Chapter CV (When Mark Meets Haechan in Their Universe: Mind)

1.1K 98 11
                                    

"Shh..."

Masih dalam posisi berlutut di hadapan Haechan, Mark tiada henti mengelus surai bergelombang madu sang pudu, di tengah pelukannya yang semakin mengerat, demi menenangkan pasangan jiwanya itu dalam tangisnya yang perlahan mulai mereda.

Meski demikian, sebenarnya perilaku Haechan untuk berusaha mengendalikan tangisnya pun hanyalah ingin membuat Mark tidak lebih khawatir padanya, atau lebih buruk lagi malah membebani orang yang paling Ia cintai tersebut.

Hanya saja...

Sungguh.

Haechan tidak mengerti.

Pertanyaan yang sama masih saja berputar di kepalanya, bahkan setelah beberapa puluh menit waktu berlalu bagi Haechan untuk tenggelam dalam tangisnya.

Sebuah pertanyaan, yang pada akhirnya meluncur mulus di bibir Haechan tanpa terkendali.

"Kenapa..."

"..."

"Kenapa... kau sama sekali tidak marah padaku?"

Mark lantas menghentikan elusannya pada surai bergelombang madu milik Haechan. Setelah terdiam lumayan lama, Mark segera merenggangkan pelukannya pada sang pudu, hanya demi melayangkan kedua telapak tangannya untuk menangkup pipi Haechan, dengan ibu jari yang mengusap jejak-jejak tangis yang tersisa agar menghilang dari sana.

"Kenapa aku harus marah padamu, Sayang?"

Mendapat panggilan baru tak terduga dari Mark tersebut, jantung Haechan sempat bertalu cepat hingga membuatnya melupakan bila dirinya sempat menangis hebat, saking salah tingkahnya dengan cara Mark yang kini sedang memperlakukannya penuh kasih.

Meski demikian, semua itu tak membuat Haechan begitu saja melupakan niatnya untuk mengorek alasan di balik kondisi emosi Mark yang Ia rasa sedikit janggal, lantaran jarang sekali merasakan amarah; terlebih jika itu berhubungan dengan memarahinya.

"Mark... aku..." ucap Haechan sambil menundukan wajahnya, "Aku membohongimu... berbulan-bulan... dengan berpura-pura kehilangan ingatanku..." lanjutnya dengan ekspresi sendu, "Bagaimana bisa kau... tidak marah setelah mengetahuinya... bahkan sejak awal?

Secara mendadak Mark terkekeh kecil.

"Haechan, apa kau lupa aku membohongimu lebih parah, bahkan bertahun-tahun lamanya?"

Di sela-sela kedua tangan Mark yang kini menggenggam tangannya yang terkepal, Haechan tampak menggigit bibir bawahnya.

"Tapi itu berbeda," ungkapnya sambil melirik pada obsidian Mark, "Kau... bukan membohongiku, tapi itu rahasiamu. Rahasia yang tidak semudah itu bisa kau ungkapkan," lanjutnya, "Apalagi jika rahasia itu tentang keluargamu, orang yang kau sayangi."

Mark lantas tersenyum tipis.

"Sama halnya denganmu, bukan?"

"Mark..."

"Kenapa kita tidak menganggap kebohongan itu sebagai rahasia saja?"

"Tapi..."

"Hyuckie."

Haechan mampu merasakan betapa lembutnya bibir Mark saat mengecup punggung tangannya.

"Setiap orang menyimpan rahasia jika itu dibutuhkan untuk melindungi orang yang dia sayangi, sama halnya dengan berbohong."*

"Hyungie..."

"Lagipula untuk apa aku marah padamu jika hasilnya sama saja?"

"Maksudmu?"

Melihat reaksi Haechan yang kini telah sepenuhnya teralihkan dari kesedihannya menjadi rasa kebingungan mutlak, lagi-lagi Mark terkekeh kecil.

"Meski kau membohongiku dengan skenario palsu sekalipun, pada akhirnya tujuan kita sama kan?" ucap Mark sambil menyubit pipi Haechan gemas dengan jemarinya, "Kau menjanjikan pernikahan padaku. Bukannya itu berarti kau tetap akan menjadi milikku?"

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang