Chapter LXVI (Sunshine)

1.4K 144 27
                                    

Mark kecil hanya bisa terus-menerus menggenggam jemari Taeyong yang tertaut erat padanya dengan ekspresi gugup, saat manik obsidiannya tampak menjelajahi situasi ramai yang ada di sekitar mereka saat ini. Gara-gara itu, Mark sampai bersembunyi di belakang tubuh Sang Appa meski maniknya tetap masih mencuri pandang ke suasana sekitar. Sungguh sebuah reaksi yang membuat Taeyong tidak mampu menahan tawa kecilnya, sebelum memutar tubuhnya ke belakang demi menghadap pada sang putra yang terlihat berjenggit pada posisinya.

"Hyungie, kenapa?" tanya Taeyong sambil mengelus surai Mark dengan lembut.

Mark terlihat memanyunkan bibirnya sesekali di tengah-tengah memainkan jemarinya sendiri.

"Appa..." panggil Mark dengan lirih, "Ramai sekali..." lanjutnya merajuk, "Hyungie mau pulang..."

Taeyong lantas tersenyum kecil. Bagaimana pun, Ia sangat tahu jika putranya yang masih berumur 6 tahun ini, memanglah tergolong introver garis keras yang tidak begitu menyukai keramaian. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai tamu undangan spesial pada acara kali ini, baik Taeyong maupun Jaehyun yang sedang terlihat asyik bersenda gurau dengan Tuan Na di ujung sana, tidak serta merta bisa menuruti permintaan Mark untuk meninggalkan perayaan tahunan yang sedang berlangsung, demi memperingati berdirinya Yayasan Peduli Anak milik Keluarga Na tersebut.

Maka dari itu, yang bisa Taeyong lakukan kali ini hanyalah menyamakan tinggi tubuhnya dengan Mark, sebelum menepuk-nepuk kepalanya pelan seraya berniat memberikan pengertian pada putranya tersebut tentang situasi mereka saat ini.

"Hyungie—"

"Minhyungie hyung!"

Namun belum juga Taeyong berhasil mengungkapkan keinginannya pada Mark, sebuah suara cempreng yang mendadak terdengar di telinga mereka pun, mau tak mau membuat keduanya mengalihkan perhatiannya ke sumber suara.

Berbeda dengan Mark yang langsung meringsutkan tubuhnya pada Sang Appa, Taeyong sendiri refleks tersenyum saat menyadari siapa gerangankah yang menginterupsi percakapan mereka.

"Ah, Nono ya?"

Taeyong tidak akan melupakan betapa manis senyum yang terbias dari bocah laki-laki tampan tersebut sebagai balasan dari sapaannya. Meski demikian, Ia lumayan heran mengapa putra bungsu dari Keluarga Lee itu menghampiri mereka seperti ini.

Seakan mengetahui kebingungan Taeyong, Jeno kecil lagi-lagi tersenyum sebelum menyodorkan sesuatu padanya; atau lebih tepatnya ke arah Mark yang masih senantiasa bersembunyi di balik bahunya.

"Hyung, ini suvenir buatan Nana," kata Jeno setelahnya, "Nana ingin membagikannya pada semua anak yang ada di sini," lanjutnya menjelaskan, "Apa Hyung mau menerimanya?"

Taeyong lantas menoleh pada Mark yang balas menatapnya dengan ragu. Namun semua itu tidak berlangsung lama saat Taeyong langsung memundurkan tubuhnya ke belakang, hingga membuat Mark kini berhadapan langsung dengan Jeno yang masih mempertahankan senyum manisnya. Lantaran merasa sungkan akan keramahan Jeno, akhirnya Mark memberanikan diri untuk melongokan wajahnya pada isi keranjang berukuran sedang yang senantiasa Jeno pegang dengan kedua tangan mungilnya, demi mengamati berbagai pernak-pernik suvenir yang ada di dalamnya.

Tak hanya dengan Jeno, sebenarnya intensitas pertemuan Mark dengan Jaemin benar-benar hanya bisa dihitung jari. Itu pun gara-gara Jaehyun dan Taeyong selalu mengikutsertakannya pada segala undangan pesta dari rekan kerjanya, hingga membuat Mark secara kebetulan terjebak dengan Jeno ataupun Jaemin secara bergantian di sudut meja berisikan berbagai dessert di atasnya. Meski mereka terkadang terlibat obrolan seru tentang game atau pun kartun yang sama-sama sempat mereka tonton di kesempatan yang berbeda, Mark sama sekali tidak tahu jika Jaemin ternyata cukup berbakat menciptakan berbagai kerajinan tangan seperti ini.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang