Chapter XXXIX (Talk & Decision)

1.9K 159 6
                                    

Di luar hujan masih turun begitu derasnya, selama itu pula Haechan tidak menolak segala sentuhan dari Mark yang sesekali mengeratkan pelukannya, memainkan jemarinya yang masih saling bertautan, hingga kecupan demi kecupan yang melayang di pucuk kepalanya ketika Haechan tiada henti mengemukakan pemikirannya pada Sang Pemimpin Godlike tersebut. Kini baik keduanya sedang sama-sama terduduk di atas ranjang secara berdampingan bersandarkan pada tumpukan bantal dengan sebuah selimut yang menutupi bagian bawah dari tubuh mereka agar terlindungi dari hawa dingin yang ada.

"Aku bahkan baru tahu kalau aku adalah pewaris Keluarga Seo tadi malam, dan tiba-tiba saja hari ini aku dipertemukan dengan orang yang akan dinikahkan denganku," lanjut Haechan bercerita, "Bukankah semua ini terlalu mendadak?" ucapnya sembari melirik ke arah Mark.

Mark menanggapi perkataan Haechan dengan senyum tipis seraya mengelus surai sang pudu dengan lembut.

"Ada banyak hal yang belum aku ketahui tentang Keluarga Seo. Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab kenapa aku harus disembunyikan dari dunia selama ini. Ada banyak kebingungan yang ada di benakku, termasuk kenapa bisa kau adalah pewaris Keluarga Jung yang harus aku nikahi," kata Haechan lagi sambil menyandarkan kepalanya di bahu Sang Pemimpin Godlike, "Mark, aku benar-benar tidak mengerti dengan hidupku kali ini. Semuanya terburu-buru. Rasanya seperti kau adalah dirimu tapi kau tidak menjadi dirimu yang sesungguhnya. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi."

Mark lantas sedikit menggerakan tubuhnya hanya untuk merengkuh Haechan yang sedang bersandar sepenuhnya kepadanya itu dari samping secara lebih leluasa. Bersamaan dengan wajah Haechan yang kini berada di dadanya itulah, Mark sengaja mendaratkan dagunya di pucuk kepala Haechan seraya mengeratkan pelukannya pada Sang Pemimpin Eclipse yang kini turut melingkarkan kedua tangan di tubuhnya. Selama itu pula keheningan tercipta di tengah-tengah suara rinai hujan yang masih bertahan untuk terus-terusan menghantam Bumi; seakan mengiringi keterjebakan Mark yang sedang bergelut dengan pikirannya sendiri.

Tidak ada seorang pun yang mungkin memahami kegundahan Haechan kali ini selain Mark seorang. Sebab segala rasa yang menghinggapi benak Haechan tak ubahnya dengan rasa yang menjerat relung hati Mark selama lima tahun belakangan oleh karena sandiwara memuakan yang harus Ia perankan tanpa jeda. Mark memahami semua itu, sebuah rasa terkurung oleh karena kau tidak bisa menjadi dirimu sendiri dan harus mengemban segala ekspektasi dari orang lain yang senantiasa dibebankan di pundakmu. Mark sangat memahaminya hingga rasanya Ia tidak mampu membuat Haechan turut terjatuh pada lubang kesengsaraan sama.

"Mark, apa salah jika aku ingin menjalaninya dengan perlahan?" tanya Haechan sambil membenamkan wajahnya di dada Mark, "Selama ini aku selalu hidup sebagai Lee Haechan, aku tidak tahu apapun tentang Seo Haechan dan dunianya sebagai pewaris Keluarga Seo," lanjutnya sembari mengeratkan pelukannya di tubuh Mark, "Aku juga tidak tahu tentangmu. Sampai sekarang pun sosok Mark yang aku kenal hanyalah Mark Lee dengan segala tingkah brengsek dan menyebalkan miliknya itu, bukan Mark Jung yang kini mendengarkan pemikiranku dan memelukku sepanjang malam seperti ini," ucapnya sebelum menyejajarkan wajahnya agar bertatapan dengan Mark secara langsung, "Mark, apa salah jika aku ingin mengenal seluruh dirimu sebelum aku menikahimu?"

Mark sempat tertegun dengan ungkapan hati Haechan kali ini sebelum sebuah senyum lembut terukir di bibirnya. Berkat itu pula Mark tak mampu menahan dirinya untuk memberikan sebuah kecupan manis di bibir Haechan.

"Aku menghargai keputusanmu," ucap Mark sembari menyatukan kening mereka, "Kita akan menikah setelah kau benar-benar yakin aku adalah satu-satunya di hidupmu."

Manik hazel Haechan segera beralih ke arah lain saat merasa dirinya tidak mampu terus-terusan menatap ke arah manik obsidian Mark yang kini menatapnya dengan teduh. Sungguh Haechan tidak menyangka jika sosok yang telah menjadi musuh bebuyutannya selama bertahun-tahun ini dapat begitu memahami perasaannya dengan mendengarkan segala kegundahannya seperti ini. Bahkan ketika Haechan pada akhirnya meminta waktu lebih untuk mengulur tenggat waktu pernikahan mereka pun, Mark menerimanya begitu saja tanpa memaksanya untuk memikirkan kembali keputusannya. Berkat itu pula, keinginan Haechan untuk mengenal sisi Mark yang lain sebagai Mark Jung benar-benar semakin membuncah.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang