Chapter LXVIII (Dawn)

1.3K 145 36
                                    

"Jadi, kau orangnya?"

"..."

Hal yang tidak Mark ketahui adalah, keputusannya untuk mengunjungi Kediaman Keluarga Seo di suatu siang demi memenuhi janjinya pada Haechan untuk menjemputnya, akan menghantarkannya pada skenario menegangkan hingga membuatnya gugup tidak tertolong, tepat di hadapan sesosok pria dewasa dengan kedua tangan yang tersilang di depan dada.

Johnny; sebagai tersangka utama yang kini sedang gencar-gencarnya mengeluarkan aura intimidasi terlampau kuat dari tubuhnya, terus saja menatap datar pada sesosok bocah laki-laki berumur 10 tahun yang hanya bisa menundukan kepalanya dalam.

Ugh.

Johnny tahu, bila bocah ini adalah anak tunggal dari sahabatnya; Jaehyun, yang juga digadang-gadang sebagai calon pewaris Keluarga Jung di masa depan. Namun tetap saja, semua itu tidak cukup untuk menghapus memorinya dengan sang putra bungsu, meski dua tahun telah berlalu sejak hal membagongkan itu terjadi.

Johnny masih ingat dengan jelas, kala itu adalah malam hari di pertengahan minggu. Kebetulan sekali Johnny bisa pulang cepat dari kantor hingga memiliki kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan sang putra bungsu; Haechan, ataupun sang putra sulung; Hendery, melalui makan malam dengan waktu yang lebih awal dari biasanya.

Di sela-sela kedua tangannya yang sibuk membantu Ten menyusun beberapa piring berisi lauk utama di atas meja makan, Johnny sebenarnya agak merasa heran ketika kemunculan si mungil Haechan dari arah tangga rumah mereka pada malam itu tidak terlihat seperti biasanya. Sebab, Johnny merasa ada yang kurang, saat Ia sama sekali tidak diberi sambutan selamat datang oleh Haechan yang malah langsung mendudukan diri di kursi yang tersedia di sana dengan wajah lesu.

Lantaran merasa janggal, pada akhirnya Johnny berjalan menghampiri Haechan yang terduduk tepat di samping Hendery, sebelum memposisikan tubuhnya agar menyamai tinggi sang putra bungsu, dengan salah satu lututnya yang menyentuh karpet lantai.

"Hyuckie? Kenapa?" tanya Johnny sambil mengelus surai putra bungsunya pelan.

Jawaban dari Haechan yang diwakilkan dengan gelengan kepala itu pun tak hanya membuat Johnny menjadi semakin khawatir, bahkan Hendery yang tadinya sibuk memandangi berbagai macam hidangan di depannya karena kelaparan akut juga sedikit mencuri pandang pada tingkah tak biasa sang adik; kepo.

"Hyuckie, hei," panggil Johnny lagi seraya meraih wajah Haechan pelan; masih dengan sirat khawatir yang sama, "Kalau Hyuckie ada masalah, ceritakan pada Daddy ya?"

Di tengah tangan Hendery yang diam-diam mencuri beberapa daging di atas meja dengan sumpitnya itu, Ia tak mampu menahan kernyitan di keningnya usai mendengar perkataan Sang Daddy.

Maksud Hendery,

Memangnya bocah berumur 7 tahun seperti Haechan bisa punya masalah?

Padahal Hendery masih ingat, saat dirinya seumuran dengan sang adik, hidupnya terasa lempeng-lempeng saja tanpa beban sama sekali; seperti kehidupan bocah pada umumnya.

"Uh... Da-Daddy!"

Rengekan Haechan setelahnya diiringi ekspresi nyaris menangis itu pun lantas membuat keduanya kelabakan seketika. Bahkan Hendery sampai ikut berlutut di sisi Haechan dengan ekspresi panik yang begitu kentara.

"Little Sun, kenapa?!"

"Uh... De-Dery hyung..." ucap Haechan sambil memanyunkan bibirnya, "Hyuckie sedih..."

"Sedih kenapa Hyuckie?" balas Hendery makin cemas.

"Hyungie... Hyungie uuuh..."

Dan kerucutan bibir dari Haechan setelahnya, seakan memberi jeda pada Hendery maupun Johnny untuk saling melempar pandang satu sama lain.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang