelinap ke kamarnya sendiri untuk mencuri-curi kesempatan tidur?

Tapi memangnya ada yang seperti itu?

Kenapa tidak masuk akal sekali?

Tunggu sebentar.

Bukannya Ia sedang belajar kelompok dengan para sahabatnya dan para anggota Godlike?

Kalau Haechan benar-benar ketiduran, bukankah itu berarti Ia telah menelantarkan mereka semua?

Tapi kenapa tidak ada satu pun yang mencarinya atau membangunkannya?

Atau jangan-jangan mereka sudah pulang tanpa berpamitan padanya yang ketiduran ini?

Tunggu sebentar.

Sial, jam berapa sekarang?!

Ceklek!

Bersamaan dengan Haechan yang berniat melihat jam di dinding kamarnya itulah, terdengar suara knop pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang. Haechan terkesiap hingga refleks membaringkan tubuhnya seperti semula dengan kelopak mata yang kembali terpejam. Entah mengapa Ia berperilaku demikian. Secara spontan saja reaksinya memilih untuk berpura-pura tidur. Tapi mungkin dengan itu, Haechan bisa mengelabuhi siapapun yang berani memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu dahulu.

***

"So, all of our fight is a bullshit?!"

Chenle tidak bisa lagi menampung segala ketidakhabispikirannya usai Jisung yang berhasil Ia ikat di kursi itu menganggukan kepala pelan. Sungguh Chenle tidak menyangka fakta bila pertengkaran antara Eclipse dan Godlike yang selama tiga tahun Ia jalani ini hanyalah sebuah kepura-puraan semata. Otak Chenle benar-benar terasa konslet bagaikan kaset rusak sekarang saking tidak bisa menerima kenyataan yang ada.

Bagaimana tidak?

Bagaimana bisa selama bertahun-tahun belakangan ini Jaemin dan Renjun bisa bertahan dalam sandiwara permusuhan dengan pihak Godlike yang terasa sangat natural seperti itu? Bahkan saking naturalnya, Chenle yang tergolong "waras" sekalipun bisa tertipu mentah-mentah, apalagi Haechan yang pada dasarnya memiliki kadar kepolosan tiada tara. Meski Chenle berusaha memahami alasan mengapa kedua sahabatnya dan para anggota Godlike harus bersandiwara, tetap saja menurutnya ini bukanlah langkah yang terbaik untuk mereka ambil.

"Lalu sampai kapan kita harus berpura-pura seperti ini demi Haechan hyung?" ucap Chenle.

Jisung hanya terdiam sebagai balasan, berhasil membuat Chenle menghempas napas.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang