Part 7

75 44 79
                                    

Alexa baru saja sampai di halaman rumah dengan sepeda baru yang terlihat butut. Kebetulan Papah dan Mamahnya tengah menikmati waktu sore dengan secangkir teh manis di teras depan.

"Sore, Mamah, Papah," sapa Alexa dengan ceria.

"Sepedanya kenapa jadi begitu?" tanya sang Mamah.

"Alexa kan udah bilang ke Mamah, beliin sepeda bekas. Kenapa di beliin sepeda baru?" tanya Alexa.

"Susah nyarinya, Sayang."

"Ya udah, aku giniin deh, jadi kayak bekas kan?"

"Terserah kamu sajalah, Papah mau ajak Mamah belanja, mau ikut gak?" ajak Jhonson kepada sang putri.

"Gak, Alexa mau istirahat di rumah."

"Beneran? Sekalian makan malem lho!"

"Gak, Pah." ucap Alexa masuk ke dalam rumah.

****

Pukul tujuh malam, Alexa tengah bersantai di ruang keluarga sambil menikmati keripik kentang sendirian. Ia memakai celana pendek sebatas lutut dan kaus pink bergambar kucing. Gadis manis ini tengah membayangkan ketika tangan Leon menyentuh dahinya di kantor.

Lamunan Alexa buyar saat
Bi Marni mengagetkannya. Wanita paruh baya itu mengatakan jika ada tamu yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Siapa, Bi?" tanya Alexa.

"Gak kenal. Bibi bikinkan minum dulu, ya."

"Ok, Bi." ucap Alexa pergi untuk menemui tamu yang di maksudkan asisten rumah tangganya.

Betapa terkejutnya gadis ini melihat
Edgar duduk menyilangkan kaki sambil tersenyum.

"Edgar! Dari mana kamu tau rumah aku?" tanya Alexa.

"Aku ini detektif, gampang buat cari tau tentang kamu, Alexa."

Gadis berambut pendek sebahu ini
berlari ke arah pintu. la melihat halaman dan terparkir sebuah sepeda gunung milik Edgar.

"Kamu naik sepeda?" tanya Alexa memastikan itu benar apa tidak.

"lya."

"Sendirian, kan?"

"Iya, emang harus datang sama orang tua aku, gitu?" Jawab Edgar dengan nada lelucon.

Lampu sorot sebuah mobil
menyilaukan pandangan Alexa.
Edgar yang penasaran pun berdiri
dan mendekati Alexa di depan pintu.

"Leon?" gumam Edgar.

Mata Alexa membulat, terkejut, tak menyangka jika CEO dingin itu akan bertamu ke rumahnya. Dengan cepat ia menarik tangan Edgar dan mengajaknya sembunyi di sebuah lemari kosong di bawah tangga.

"Apaan sih, Alexa?" ucap Edgar bingung dengan tingkah Alexa.

"Diem! Ikut aku, jangan berisik!"

Keduanya berada di ruangan gelap dan sempit. Mereka melihat ke arah ruang tamu dari lubang kecil pada pintu lemari berwarna cokelat itu.

Bi Marni keluar membawakan dua cangkir teh manis. Wanita paruh baya itu terheran-heran ketika seorang pria yang duduk di ruang tamu itu menghilang. Namun, muncul pria baru di depan pintu.

ALEO [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora