"Leon, dengerin Mami, Nak. Mami mau kamu sama Alexa temen kecil kamu. Mami serius mau jodohin kalian. Tolong jangan bertindak yang aneh-aneh," sambung Vania.
Mendengar ucapan Maminya justru Leon tidak bisa menahan tawa. Ia terbahak-bahak sendirian. Sedangakan Varrel dan kedua orang tuanya bergidik ngeri. Apa lagi Vania yang memercayai omongan asisten rumah tangganya yang menganggap Leon terkena guna-guna.
"Varrel, saingan bisnis kita siapa sekarang?" tanya Vania dengan wajah serius.
"Kenapa, Tante? Musuh masih sama seperti saat perusahaan di pegang Om Grady," jawab Varrel.
"Tante yakin Leon diguna-guna biar dia gak becus urus perusahaan," ucap Vania.
Leon semakin tertawa geli mendengar ucapan Maminya. "Mi, ini jaman modern. Kenapa masih mikir kayak gitu!"
"Kita berobat sekarang ya, Nak!" ucap Vania memegang tangan Leon.
"Apaan sih, Mi. Lepasin!" ucap Leon berontak dan menjauh. Vania mengejarnya. Namun, Leon berlari menjauhi Maminya.
***
"Kira-kira mereka mau ngapain?" tanya salah seorang karyawan di lantai dua puluh.
"Di marahin Bu Vania kayaknya. Masa ngelirik OB."
"Udah pasti cuma mau duitnya doang."
"Lihat kan dandanan OB itu tadi? Jadi menor gitu."
"Abis dapat transferan kayaknya."
Banyak sekali gosip tentang Alexa di lantai dua puluh. Gosip itu pun cepat menyebar luas ke seluruh penjuru kantor.
Alexa masuk ke ruang cleaning service. Ia menyadari seluruh rekan kerjanya berbeda. Termasuk Razen yang tidak mau mendekatinya.
"Kalian semua kenapa?" tanya Alexa dalam hati.
Alexa meneguk segelas air yang ia ambil dari dispenser. Kemudian melanjutkan tugasnya menuju kantin untuk mengecek menu makan siang untuk rasanya. Ia berjalan mengamati sekeliling. Setiap kali berpapasan dengan karyawan, mereka bertingkah aneh. Menatap dengan tatapan benci serta tak jarang yang berbisik entah apa yang mereka bicarakan.
"Mereka pada kenapa sih?" batin Alexa.
Gadis berponi ini sudah sampai di kantin Tak berbeda dengan yang lain, seluruh karyawan kantin pun menatap aneh pada dirinya. Membuat ia tertunduk dan memilih kembali sebelum melakukan pekerjaannya mengecek makanan untuk sang CEO.
Ia berhenti di sebuah toilet umum di belakang gedung. Mengurung diri dan menangis sendirian."Apa aku ngaku sekarang aja kalo sebenarnya aku Alexa temen kecilnya Leon. Biar semua clear. Tapi bagaimana dengan Edgar? Aku sudah janji memberinya waktu tiga bulan. Sebulan aja belum genap," ucapnya lirih.
Alexa menghapus air matanya. Ia segera membuka pintu dan hendak ke ruangan Leon. Dengan penuh keyakinan gadis itu ingin mengutarakan hal yang sebenarnya kepada teman kecilnya itu.
Alexa mengetuk pintu dan membukanya. Terlihat Varrel dan Leon tengah berbicara berdua. Serta orang tua Leon yang baru saja akan pergi dari ruangan putranya.
"Cantik, kita ketemu lagi. Tapi tante mau pulang. Sayang banget kita ketemunya cuma sebentar-sebantar aja ya," ucap Vania.
"I... iya, Tante," jawab Alexa gugup.
Setelah Grady dan sang istri pergi, Alexa menghadap ke Leon. Ia menunduk, keberaniannya tiba-tiba saja menghilang.
"Kamu kenapa sih, Xa?" tanya Varrel.
"Jadi gini, aku ... aku ...." ucap Alexa menghentikan ucapannya ketika terdengar suara pintu yang terbuka. Ia menoleh dan melihat sosok wanita cantik dengan dress mini berdiri di depan pintu. Rambutnya panjang bergelombang, dengan bibir merah dan memakai kaca mata hitam.
"Leon, aku kangen," ucap wanita itu sambil melepas kaca matanya.
"Amanda?" panggil Varrel.
Suasana berubah menjadi kaku seketika. Amanda melangkah maju mendekati Alexa. Dengan tegas ia meminta gadis berponi itu segera keluar dari ruangan Leon.
"Hey, kamu! Tolong keluar!" ucap Amanda sambil mendorong bahu Alexa.
Hal tersebut membuat Leon kesal. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Alexa yang hampir saja pergi.
"Gak ada yang boleh keluar tanpa seijinku!" ucap Leon menggenggam tangan Alexa. Membuat gadis berwajah oriental yang hampir mengaku identitas aslinya terdiam membeku.
"Aku aja yang keluar," ucap Varrel berlari keluar dan menutup pintu rapat-rapat.
"Leo, siapa dia?" tanya Amanda sambil menunjuk ke arah Alexa.
"Bukan urusanmu tahu tentang dia!"
"Leo, apa kamu udah gak cinta lagi sama aku?"
"Cinta? Kamu masih berani bicara soal cinta?"
"Leo, aku jelasin semuanya. Tolong ngertiin aku! Aku khilaf, Leo," ucap Amanda menarik tangan Leon.
"Pak, selesaikan dulu masalah kalian. Saya seperti patung kalo terus di sini."
Alexa melepas genggaman Leon dan keluar sembari menahan air matanya.
"Leo, aku kangen banget sama kamu," ucap Amanda menggelayut. Menyandarkan kepalanya pada bahu Leon yang lebar.
"Minggir!" ucap Leon menjauh dan membalikkan badan. Seolah tidak ingin menatap wajah wanita yang sudah membuatnya jatuh terpuruk ke lembah kesakitan yang paling dalam.
"Leo, kenapa sih kamu gak mau natap aku? Aku yakin perasaan kamu belum berubah. Iya kan?"
"Diam kamu, Amanda! Aku minta kamu keluar dari ruangan aku sekarang!"
"Ok, aku bakal keluar. Tapi kasih tau aku dulu, siapa cewek yang kamu pegang tangannya tadi?"
"Sudah aku bilang itu bukan urusanmu! Sekarang kamu keluar dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku!"
Leon yang kesal menarik tangan Amanda dan mendorongnya keluar dari ruangannya. Lelaki dengan wajah tampan maksimal ini menendang dan meninju tembok untuk meluapkan kekesalannya.
Ia tak pernah menyangka jika Amanda, wanita yang pernah mengkhianatinya kembali datang. Menorehkan lagi luka yang sudah hampir tertutup sempurna."Kenapa kamu bisa muncul lagi, Sih!" gerutu Leon kesal.
See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ESTÁS LEYENDO
ALEO [End]
General FictionLeon Jonathan Grady adalah pewaris tunggal dari perusahaan Grady Group yang bergerak di bidang alat transportasi. Leon merupakan pria yang selalu tampil sempurna dan di kenal angkuh oleh para karyawannya. Alexa Olivia Jonshon merupakan perempuan ber...