Pewaris tunggal dari Grady Group akhirnya keluar dari ruang kerjanya. Ia mendapati office girl baru yang membuat lantai ruangannya ternodai sedang terisak.
Gadis itu berdiri dengan lututnya sembari membersihkan meja kerjanya dari serpihan kaca.
Sesekali Leon melihat jemari karyawan barunya yang masih berdarah. Ia melangkahkan kakinya perlahan dan mendekati gadis berambut sebahu itu."Kenapa masih di sini?" tanya Leon tanpa ekspresi.
Kedatangan Leon mengejutkan Alexa yang masih terbayang dengan kecoa yang sempat menempel di lehernya . Apalagi, ia sudah membuat kegaduhan pada hari pertamanya bekerja di ruang CEO.
"Saya akan membersihkan ulang ruangan, Pak!" jawab Alexa menunduk dan tak berani menatap wajah Leon.
"Jangan sampai lantai di sini pun kau kotori dengan darahmu!" ucap Leon sambil berlalu pergi.
Leon terus berjalan tanpa arah tujuan. Ia pun tak tahu mengapa rasanya ingin keluar dan melihat kondisi gadis yang membuat lantai ruangan kerjanya kotor karena tetesan darah.
Leon menghembuskan napasnya kasar. Ia menuju lift dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruang HRD yang ada di lantai tiga.
Para staff personalia begitu gugup dan canggung ketika mereka melihat direktur perusahaan berkunjung untuk pertama kali ke ruangan mereka.
Leon berjalan dengan mata menyapu ke setiap meja staff di ruangan itu. Satu meja yang menarik perhatiannya adalah meja seorang laki-laki bertubuh gempal yang sedang memakan keripik.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya pegawai yang baru selesai memakan keripik.
"Kemasi barang-barangmu dan selamat liburan," jawab Leon dengan senyum angkuhnya.
"Maksud, Bapak?"
"Mulai besok saya tidak ingin melihat kamu ada di kantor ini lagi!" ucap Leon pergi begitu saja.
Leon mengabaikan karyawan bertubuh gempal yang memohon untuk tidak di pecat. Mendengar pria gempal itu terus merengek membuat Leon menghentikan langkahnya. Ia mendekati sebuah meja dan memukul keras meja itu dengan telapak tangannya.
Braaakkk...
"Saya tidak mau melihat hal seperti ini lagi! Apa jam istirahat yang saya berikan kurang?!" ucap Leon tak bisa mengendalikan emosinya.
Kemarahan Leon membuat semua karyawan personalia terdiam dan tidak ada yang berani membuka suara.
"Kenapa diam? Apa kalian semua tuli?!" bentak Leon lagi. Tetap saja tidak ada yang berani menjawab pertanyaan dari CEO yang tengah murka ini.
"Berikan saya biodata terbaru Office girl yang baru berkerja hari ini!" perintah Leon dengan posisi berdiri yang masih sama. Kedua tangannya berdecak pinggang. Ia memejamkan mata dan mengatur napas untuk meredakan emosinya.
"Ini, Pak." ucap salah satu karyawan memberikan data diri Alexa.
Leon mengambil kertas putih itu dengan merebutnya paksa. Tanpa membacanya terlebih dahulu, ia langsung melipat kertas itu dan membawanya pergi.
CEO angkuh itu kembali ke ruangannya dengan kertas terlipat di tangan kirinya. Varrel sang sekretaris yang juga sahabatnya itu masih berada di dalam ruangannya.
"Hei, Bos! Dari mana kamu?" tanya Varrel sok akrab yang terkadang tidak tahu di mana posisinya.
Alexa mengangkat wajahnya, dan menatap ke arah teman kecilnya. Tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu. Keduanya saling berpandangan meski hanya lima detik.
"Bos, kertas apa itu?" ucap Varrel mengganggu suasana.
"Keluar!" perintah Leon dengan tegas.
Varrel pun hanya bisa menghela napas panjang. Ia keluar dengan bibir komat-kamit memberikan sebuah umpatan.
Kelakuannya pada Leon bukan hanya ia tidak sopan. Varrel hanya ingin sifat sahabatnya yang dulu bisa kembali seperti semula. Sebelum menjabat sebagai CEO, Leon adalah pemuda yang ramah, baik hati, dan sangat mengerti teman.
Semua keadaan berubah ketika Amanda yang di pacarinya selama tujuh tahun memilih menikah dengan orang lain yang menurutnya lebih kaya. Wanita itu tidak tahu jika Leon adalah pewaris tunggal Grady Group karena Leon selalu merahasiakan identitas keluarganya.
Satu tahun setelah Amanda mencampakkannya, Leon di tunjuk untuk mengurus perusahaan karena kondisi Ayahnya yang sudah mulai sakit-sakitan.
Melihat Varrel yang sudah keluar, Leon duduk di meja kerjanya. Kertas biodata masih tetap pada genggaman tangannya. Ia terus menatap Alexa yang baru saja selesai membersihkan bercak darah di lantai ruangannya.
"Sudah selesai?" tanya Leon ketika melihat Alexa telah mendorong meja kerjanya.
"Sudah, Pak," ucap Alexa menatap wajah teman masa kecilnya yang sudah berubah menjadi pria tampan.
"Keluar!" tegas Leon.
Alexa mendorong meja kerjanya menuju pintu sambil mengumpat,
"Dasar beruang kutub!"Setelah Alexa keluar dari ruang kerjanya, kini hanya Leon sendiri berada dalam ruangan kerja miliknya yang luas. Ruangan yang selalu dingin sedingin sikapnya itu menjadi tempat ternyaman ketika dirinya berada di kantor.
Ruang kerja dengan fasilitas lengkap. Selain meja kerja, terdapat lemari untuk menaruh berkas, satu set sofa putih, meja kecil di sudut ruangan yang terdapat foto masa kecilnya, dan sebuah televisi datar yang tergantung di dinding ruang kerjanya.
{Ruangan Kerja Leon}
Leon menyandarkan bahunya pada sandaran kursi kerjanya. Lalu ia mengangkat kertas biodata Alexa yang masih di genggam tangannya.
"Untuk apa aku sampai meminta kertas enggak penting ini?" ucap Leon membuka laci meja kerjanya dan menaruh biodata Alexa di dalam laci itu tanpa membacanya terlebih dahulu.
Saat laci itu akan di tutup, ia teringat akan kenangan indahnya bersama Amanda. Sebuah foto ketika mereka masih menjalin hubungan di simpan dalam laci itu.
CEO dingin dan angkuh ini mengambil foto itu, melihatnya sekilas lalu membuang foto yang terdapat dirinya dengan mantan kekasih ke tempat sampah yang ada di bawah meja kerjanya.
See you next part...
.
.
.
.
.Jangan lupa tinggalkan Vote and Komen!
ESTÁS LEYENDO
ALEO [End]
Художественная прозаLeon Jonathan Grady adalah pewaris tunggal dari perusahaan Grady Group yang bergerak di bidang alat transportasi. Leon merupakan pria yang selalu tampil sempurna dan di kenal angkuh oleh para karyawannya. Alexa Olivia Jonshon merupakan perempuan ber...