Chapter IV (Kissmark VS Privacy)

4.9K 390 31
                                    

Sesampainya di parkiran, Mark mempercepat langkah menuju motornya berada, seraya mengabaikan sosok Haechan yang tiada henti berteriak dan meronta di pundaknya. Tepat setelah Ia berdiri berhadapkan motor sport berwarna hitam, di saat itulah Ia segera menurunka|n Haechan lalu mendudukannya di atas jok motor.

"Jangan protes," ucap Mark cepat ketika melihat Haechan akan segera mengomel lagi, "Kalau kau ingin bertemu dengan para sahabat sialanmu itu, kau harus ikut denganku."

Haechan yang tadinya sudah mempersiapkan omelannya andaikata berhasil turun dari pundak Mark pun, mau tak mau mengurungkan niatnya tanpa bisa menahan diri untuk manyun.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Camar," balas Haechan di sela-sela manyunnya dengan tangan yang bersedekap di dada.

Mark sendiri menanggapi perkataan Haechan dengan dengusan kecil. Setelah itu, Ia berjalan menuju sebuah loker khusus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda, yang berhubungan dengan kendaraan siswa maupun guru di parkiran. Dari situlah Mark mengambil sebuah helm cadangan, sebelum kembali menemui Haechan yang sudah dalam kondisi berdiri membelakangi motornya.

Namun bukannya menyerahkan helm tersebut kepada Haechan, Mark malah meletakkannya di atas jok motor, berhasil membuat Haechan mengenyit bingung, apalagi saat melihat Mark melepas jaket hitam yang Ia kenakan.

"A-Apa yang kau lakukan?!" ucap Haechan agak defensif.

Akan tetapi sikap Haechan tidak bertahan lama, ketika menyadari Mark tampak menyelampirkan jaket tersebut ke bagian belakang tubuhnya, hingga membuat jarak di antara mereka menipis, dengan hembusan napas maupun tapapan yang saling beradu.

"Aku tidak mau menjadi tersangka pembunuhan dari anak orang yang mati kedinginan di atas motorku."

Haechan refleks menahan napas, saat mendapati wajah Mark sudah beralih ke area tengkuk dan telinganya, oleh karena kedua tangan Mark yang sedang membenarkan posisi jaket di tubuh Haechan. Hal tersebut berlanjut lumayan lama, setelah Mark menyadari jika bagian resleting dari jaketnya tampak tersangkut di salah satu bagian motornya.

Oleh sebab itu, Mark secara refleks memajukan tubuhnya lebih rapat ke arah Haechan, hingga membuat Haechan terdorong mundur dan terhimpit di antara motor dan tubuh Mark. 

Entah mengapa, Haechan yang biasanya akan berteriak jika dihadapkan pada situasi seperti itu, malah terdiam dengan debaran jantung yang tidak terkendali. Bahkan Haechan sampai memejamkan matanya, lantaran terkejut saat tanpa sengaja merasakan napas hangat dari Mark mulai menyentuh area tengkuknya.

Sebenarnya Mark sendiri menyadari reaksi Haechan, yang entah mengapa Ia anggap sangat menggemaskan tersebut. Maka dari itu, secara iseng Mark sengaja meniup telinga Haechan pelan, hingga membuat yang sang pudu semakin merapatkan wajahnya ke tubuh Mark. Hal yang membuat Mark merasakan dilema seketika, antara menyukuri tindakannya barusan, atau malah menjadi was-was, karena kondisi jantungnya kini tidak jauh berbeda dengan Haechan.

Mark makin merasa kehilangan kendali atas tubuhnya, kala mendapati bibirnya secara perlahan mulai menyentuh permukaan leher karamel milik Haechan. Tidak hanya itu, bahkan wajah Mark kini sudah tenggelam di pundak Haechan sepenuhnya.

"Ma-Mark...?"

Suara Haechan yang memanggil nama Mark dengan lirih, sukses membuat Mark semakin hanyut akan situasi yang ada. Bahkan tanpa sadar bibir Mark mulai berani menyesap tengkuk Haechan perlahan, mengharuskan sang pudu tersentak kaget, diikuti dengan reaksi tubuhnya yang membeku, lantaran terlalu syok dengan perilaku Mark terhadapnya.

Hingga akhirnya Haechan tidak bisa menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul, saat tanpa aba-aba Mark menggigit tengkuknya lumayan dalam.

Di saat itulah, sebuah erangan tak direncakan lolos dari bibir Haechan tanpa izin.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang