"Alexa?" panggil Edgar lirih.
"Gar, kamu di sini! Makan malamnya jadi gak? Aku laper banget. Tadi Pak Bagas beli makan malamnya gak enak," rengek Alexa yang tidak berubah menunjukkan watak childishnya.
"Iya jadi. Om, Tante, saya ajak Alexa keluar ya?"
"Iya. Ingat pesan om tadi ya?"
"Siap, Om."
Edgar berjalan beriringan dengan Alexa. Lagi-lagi Alexa tergelincir dan Edgar tidak menyadarinya. Hingga akhirnya gadis itu jatuh.
"Edgar! Gak so sweet banget, sih! Ceweknya jatuh bukannya di tangkep!"
"Sorry, Sayang. Aku gak liat. Ayo bangun! Mana yang sakit?"
"Awas, ah! Ayo buruan aku udah laper," ucap Alexa bangkit dan masuk sendiri ke mobil Edgar.
Hari yang hampir larut membuat Edgar mengendarai mobilnya sedikit mengebut. Mereka sampai di Green Apple Restaurant dalam waktu dua puluh menit saja.
"Kita udah sampai. Ayo."
Edgar menuntun Alexa menuju private room yang sudah di pesannya. Ketika mereka masuk, suasana gelap hanya di terangi cahaya lilin yang berada di setiap sudut ruangan. Serta beberapa lilin yang di bentuk Hati di tengah ruangan. Musik romantis diputar. Alexa terhanyut sampai ingin menangis.
"Edgar, kita gak salah masuk kan?"
"Gak, Sayang! Ayo duduk!"
Edgar menarik kursi untuk Alexa. Tidak berselang lama menu sebuah potongan cheese cake datang. Plating yang sangat cantik membuat Alexa tidak sabar untuk mencicipi kue itu.
Seorang pramusaji memberikan kode kepada Edgar bahwa cincin emas putih berada pada potongan kue di hadapan Alexa. Edgar mengangguk dan meminta Alexa segera mencicipi kue itu.
"Ayo di makan, Sayang."
Alexa menyuapkan satu potongan kecil kue dengan garnis stroberi ke dalam mulutnya. Rasa yang begitu enak serta perut yang lapar membuat Alexa terus memakan kue itu hingga tersisa setengahnya.
"Gar, kok kamu gak makan?"
"Nanti. Aku seneng liat kamu makan."
Alexa memasukan lagi satu sendok potongan kue. Tiba-tiba Alexa meletakkan sendoknya dengan keras. Berhenti mengunyah dan mual.
Hoek... hoek ....
"Alexa. Kamu kenapa?" tanya Edgar panik, ia bangun dan menepuk pelan punggung kekasihnya.
"Gak tau. Ada yang nyangkut di tenggorokan, Gar."
"Muntahin! Ayo muntahin, Sayang," ucap Edgar menepuk punggung Akexa lebih keras.
"Kenapa cincinnya bisa ketelen gini, sih! Susah banget bikin suasana romantis sama dia," batin Edgar kesal.
Alexa mulai kesulitan bernapas. Tanpa pikir panjang, Edgar langsung membopong gadis itu. Wajah Alexa sudah pucat. Napasnya pendek seperti orang yang terserang asma dadakan.
"Sabar, Sayang. Kita ke rumah sakit sekarang ya!"
Edgar membawa Alexa keluar dari private room. Beberapa pramusaji terlihat mengintip dari balik pintu. Mereka saling berbisik karena tidak tahu jika Alexa menelan cincin yang dimasukkan ke dalam cheese cake.
"Kasihan. Pacarnya udah bikin momen romantis kayak gini malah asmanya kambuh."
"Iya kasihan banget. Mudah- mudahan gak jantungan juga."
Bisik-bisik dua pramusaji yang sedang melihat Edgar kesulitan membopong Alexa yang cukup berat.
"Sayang, kamu kurus tapi kok berat. Apa aku yang gak pernah angkat beban?" ucap Edgar sambil terengah.
ESTÁS LEYENDO
ALEO [End]
Genel KurguLeon Jonathan Grady adalah pewaris tunggal dari perusahaan Grady Group yang bergerak di bidang alat transportasi. Leon merupakan pria yang selalu tampil sempurna dan di kenal angkuh oleh para karyawannya. Alexa Olivia Jonshon merupakan perempuan ber...