Melihat Chenle yang benar-benar kehilangan kesadarannya, Jisung segera menangkap tubuh Chenle ke dalam pelukannya. Setelah itu, dengan penuh kehati-hatian Jisung membaringkannya di atas ranjang. Sebuah helaan napas kecil tampak menguar dari bibir Jisung yang kini tengah meratapi hal apa yang baru saja Ia lakukan terhadap Chenle. Sungguh, Jisung bahkan tidak menyangka bila dirinya tidak punya pilihan selain menyerang titik vital milik Chenle agar membuatnya pingsan seperti ini.
"Mice! Kau tidak membunuhnya kan?!"
Suara seruan penuh dengan kepanikan dari sosok Jiejie yang turut muncul di belakang Jaemin dan Renjun pun membuat Jisung menghela napas untuk kedua kalinya dengan durasi yang lebih panjang.
"Jiejie, mana mungkin aku melukai Tuan Muda Zhong?" balas Jisung sembari mengambil topeng miliknya di atas meja, "Dia hanya pingsan untuk sementara waktu."
"Mice, kau nyaris membuatku jantungan dua kali," timpal Renjun seraya berjalan mendekat ke arah ranjang.
Jaemin yang telah berhasil mengendalikan rasa paniknya pun turut menyusul Renjun diikuti Jiejie di belakang. Bertepatan dengan Jisung yang telah memakai topeng identitasnya itulah, Jaemin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk Jisung dengan erat.
"Berhenti membuatku khawatir, Mice."
Jisung lantas tersenyum tipis di balik topengnya sebelum membalas pelukan Jaemin.
"Luka seperti ini tidak akan membunuhku," balas Jisung.
"Apanya yang tidak akan membunuhmu?" timpal Jiejie tiba-tiba sambil menoleh ke arah Jaemin, "Rabbit, kau harus tahu jika Mice nyaris saja kehabisan da—"
"Jiejie," potong Jisung cepat.
Jisung sengaja melakukan semua itu lantaran tidak ingin membuat Jaemin merasa khawatir berlebihan. Jisung benar-benar tidak mau membuat Jaemin harus melalui gejala psikosisnya akan ketakutan ekstrim yang bisa kambuh kapan saja ketika merasa akan kehilangan orang terdekatnya lagi. Beruntung Renjun yang menyadari perilaku Jisung pun segera mengendalikan situasi dengan mengalihkan topik pembicaraan.
"Ini gawat. Bagaimana bisa Chenle mengenali kami?!" kata Renjun sembari mencengkram surainya sendiri.
Jisung yang telah melepaskan diri dari pelukan Jaemin pun lantas menoleh ke arah Chenle yang pingsan.
"Warna suara dan bahasa tubuh," balas Jisung, "Tidak seperti Haechan hyung yang cenderung tidak mempedulikan detail di sekitarnya, Chenle cukup peka dengan semua itu."
"Sial, ini semua salahku," timpal Jaemin seraya menundukan kepalanya.
Jisung menggelengkan kepala.
"Tidak, tindakan Chenle memang diluar dugaan karena berhasil kabur dari penjagaan para Agen Jung," balas Jisung, "Jujur aku pun terkejut dia juga mampu menemukanku di ruangan ini."
"Mice benar," kata Renjun, "Dibandingkan mencari siapa yang salah, bukankah lebih baik jika kita memikirkan situasi macam apa yang harus kita persiapkan ketika Chenle siuman nanti?" lanjutnya, "Misalkan saja berpura-pura kalau yang dialami Chenle malam ini hanyalah mimpi?"
Lagi-lagi Jisung menggelengkan kepala.
"Yang kita hadapi kali ini bukanlah Haechan hyung," ujar Jisung, "Kalian sudah bersama Chenle selama tiga tahun, jadi kalianlah yang lebih tahu apa maksudku."
Baik Renjun maupun Jaemin hanya bisa terdiam usai mendengar perkataan Jisung, sebab mereka berdua juga tidak menampik fakta bila Chenle yang mereka kenal selama ini memang memiliki karakteristik berbeda dengan Haechan. Mereka tahu jika sandiwara yang mereka terapkan pada Haechan memang memiliki peluang keberhasilan tinggi mengingat sikap Haechan yang tidak pernah mengambil pusing segala sesuatu hal, sangat berbeda dengan Chenle yang cenderung observant dengan apapun yang ada di sekitarnya, bahkan sampai overthinking.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
