Edgar masih menunggu dengan gelisah. Ia memanggil salah satu pelayan dan memberikan cincin itu.
"Jika wanitaku sudah datang, taruh cincin ini ke dalam hidangan. Terserah kalian, mau di taruh pada makanan apa. Pastikan mudah ditemukan."
"Baik, Tuan."
"Saya akan menjemput kekasihku dulu. Siapkan tempat ini dengan sempurna."
"Iya, Tuan."
Edgar beranjak dari duduknya. Ia tidak sabar menunggu balasan dari Alexa. Apa lagi membiarkan gadis itu datang sendiri. Pria bergingsul ini sudah tampil sempurna. Dengan kemeja berwarna Navy di padukan celana hitam panjang. Sepatu kulit mengkilap menjadi alas kedua kakinya yang jenjang.
Edgar keluar dari private room itu dan berjalan menuju pelataran parkir restoran dengan nuansa alam itu. Ia masuk ke dalam mobil lamborghini yang sudah menemaninya kemana pun ia pergi.
"Alexa, tunggu aku!" batin Edgar. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu pujaan hatinya itu. Kedua tangannya memegang kemudi, ia tersenyum menunjukkan gigi gingsulnya yang membuat dirinya begitu manis.
Sesekali Edgar masih melihat ponselnya. Barangkali Alexa membalas pesannya. Namun, nyatanyan tidak. Sampai roda mobilnya berhenti berputar di halaman kediaman Jhonson, ponselnya sepi dengan notifikasi.
Edgar keluar dari mobil karena melihat kedua orang tua Alexa tengah berada di teras. Bahkan, Diandra langsung mendekati kekasih putrinya itu dan menanyakan keberadaannya.
"Lho, Alexa mana, Gar?" tanya Diandra dengan panik.
"Emang Alexa gak di rumah, Tan? Saya baru mau jemput dia makan malam."
"Aduh, Papah. Alexa gak sama Edgar," ucap Diandra berjalan mendekati suaminya yang sedang menikmati secangkir kopi susu.
"Udahlah, Mah. Lagian dia kan pergi sama supir. Nanti juga pulang."
"Tapi kata Bi Marni, Alexa pergi dari jam empat, Pah. Sekarang udah jam delapan malam."
"Coba hubungi lagi."
Edgar menghubungi Alexa dan ponselnya tidak aktif.
"Ponselnya gak aktif, Om," ucap Edgar.
"Pak Bagas juga gak angkat telepon Mamah, Pah."
Bi Marni keluar dan terkejut melihat Edgar datang sendirian.
"Den ini pacarnya Non Alexa kan?"
"Saya kira Non Alexa pergi sama Aden."
"Gak, Bi. Emang tadi setelah saya anter pulang gak lama kemudian Alexa telepon saya. Tapi gak keangkat. Pas saya telepon balik gak ada jawaban. Saya kirim pesan sempet di baca tadi sekitar jam enam, tapi gak di balas dan malah nomornya gak aktif."
"Bibi, Alexa bilang mau ke mana?" tanya Jhonson setelah menyeruput kopi yang masih sedikit panas.
"Tadi ajak saya ke mall sama salon. Katanya mau belanja. Saya tolak terus saya kasih saran biar pergi sama pacar aja. Habis itu saya gak tau lagi, Tuan. Saya di dapur sampe nyonyah pulang."
"Alexa ke salon? Ngapain?" tanya Jhonson.
Diandra melihat layar ponselnya dan ternyata supir yang membawa Alexa menghubunginya.
"Hallo, Pak. Alexa di mana?"
Semua orang yang ada di sana menatap Diandra dengan serius. Wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda ini tersenyum lega setelah mematikan panggilan telepon dengan Pak Bagas.
"Apa katanya, Tante?" tanya Edgar penasaran.
"Alexa lagi di salon. Lagi perawatan. Maklum kan anak gadis. Tadi Pak Bagas juga bilang katanya saya suruh hubungin kamu dan menunggu Alexa tiba di restoran jam sepuluh malam nanti. Ponselnya mati."
"Jam sepuluh malam? Saya tunggu di sini saja."
"Kenapa raut wajah kamu berubah gitu?"
"Sebenarnya saya udah sewa private room buat acara candle light dinner sama Alexa."
"Ya udah. Sayang kan kamu udah pesan begitu. Tenang aja, om ijinkan Alexa makan malam nanti. Tapi pulang jangan sampe lewat jam dua belas ya?"
"Iya, Om. Terima kasih atas ijinnya."
"Kita tunggu Alexa sambil nonton bola aja yuk!"
"Iya, Om."
Jhonson dan Edgar menonton bola di ruang keluarga. Mereka sangat serius. Sesekali berteriak ketika jagoan mereka mencetak gol atau gagal mencetak gol. Sedangkan Diandra menunggu putrinya di teras depan sambil menonton drama korea favoritnya yang berjudul True Beauty.
Ternyata Alexa pulang lebih cepat. Pukul sembilan malam, mobilnya masuk ke halaman rumah. Diandra berdiri dan melihat seorang gadis keluar dari dalam mobil. Gadis berambut panjang berombak dengan riasan tebal serta dress motif bunga sebatas lutut di padukan dengan sepatu berhak tujuh cm .
"Siapa dia? Jidatnya lebar amat," gumam Diandra.
"Mamah," ucap Alexa melambaikan tangan ke arah Mamahnya.
"Hah? Alexa? Kok penampilannya jadi kayak
tante-tante. Dandan di salon mana dia? Jelek banget!" gerutu Diandra.Alexa yang biasa menggunakan sepatu flat terlihat tinggi dengan sepatu berhak warna biru yang ia kenakan. Alexa berlari menghampiri Mamahnya Sebelum ia sampai, kakinya tersandung batu kerikil kecil dan hampir jatuh.
"Mamah!" teriak Alexa keras. Beruntung sang Mamah bertindak cepat hingga bisa menangkap putrinya.
"Kamu dandan di mana?"
"Salon langganan Mamah."
Diandra menelan ludah. Ia tidak menyangka salon langganannya akan merubah putrinya yang imut menjadi seperti tante-tante. Suara teriakan Alexa terdengar hingga ke dalam. Jhonson dan Edgar keluar. Keduanya mematung, terdiam dan terkejut dengan perubahan Alexa.
"Alexa?" panggil Edgar lirih.
See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ESTÁS LEYENDO
ALEO [End]
General FictionLeon Jonathan Grady adalah pewaris tunggal dari perusahaan Grady Group yang bergerak di bidang alat transportasi. Leon merupakan pria yang selalu tampil sempurna dan di kenal angkuh oleh para karyawannya. Alexa Olivia Jonshon merupakan perempuan ber...