Haechan tidak mengerti kenapa mendadak seluruh saraf di tubuhnya seakan-akan menjadi lumpuh semenjak bibirnya berhasil ditawan oleh ciuman lembut dari Mark. Bahkan kedua tangannya yang sempat Ia gunakan untuk mendorong dada kekar Mark pun tiba-tiba menjadi tidak bertenaga dan hanya bisa mengantung lemah di sana. Yang membuat Haechan lebih heran lagi adalah reaksi tubuhnya yang seolah-olah menerima perilaku Mark terhadapnya itu, sungguh sangat berseberangan dengan logikanya yang berseru keras kepadanya agar semua ini segera berhenti.
Mark sendiri hanya bisa tersenyum kecil di sela-sela ciuman mereka usai mendapati reaksi dari Haechan yang lagi-lagi tidak menolak sentuhannya. Manik obsidian milik Mark tanpa sadar sedikit terpukau saat menemukan manik hazel milik Haechan yang turut balas menatapnya itu tampak berkilauan terkena pantulan ribuan bintang. Maka dari itu Mark tidak ragu untuk sedikit memagut bibir ranum Haechan ringan sembari melingkarkan kedua tangannya di pinggang Haechan dengan erat.
Logika Haechan yang lama-kelamaan mulai melenyap dari pikirannya pun tak pelak membuat Haechan hanya bisa memasrahkan diri pada kata hatinya untuk membiarkan semua ini terjadi. Oleh sebab itu seiring dengan pagutan Mark pada bibirnya yang semakin dalam, Haechan memejamkan kelopak matanya dengan kedua tangannya yang mulai merambat pelan untuk terkalung di leher Mark.
Entah mengapa...
Haechan tidak merasa asing, seakan-akan...
Ia pernah mengalami semua ini...?
Mark sengaja memisahkan tautan bibir Haechan sejenak demi memberi izin kepada paru-paru mereka untuk bernapas. Meski ingin sekali rasanya Mark kembali mempersatukan bibir mereka dalam ciuman manis, entah mengapa manik obsidiannya malah tertegun saat menemukan sosok Haechan yang sedikit terengah itu terlihat begitu menakjubkan di tengah deraian cahaya bulan yang menyinari sosoknya, terlebih lagi saat kelopak mata Haechan perlahan mulai terbuka hingga menampilkan manik hazelnya yang kembali menatap ke arahnya dengan sayu.
Tidak hanya Mark saja yang merasa tertegun, Haechan pun juga merasakan hal yang sama. Manik hazelnya yang kini telah terbuka itu terlihat menjelajahi seluruh pemandangan yang tersuguh di hadapannya. Entah itu dimulai dari wajah Mark yang Ia akui memang sangat menawan, tatapan teduh milik Mark yang terasa lembut saat menatapnya, hingga sebuah senyuman hangat yang terlukis di bibir Mark ketika untuk kesekian kalinya Mark meniadakan jarak di antara mereka untuk mendaratkan sebuah ciuman manis di...
...keningnya.
Deg!
Tatapan Haechan tiba-tiba menjadi kosong saat sekelebat memori asing mulai membayangi pikirannya.
"Hyungie...?"
Deg!
Manik Mark refleks terbelalak lebar usai mendengar lirihan Haechan tersebut. Sebuah raut terkejut terlihat menghiasi wajah Mark di tengah-tengah tubuhnya yang sedikit bergetar. Dengan cepat Mark langsung meraih bahu Haechan seraya menatap lekat-lekat ke arah Haechan yang tampak terpaku.
"Hyu-Hyuckie?"
Deg!
Haechan lantas menatap manik Mark yang berkaca-kaca itu masih dengan tatapan kosong miliknya. Entah mengapa tubuh Haechan turut bergetar bersamaan dengan kelopak matanya yang terpejam erat ketika mendadak kepalanya terasa sangat sakit. Haechan refleks mencengkram kepalanya kuat saat rasa sakit yang mendera kepalanya itu semakin menjadi-jadi, berhasil membuat Mark terkejut hebat hingga secara refleks langsung membawa Haechan ke dalam pelukannya.
"Hyu—"
"AAARGGHH!!!"
Haechan mengerang sangat keras sebelum jatuh pingsan di pelukan Mark dengan wajah pucat, sukses membuat Mark sangat panik hingga tanpa sadar terus-menerus menekan panic button yang ada di sudut beranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Фанфикшн"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
