PART 50

13 18 0
                                    

Alexa tidur telungkup di atas kasur. Ia sudah berganti pakaian. Namun, rambut barunya masih basah. Hatinya masih kesal dengan perlakuan Edgar yang sudah merenggut ciuman pertamanya.

"Kesal! Sialan betul!" ucap Alexa terbangun dan duduk sambil mengusap bibirnya berulang-ulang. Ia menghentak-hentakkan kakinya di atas kasur karena ciuman itu terus terbayang di benaknya.

Alexa meraih ponselnya dan membuka pesan untuk sang penggemar yang tidak ada balasan.

Haters gila😈

Kenapa tidak dibalas? Apa kau tidak datang?

Alexa mengirim pesan lagi. Namun, lagi-lagi hanya dibaca dan tidak kunjung dapat balasan.

"Hari ini aku sial! Lihat Leon bawa bunga buat cewe, ciuman pertamaku hilang, tidak jadi ketemu penggemar. Benar-benar sial! Aku tidak punya teman buat curhat," gerutu Alexa. Ia mengirimkan pesan lagi untuk penggemar misteriusnya.

Haters gila😈

Aku boleh telepon? Aku butuh seseorang untuk mendengar curhatanku. Please, angkat🙏🏻.

***

Leon duduk termenung dengan tugu basah di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan. Ia sedang memandangi pesan dari Alexa. Hingga tiba-tiba panggilan masuk dari gadis itu membuat Leon gelisah.

Pria yang sedang patah hati ini menerima panggilan itu dengan gugup.

"Hallo," jawab Leon.

"Hallo. Kok suara kamu kayak gak asing gitu ya. Kita saling kenal?"

"Aku cuma penggemarmu. Mana mungkin kamu kenal aku."

"Iya tahu. Nama kamu siapa?"

"Aku? Aku..."

"Tidak apa-apa kalau rahasia. Aku panggil kamu Tuan misterius aja ya?"

"Terserah kamu. Ada apa sampai meneleponku?"

"Tadi kenapa gak datang?"

"Aku datang. Tapi kamu pergi."

"Benarkah? Jangan dibahas deh! Aku lagi kesal."

"Kesal kenapa?"

"Please, Dengarkan curhatanku ya? Aku tidak bisa mendem sendiri. Jadi bikin emosi terus."

"Ayo cerita."

"Jadi aku itu punya pacar. Bukan pacar beneran, sih. cuman pacar tiga bulan."

"Apa itu pacar tiga bulan."

"Aku terpaksa terima dia jadi pacar karena waktu itu dia bantuin aku. Tapi kita sepakat cuman jadi pacar tiga bulan aja. Kalau aku suka ya lanjut. Kalau gak kita udahan."

Leon terkejut mendengar pengakuan Alexa. Dugaannya selama ini akan keromantisan mereka ternyata hanya sebuah janji antara Alexa dan Edgar yang terjalin dalam hubungan selama tiga bulan.

"Lalu?"

"Lalu, Pacar tiga bulanku itu sudah kurang ajar. Dia sudah merenggut my first kiss. Padahal aku gak cinta sama dia. Aku kesal banget."

Leon ikut kesal mendengarnya.
"Apa kamu sama sekali gak cinta sama dia?"

"Gak! Aku sudah suka sama orang lain. Tapi orang itu mencintai wanita lain."

"Bagaimana kau tahu lelaki itu mencintai wanita lain?"

"Aku lihat dia di cafe. Bawa mawar putih udah pasti dia lagi nunggu cewe."

"Apa aku boleh tahu nama pria itu?"

"Boleh. Tapi aku yakin kamu gak kenal."

"Namanya Leon Jhonatan Grady. Aku suka dia sejak kecil tahu.

Leon menjatuhkan ponselnya. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Ia berlari keluar kamar menuju mobilnya.

"Itu Den Leon kenapa lagi? Tadi pulang murung basah kuyup. Sekarang lari kayak dikejar setan. Perasaan dulu aku kasmaran gak gitu-gitu amat," ucap asisten rumah tangga keluarga Grady yang sedang menutup jendela.

Leon masuk ke dalam mobilnya. Ia berniat akan menemui Alexa di rumahnya. Leon menyunggingkan bibirnya. Kedua tangannya memegang setir. Namun, ia tidak menyalakan mesin mobil.

CEO tampan ini akan meneruskan perannya sebagai Tuan misterius untuk menggali informasi tentang perasaan Alexa terhadapnya.

"Iya, aku tidak boleh ungkapin sekarang. Aku senang ternyata kamu mencintaiku. Apalagi setelah Aku tahu kamu tidak benar-benar menyukai Edgar," gumam Leon.

Leon keluar dari mobil dan menikmati guyuran air hujan malam yang semakin deras. Kedua tangannya merentang. Kepala mengadah. Seolah tetesan-tetesan air itu membuat jiwanya begitu tenang.

Asisten rumah tangga di keluarga Grady mengintip dari balik jendela. Ia khawatir anak majikannya itu akan sakit.

"Den! Den Leon!" teriak asisten rumah tangga itu yang tidak didengar Leon. Ia berlari menuju pintu dan memanggil Leon lebih keras.

"Den Leon! Jangan main hujan!"

Leon menoleh dengan tangan yang masih merentang. "Sini Mbok ikutan!" ajak Leon yang langsung ditentang oleh wanita yang sudah melayani keluarga Grady selama dua puluh tahun lebih.

Jedeeerrrrr...

Suara petir yang menyambar mengagetkan Leon. Ia berlari masuk ke dalam rumah.

"Aduh, Den Leon. Sudah malam begini Mbok harus ngepel lagi," keluh sang pembantu.

Leon tidak peduli. Ia segera masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaian. Ia melihat rintik hujan yang bercampur petir sesekali. Mengingat lagi kejadian di halaman rumah Alexa. Ditambah pengakuan Alexa yang mengatakan bahwa Edgar sudah merenggut ciuman pertamanya.

"Aku kesal juga dengar Alexa bilang kayak gitu. Aku tidak bakal biarin Edgar berbuat seenaknya lagi."

Leon berbalik. Ia mengambil setangkai mawar putih di atas nakas. Perlahan ia duduk di tepian kasur sambil memandang mawar yang layu itu.

"Bahkan cintaku belum aku utarakan. Aku harus sabar, belum saatnya aku muncul sebagai Leon," gumamnya sambil mencium mawar itu.




See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ALEO [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora