PART 37

13 18 0
                                    

Amanda berjalan mengelilingi kantor. Tanpa sengaja ia melihat Alexa yang hendak masuk ke ruangan cleaning service. Wanita dengan rambut bergelombang ini mengikuti Alexa hingga ke ruangannya.

"Hai," sapa Amanda yang membuat Alexa menoleh.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alexa dengan senyum.

"Ada," jawab Amanda singkat.

"Apa?"

"Kamu apakan Leonku, hah? Dia itu gak mungkin suka sama cewek sekelas OB kayak kamu! Ngaca! Punya kaca gak di rumah?" ucap Amanda mendorong dahi Alexa dengan telunjuknya.

"Saya gak ngelakuin apapun, Mbak," jawab Alexa yang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya.

"Gak mungkin! Aku bisa liat sorot mata Leon yang beda saat liat kamu! Atau jangan-jangan kamu sengaja deketin dia karena mau hartanya?"

"Gak, Mbak!"

"Diliat dari penampilan kamu aja udah keliatan! Liat temen-temen OB cewek kamu! Mana ada yang pake sepatu begituan? Dandan menor begini, hah!" ucap Amanda mendorong lagi dahi Alexa.

"Saya pake sepatu ini karena sepatu ini pemberian pacar saya."

"Pacar? Siapa? Leon?" ucap Amanda menjambak rambut Alexa.

Razen tidak bisa tinggal diam. Ia segera melerai Amanda dan menolong sahabat OB nya. Keributan yang terjadi membuat beberapa karyawan berkerumun di pintu masuk ruang cleaning service.

Varrel yang kebetulan lewat ikut menyeruak di antara para karyawan dan melihat Alexa yang sudah berantakan dengan air mata yang bercucuran.
Amanda akan melukai Alexa lagi dengan tangannya. Namun, Varrel menghalaunya. Ia membentak Amanda dan meminta wanita itu segera pergi sebelum Leon datang.

"Kenapa aku harus pergi? Kamu juga bela dia? Pacar Leom yang sekarang?" tunjuk Amandaa pada Alexa.

"Siapa yang pacarnya Leon? Dia pacarnya Edgar! Ngerti!" ucap Varrel kesal. Ia menyeret Amanda keluar dari ruangan cleaning service.

"Kamu gak apa-apa, Xa?" tanya Razen yang tidak di jawab Alexa. Gadis berwajah oriental ini berlari dan mengurung diri di kamar mandi. Menangis, meluapkan emosinya. Gagal mengaku jati diri dan akhirnya bertemu wanita yang pernah bernaung di hati teman kecilnya itu.

Sudah lebih dari dua jam Alexa mengurung diri. Tidak keluar di jam istirahat. Membuat Razen dan Pak Roni khawatir. Pak Roni menelepon Varrel dan mengatakan apa yang terjadi dengan anak buahnya itu.

Dengan sigap, Varrel memberi tahu Leon dan CEO tampan ini sangat khawatir.Varrel dan Leon menuju ruang cleaning service. Beberapa kali Leon mengetuk pintu dan meminta Alexa keluar. Akan tetapi Alexa tidak menjawab.

"Xa, nanti ada laba-laba, lho!" ledek Leon yang sama sekali tidak digubris oleh Alexa.

Diam-diam Varrel mengirimkan pesan pada Edgar agar membujuk Alexa keluar dari kamar mandi.

Leon dan Varrel tidak pernah sedetikpun beranjak dari depan kamar mandi. Mereka terus berkata dan berusaha meyakinkan Alexa agar keluar. Sampai akhirnya Edgar datang dan panik.

"Sayang, buka pintunya! Ini aku!" ucap Edgar sambil menggedor-gedor pintu.

"Dari tadi gak ada suara, Gar," ucap Varrel.

"Kenapa bisa sampe gini?"

"Ceritanya nanti aja. Mending sekarang dobrak aja pintunya," ucap Leon.

"Sayang, ini aku, Edgar. Buka pintunya ya, sayang!"

Tidak juga ada jawaban, akhirnya Edgar mendobrak pintu kamar mandi hingga rusak dan terbuka. Seluruh karyawan bagian cleaning service termasuk Pak Roni menyaksikannya. Varrel terperangah kaget, membuka mulutnya lebar dan menutupnya dengan tangan. Leon hanya bisa berdiri mematung melihat kondisi Alexa. Sedangkan Edgar jatuh lemas tidak berdaya.

"Astaga! Kita di sini khawatir banget, ternyata dia tidur mangap gitu?" gumam Leon dalam hati.

Kekhawatiran mereka sirna sudah ketika melihat Alexa yang mengurung diri di kamar mandi justru tertidur. Duduk di atas closet dengan kepala bersandar tembok. Sedikit menengadah hingga mulutnya terbuka.

"Alexa!" bentak Pak Roni dengan keras dan mengagetkan.

Alexa membuka matanya. Menggeliat dan menguap lebar. Mulutnya masih terbuka ketika gadis berponi ini melihat banyak orang di depan kamar mandi.

"Ka... kalian kenapa semua di sini?" tanya Alexa dengan kepolosannya.

"Kamu itu udah bikin khawatir tau gak? Edgar sampe aku hubungin karena aku ngira kamu ngelakuin hal yang aneh- aneh di dalam," tukas Varrel.

"Aku ketiduran, maaf."

"Bisa-bisanya kamu tidur di jam kerja seperti ini?" pak Roni sangat marah.

"Maaf, Pak. Tadi aku lagi nangis gitu, tau-tau mata kayak berat banget. Pas bangun kalian udah ngumpul," ucap Alexa sambil mengusap kedua matanya yang sembab.

"Udahlah. Aku anter kamu pulang sekarang ya?" pinta Edgar yang mulai bangun dari jatuhnya.

"Belum waktunya jam pulang, Gar," tolak Alexa.

"Sudahlah. Lebih baik kamu istirahat saja di rumah. Ini perintah langsung dari saya!" titah Leon yang langsung berbalik dan pergi dari ruangan cleaning service.

Varr mengikuti atasannya. Ia segera membubarkan kerumunan karyawan agar kembali ke tempat masing-masing.

"Leo, kok Amanda bisa marah banget sama Alexa sih? Dia salah paham kayaknya," ucap Varrel kepada Leom yang hendak masuk ke dalam lift.

"Jangan sampai wanita itu muncul lagi di hadapanku!"

"Kenapa? Kamu gak tanya kenapa Amanda tiba-tiba dateng nemuin kamu?"

"Aku gak mau tahu alasannya."

"Sumpah? Mungkin karena masalah rumah tangganya yang lagi diberitain itu. Kasihan Amanda , Leo."

"Jangan bahas dia lagi, tolong! Aku sudah memiliki wanita lain yang mengisi hatiku saat ini."

Obrolan mereka sempat berhenti sebentar ketika pintu lift terbuka. Mereka berjalan menuju ruangan Leon. Varrel menutup pintu rapat-rapat dan bertanya tentang wanita yang di maksud Leon.

"Siapa, Leo? Jangan main rahasia- rahasiaan dong!"

"Itu urusan pribadiku. Kamu gak perlu tau!"

"Alexa ya?"

Leon tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Ia lebih memilih membuka laptop dan membaca laporan keuangan hari itu.

"Pasti bener kan? Perang saudara emang bener-bener bakal di mulai nih! Aku gak mau ikut-ikutan!"

"Aku sudah bilang kalau kamu gak perlu ikut campur kan?"

"Iya paham. Aku ganteng, Aku diam," ucap Varrel menutup mulutnya rapat-rapat.

See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ALEO [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora