"Appa, kau yakin semuanya sudah dipersiapkan secara matang?"
"Baby, jangan kha—"
"Bagaimana penampilanku hari ini? Apa tidak ada masalah?"
"Baby, sudah ku—"
"Appa, semuanya akan baik-baik sa—"
"Baby, dengar."
Pada akhirnya Taeyong tidak bisa menahan diri untuk menangkap bahu Mark lantaran putranya itu tidak berhenti berjalan ke sana-kemari dengan racauan berbagai pertanyaan tiada henti. Dari manik obsidian Mark yang kini balik memandangnya dengan kekalutan pun Taeyong dapat mengetahui seberapa besar rasa cemas yang menghinggapi putranya tentang pertemuan mereka dengan Keluarga Seo malam ini. Taeyong memahami sisi perfeksionis Mark yang menginginkan agar pertemuan ini berjalan lancar dan sempurna oleh karena ini tentang calon menantunya, Seo Haechan, sekaligus matahari tak tergantikan yang senantiasa menyinari hati putranya.
"Semuanya akan baik-baik saja," ucap Taeyong sembari menangkup wajah Mark, "Kau sempurna. Kau tampan."
"Appa..." lirih Mark dengan raut gelisah yang tidak bisa Ia sembunyikan dari wajahnya, "Kau tahu kan, ini pertama kalinya setelah lima tahun aku menjadi Mark Jung di hadapan Hyuckie," lanjutnya seraya menundukan kepalanya, "Aku... khawatir dengan reaksi Hyuckie..."
Taeyong tahu, jika putranya yang terkenal pendiam dan selalu menyimpan bebannya seorang diri sampai mengungkapkan isi hatinya secara gamblang padanya seperti ini, kadar kecemasan yang dimiliki Mark benar-benar mulai tidak terkendali. Oleh sebab itu, putranya sangat membutuhkan dukungan mental yang penuh dari orang-orang terdekatnya untuk menguatkannya. Tentu saja Taeyong pun termasuk dalam kategori mengingat Ia adalah orang tua kandung dari Mark. Sungguh Taeyong memahami hal tersebut.
Maka dari itu, Taeyong tanpa ragu memeluk Mark seraya menepuk-nepuk punggungnya lantaran tidak mau mengacaukan tatanan rambut menawan sang putra apabila Ia mengacak surainya saat memberikan dukungan emosional seperti ini.
"Baby, dengar," ucap Taeyong sambil merenggangkan pelukannya untuk kembali memandang wajah Mark, "Dari dulu sampai sekarang, 'Hyuckie lahir di dunia hanya untuk menjadi soulmate dari Hyungie'," lanjutnya seraya menatap lekat-lekat manik obsidian sang putra disertai senyuman kecil, "Kau tidak lupa kan bila Hyuckie sendirilah yang mengatakan semua itu padamu?"
Mark memaksakan sebuah senyum agar terlukis di bibirnya demi menyembunyikan rasa haru yang membuncah di relung hatinya sebelum menganggukan kepala pelan.
"Aku tidak mungkin melupakan itu," ucap Mark diakhiri senyum tipis seraya melepaskan pelukannya pada Taeyong, "Appa, gomawo. Aku rasa aku bisa melakukannya sekarang."
Taeyong tersenyum.
Tok! Tok! Tok!
"Maaf Tuan, tamu yang sudah Anda nanti-nantikan telah tiba."
Melihat ekspresi tegang yang kembali terlukis di wajah Mark, Taeyong hanya bisa tersenyum makhlum sebelum membalas perkataan salah satu butler-nya itu.
"Minta Jaehyun untuk menyambut mereka terlebih dahulu. Kami akan menyusul."
"Baik Tuan."
Bersamaan dengan langkah kaki si butler yang mulai terdengar menjauh dari pintu kamar rias yang mereka huni itulah, Taeyong menyempatkan diri untuk mengambil jas yang terselempar di sandaran kursi hanya untuk memakainya kembali. Setelah itu, Taeyong langsung meraih lengan Mark untuk mengajak sang putra berjalan meninggalkan kamar rias tersebut demi bersiap diri menyambut kedatangan Keluarga Seo.
Di sepanjang perjalanan menuju ruang tamu Kediaman Jung itulah, Taeyong sesekali mencuri pandang ke arah Mark yang kini berjalan berdampingan dengannya hanya untuk menganalisa seberapa siap kah mental putranya itu untuk menghadapi situasi ini. Sebab, meski Mark telah mengatakan padanya jika Ia mampu menghadapinya, tetap saja Taeyong masih bisa menangkap aura gelisah yang lumayan menguar dari sang putra. Mau tidak mau hal ini sedikit membuat Taeyong ikutan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfic"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...