PART 48

11 19 0
                                    

Suasana sore yang mendung dan dingin tidak menghalangi niat Edgar membantu Amanda. Mereka sudah sepakat bekerja sama demi keuntungan masing-masing.

Edgar dan Meysha berpisah. Kekasih tiga  bulan dari Alexa ini segera menuju apartemen pribadinya. Apartemen kotor yang sering dijadikan tempat pemuas nafsu bersama para mantan-mantannya.

Di dalam apartemen yang memiliki banyak kenangan manis bersama wanita yang sudah tidak terhitung jumlahnya itu ia duduk di atas kasur. Ia menghubungi Alexa dan bercakap cukup lama di dalam telepon.

"Hallo, Sayang. Kamu lagi ngapain?" tanya Edgar.

"Aku habis ket... Em, habis shopping. Lagi di jalan."

"Ket apa hayo? Kenapa tidak jadi ngomong tadi?"

"Ketemu teman di mall, Gar."

"Oh, by the way nanti malam kamu ada acara gak?"

"Gak ada. Kenapa emangnya?"

"Mau makan malam bareng?"

"Mendung, Gar. Malah sudah gerimis ini."

"Kita makan malamnya gak di jalan. Gak mungkin kehujanan, kan?"

"Boleh. Tapi jangan yang aneh-aneh kaya semalam. Aku gak mau."

"Iya. Nanti kita cuman makan malam biasa saja, kok."

"Ya udah aku mau."

"Sampai ketemu nanti malam sayang. Muachh"

"Gak kena gak kena wlee...," ledek Alexa.

"Mau yang kena hm?" tanya Edgar.

"Gak!"

"Mau ya?"

"GAK MAU EDGAR ROVALNO!"

"Mau saja. Nanti malam aku kasih yang beneran."

Tut..Tut..Tut...

Panggilan terputus. Edgar tersenyum. Satu-satunya kekasih yang belum pernah bermesraan dengannya hanyalah Alexa. Seorang gadis yang tidak akan ia nodai. Edgar tulus dan menganggap Alexa sebagai pelabuhan terakhir cintanya setelah berpetualangan dengan wanita-wanita nakal yang hanya menginginkan uang.

Meysha bekerja lebih cepat dari yang Edgar bayangkan. Dalam waktu  satu jam setengah, Meysha sudah membawa Amanda ke apartemen Edgar.

Sepupu dari Leon ini membuka pintu dan memberikan Meysha uang tambahan agar tidak membocorkan persembunyian Amanda kepada siapapun.

"Masuk, Manda."

"Ini apartemen kamu?"

"Iya. Untuk sementara kamu tinggal di sini. Jangan keluar kecuali denganku. Hubungi aku jika butuh sesuatu."

"Baiklah."

"Kau tidak membawa ponsel kan?"

"Aku hanya membawa uang sedikit, ATM dan beberapa kartu kredit. Ponsel aku tinggalkan."

"Bagus. Biar mereka gak bisa lacak keberadaan kamu."

"Lalu bagaimana caraku menghubungi kamu?"

"Akan ada orang yang mengantar makan malam dan ponsel baru untukmu."

"Sepertinya kamu sangat matang dalam rencana ini. Tapi jujur aku masih butuh uang Bram."

"Pilih Leon atau Bram?"

"Leon."

"Lupakan tentang Bram. Besok kita mulai bereaksi. Aku pergi."

"Tunggu! Kau yakin aku aman di sini?"

"Sangat yakin. Yang penting jangan sekali-sekali keluar. Jika pun terpaksa keluar jangan berpenampilan seperti itu."

"Baiklah. Aku tidak akan keluar untuk cari aman."

Edgar pergi meninggalkan Amanda untuk menjemput Alexa makan malam. Hari sudah gelap dan hujan turun lebat. Seperti sebuah rintangan yang terus diterjang demi bertemu sang pujaan hati.

Di perjalanan, Edgar membeli satu buket mawar merah untuk Alexa. Ia yakin kejutan itu akan membuat Alexa bahagia. Plus sebagai ucapan maaf karena semalam sudah membuatnya terkena razia dan merepotkan keluarga.

Edgar sudah sampai di kediaman Jhonson. Ia berlari dari mobil menuju teras. Namun, hujan yang lebat membuat pakaiannya sedikit basah.

Kebetulan yang membukakan pintu adalah Jhonson. Edgar menyembunyikan bunga itu di balik punggungnya.

"Apa yang kamu sembunyikan, Gar?"

"Bukan apa-apa, Om."

"Tidak usah malu. Om juga pernah muda. Mari masuk!"

Edgar dan Jhonson mengobrol sembari menunggu Alexa turun. Suami dari Diandra ini menanyakan alasan semalam keduanya terkena razia.

"Om jangan marah ya?"

"Gak. Om penasaran aja. Udah tanya Alexa tapi disuruh tanya langsung sama kamu."

"Jadi awalnya itu begini, Om. Saya ajak Alexa..." ucap yang menceritakan secara runtut dari awal mereka pergi sampai akhirnya tertangkap polisi di pinggir jalan.

Jhonson tertawa. Ia tidak bisa membayangkan apa yang keduanya lakukan sampai polisi menganggap ada adegan besar di dalam mobil bergoyang.

"Nah itu dia, Om. Padahal Alexa mau kasih muntahan dia ke wajah saya."

"Kok Alexa gak bilang habis dikasih cincin sama pacar?"

"Malu kali, Om."

"Dia bakal senang lagi dikasih bunga."

"Semoga saja, Om."

Alexa turun dengan gaun yang berbeda dengan make up yang sedikit menor.

"Itu tante Alexa turun," ledek Jhonson.

"Kok Tante, Pah?"

"Habis selimuti kamu itu kayak tante-tante."

"Ih, Papah mah gak tahu selera. Ayo, Gar, kita pergi."

"Iya. Ini buat kamu," ucap Edgar memberikan sebuket mawar merah untuk Alexa.

"Wah, makasih ya, Gar. Bunganya cantik banget."

"Kamu suka?"

"Suka. Aku tinggal di rumah saja ya bunganya?"

"Iya. ayo pergi."

Jiwa usil Alexa meronta. Ia sengaja mendorong Edgar agar terkena hujan. Edgar tidak terima. Ia menarik lengan Alexa dan bermain hujan bersama. Sepertinya acara makan malam mereka akan berubah menjadi mandi hujan bersama di depan rumah.

Alexa yang menggunakan sepatu berhak tinggi tergelincir. Edgar menangkapnya. Mereka berdua saling berpandangan satu sama lain. Dengan cepat Edgar mendaratkan bibirnya ke bibir Alexa. Gadis itu pun menerima tanpa ada penolakan. Seolah menikmati ciuman pertamanya di bawah guyuran air hujan.

See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ALEO [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora