"Jangan khawatir. Haechan ssi hanya mengalami syok ringan akibat benda tumpul yang menghantam kepalanya. Sebentar lagi dia pasti siuman."
Baik Renjun maupun Chenle tidak mampu lagi untuk tidak menghempas napas sepanjang yang mereka bisa berkat rasa lega yang memenuhi perasaan mereka saat ini. Hal tersebut tak ayal membuat Sang Dokter yang kebetulan sedang bertugas sebagai penjaga unit kesehatan sekolah pada shift sore itu lantas melukis senyum tipis di bibirnya. Kedua tangannya pun turut membereskan segala peralatan yang sempat Ia gunakan untuk memeriksa salah satu muridnya tersebut.
"Sayang sekali aku tidak bisa berada di samping Haechan ssi sampai dia terbangun," ucap Sang Dokter seketika, "Apa tidak masalah jika kalian menjaganya untukku?"
Renjun yang mendengar perkataan Sang Dokter pun refleks menganggukan kepalanya cepat diikuti Chenle.
"Kami akan menjaga Haechan sampai dia sadar," jawab Renjun tanpa ragu.
Sang Dokter sempat menepuk-nepuk pundak Renjun dan Chenle sebagai ungkapan terima kasih sebelum sosoknya menghilang di balik pintu salah satu dari ruang kesehatan tersebut, meninggalkan Renjun dan Chenle yang kini langsung berjalan mendekat ke arah ranjang dimana Haechan masih terbaring bersama sosok Sungchan yang tampak setia terduduk di sampingnya dengan manik yang tiada henti memandang ke arah Haechan berbekal bias khawatir yang begitu kentara.
"Ng, Sungchan ssi, terima kasih atas bantuanmu tadi. Kami benar-benar tertolong," ucap Renjun seketika.
Sungchan sendiri sempat tersentak lantaran tidak menyangka akan diajak bicara oleh Renjun. Setelah berhasil memgendalikan reaksinya itulah, Sungchan lantas menolehkan wajahnya untuk memandang ke arah Renjun dan Chenle secara bergantian seraya melempar senyum tipis.
"Tidak masalah," balas Sungchan seraya kembali melirik ke arah Haechan, "Tapi jujur aku lumayan terkejut saat Renjun ssi tiba-tiba menghentikan penjelasannya dan langsung berlari menuju ke lapangan seperti tadi," lanjutnya, "Ternyata karena Haechanie ya."
Chenle yang sedari tadi menjadi penyimak hanya bisa terus berdiam diri lantaran belum merasa menemukan timing yang tepat untuk ikut campur dalam percakapan tersebut, sedikit mirip dengan kondisi Renjun saat ini yang lebih memilih untuk tidak segera membalas perkataan Sungchan lantaran kepalanya masih mengilas balik adegan beberapa menit yang lalu sebelum kejadian pingsannya Haechan. Sebuah adegan dimana sebenarnya Renjun sedang menjadi perwakilan dari tim acara festival tahunan untuk mengkoordinasi technical meeting dari perlombaan yang sedang mereka lakoni dengan para calon peserta.
Selama itu pula, Renjun sama sekali tidak menyangka jika salah satu calon peserta yang mengikuti technical meeting tadi juga turut berlari bersamanya untuk menghampiri Haechan yang tengah tertimpa musibah. Bahkan saking panik dan khawatirnya pada Haechan, Renjun baru sadar jika sosok laki-laki bertubuh ramping dengan tipikal wajah tampan dan manis di hadapannya ini sebenarnya bisa dikategorikan orang asing di lingkaran pertemanan mereka. Tak hanya itu, Renjun juga baru saja menyadari bila sosok asing bernama Sungchan ini pun sepertinya mengenal Haechan.
"Kau... kenalan Haechan?" tanya Renjun setelahnya usai tidak mampu menahan rasa penasarannya.
"Oh, aku—"
"Ung..."
Sungchan lantas menghentikan perkataan saat mendengar sebuah suara terdengar dari arah Haechan. Dan benar saja, bertepatan dengan kelopak mata Haechan yang mulai membuka secara perlahan itulah, tak hanya Sungchan yang sampai berdiri dari duduknya, Renjun pun turut memusatkan seluruh perhatiannya pada Haechan diikuti Chenle yang juga semakin meringsut untuk mendekat pada Haechan.
"Haechan!"
"Hyung!"
Haechan sendiri yang baru saja siuman dari pingsannya hanya bisa menatap ke sekitar dengan bias kebingungan yang menghiasi manik hazelnya; terutama saat menemukan raut khawatir begitu apik menghiasi wajah dari ketiga sosok yang Ia kenal dalam hidupnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
