Ten masih ingat betapa paniknya Ia saat di suatu malam menemukan sosok Mark sudah berdiri di depan pintu rumah Kediaman Seo berbekal Haechan dalam gendongannya dengan keadaan sangat kacau. Beruntung kepanikan itu tidak berlangsung lama ketika Ten menyadari jika putra bungsunya hanya sedang tertidur. Bahkan tanpa menuntut penjelasan apapun, Ia langsung mengizinkan Mark masuk ke dalam rumah dan membiarkannya untuk menidurkan Haechan di kamarnya, sebab mereka sama-sama tahu bila kondisi Haechan lebih penting sekarang.
Ten turut membukakan pintu kamar Haechan demi memperlancar pergerakan Mark yang kini tengah membaringkan putranya di ranjang penuh dengan kehati-hatian. Di saat itulah Ten akhirnya berinisiatif menghubungi Dokter Kim untuk memeriksa kondisi putranya yang Ia yakini sedang tidak baik-baik saja, meninggalkan sosok Mark yang tiada henti mengelus surai Haechan sembari melayangkan beberapa kecupan pada sang matahari.
"Hyuckie..." panggil Mark dengan lirih.
Mark mungkin akan terus berada di posisinya jika saja sosok Dokter Kim tidak muncul lima belas menit kemudian. Bersamaan dengan pergerakan Dokter Kim yang dengan cepat memeriksa kondisi Haechan itulah, Mark hanya bisa menurut ketika dengan perlahan Ten menariknya pelan agar pergi dari kamar Haechan menuju ke ruang tamu Keluarga Seo supaya Dokter Kim dapat secara leluasa melakukan tugasnya tanpa terganggu oleh keberadaan mereka.
Kini baik Ten maupun Mark terduduk bersama di ruang tamu dalam diam sembari menunggu Dokter Kim selesai memeriksa kondisi Haechan. Di keheningan itulah Ten hanya bisa terus menatap ke arah Mark yang tengah menundukkan kepalanya dalam, bahkan sesekali mengepalkan kedua tangannya erat seakan-akan sedang mempertahankan diri untuk terus menjaga kewarasannya di sela-sela kondisi emosionalnya yang masih porak-poranda. Hal tersebut sempat bertahan selama beberapa menit hingga pada akhirnya Ten yang tidak sanggup lagi melihat kondisi Mark memutuskan untuk berjalan mendekat.
"Minhyungie," panggil Ten seraya mendaratkan telapak tangannya di atas kepala Mark, "It's okay. It's not your fault," lanjutnya meski belum mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi di antara keduanya.
"Mom," panggil Mark dengan nada serak, "Aku nyaris kehilangan Hyuckie lagi," lanjutnya lirih, "Bahkan Nana sampai menjadi korban kali ini."
Ten hanya terdiam sambil terus-menerus mengelus surai Mark pelan, sengaja tidak menimpali karena Ia tahu anak sahabatnya ini pasti masih memiliki beberapa hal yang ingin Ia ceritakan. Namun semua itu tidak berlangsung lama ketika sosok Johnny tiba-tiba muncul di balik pintu rumah mereka dan berjalan cepat ke arah Ten dengan raut panik. Sungguh Johnny tidak bisa menahan reaksinya apalagi setelah mendapat informasi dari salah satu Intel Jung jika putra bungsunya dalam bahaya.
Namun, belum sempat Johnny melayangkan satu patah kata pun untuk memberitahu kepada Ten mengenai informasi darurat yang didapatnya, Ia segera menutup mulutnya rapat usai menemukan ekspresi dari pasangan hidupnya yang mengisyaratkan pada dirinya untuk diam, terlebih saat menemukan sosok Mark yang ternyata sudah terduduk di sofa ruang tamunya dalam keadaan kepala tertunduk penuh kekalutan.
"Tapi Mom, Hyuckie tadi memanggil Hyungie," ucap Mark dengan tubuh sedikit bergetar, "Apa... Apa ingatan Hyuckie sudah kembali?"
Baik Ten maupun Johnny lantas saling bertatapan penuh keterkejutan usai mendengar perkataan Mark. Meski sempat merasa panik, Johnny yang sedikit-banyak dapat menerka-nerka kondisi anaknya saat ini berkat perkataan Mark pun sempat melirik kembali pada Ten yang masih menatapnya. Seakan memahami maksud dari Johnny, Ten menganggukan kepala singkat sebagai persetujuan agar Johnny segera berjalan menjauh untuk menghubungi Jaehyun supaya datang ke Kediaman Seo bersama Taeyong. Sebab, mereka sama-sama yakin inilah momen yang tepat untuk membahas secara resmi tentang rencana yang sudah mereka persiapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...