PART 51

12 18 0
                                    

Edgar tidak kembali ke rumah. ia menjemput seorang stylist di kediamannya. Seorang lelaki bertubuh besar dengan langkah yang gemulai.

"Ayo, Cin. Kita cap cusss," ucap Pria itu.

"Kamu harus rubah orang itu sesuai apa yang aku mau," ucap Edgar sambil menyetir.

"Gampang. Ngomong-ngomong kenapa gaya bad boy kamu jadi gini? Norak banget tahu," ucap pria yang bernama Ivan Gemala.

"Ini baju calon mertua, Van. Tadi aku kehujanan. Lagian aku sudah gak pantes berpenampilan kayak bad boy terus. Udah tua, gak pantes lagi."

"Syukur kalau sudah insaf. Kita mau ke mana?"

"Apartemen. Ada cewek di sana. Kamu jangan kaget lihat dia. Aku mau kamu rubah penampilan dia."

"Cewe kamu?"

"Bukan. Tidak perlu tahu urusanku. Kamu cukup lakukan apa yang aku minta."

"Oh, begindang."

Sesampainya di apartemen Ivan tak bisa menahan tawa melihat Edgar yang kesulitan berjalan karena celana dalam yang dikenakannya sudah benar-benar turun dari tempat seharusnya. Edgar bergegas agar segera bisa ganti pakaian.

Ketika Amanda membuka pintu, Edgar berlari dan mengambil pakaian ganti yang memang tersedia beberapa helai di lemari.

"Kamu kan?" Ucap Ivan berhenti berucap melihat Amanda.

"kenal sama aku?"

"Pernah lihat video suami kamu kayaknya. Kamu istri pengusaha tajir itu kan?"

"Iya kamu benar. Kenalin, Aku Amanda."

"Eike Ivan. Mantan Edgar."

"Mantan?"

"Ngaco dia? Enak aja pacaran sama pisang," timpal Edgar yang sudah selesai berganti pakaian.

"Jahat banget aku gak diakuin," rengek Ivan yang dibalas dengan sebuah lemparan bantal kecil di atas sofa.

"Aku mau kamu ubah penampilan Amanda menjadi seperti ini!" ucap Edgar melempar ponselnya dan memperlihatkan foto Alexa ketika ia di pantai.

"Seperti ini? Mudah. Ayo kita mulai sekarang!"

***

Keesokan paginya, Alexa memesan ojek online untuk mengantarkannya pergi ke kantor. Ia malas menghubungi Edgar. Dan ia juga tidak mau diantar oleh supir. Tentu saja Alexa ke kantor dengan penampilan barunya. Ia mengenakan seragam kantor dan celana hitam. Dipadukan dengan sepatu hitam berhak tinggi. Rambutnya yang bergelombang ia biarkan terurai. Bibir merah merona menjadi andalan saat ini. Ia memang ingin tampilan berbeda dan ingin seperti Amanda. Berharap agar sang CEO mau meliriknya.

Sesampainya di kantor, gadis berwajah oriental ini menjadi pusat perhatian. Penampilannya yang menjadi terkesan tua menjadi buah bibir pada karyawati dan karyawan di perusahaan itu. Namun, teman kecil dari Leon ini tidak peduli.

"Pagi semuanya!" sapa Alexa kepada Razen dan teman-temanya.

"Kamu siapa?" tanya Razen.

"Jangan gitu, Zen. Kenapa lihat aku begitu? Cantik ya?" ucap Alexa percaya diri.

"Cantik. Cantik banget buat ukuran tante-tante," jawab Razen.

"Heran, deh. Apanya yang salah sama dandananku? Kenapa semua anggap aku kayak tante-tante?" batin Alexa

Di sisi lain, Leon baru saja sampai di ruangannya. Yang meminta Varrel yang sudah terlebih dahulu berada di ruang CEO itu untuk mematikan pendingin ruangan.

"Kenapa? Bukannya kamu gak suka kalau gak dingin?" tanya Varrel.

"Gak kuat. Aku dingin banget, Varrel. Kayak mau menggigil. Hacyimm...hacyimm..."

"Kalau sakit kenapa berangkat?"

"Aku pengen ketemu Alexa."

"Astajim. Alexa lagi! Alexa lagi! Aku keluar aja ya? Silahkan menikmati. Aku tidak mau ganggu kalian berdua," ucap Varrel keluar dan kembali ke meja kerjanya.

Di lantai bawah Amanda datang di antar oleh Edgar. Namun, pria bergingsul ini segera pergi setelah Amanda turun dari mobilnya.

Di ruangannya, Leon semakin tidak enak badan. Ia merasa pusing dan sangat dingin. Berkali-kali ia bersin hingga lendir dari hidungnya turun kebibir.

Seseorang membuka pintu. Leon yang sudah sangat pusing samar-samar melihat seseorang itu seperti Alexa. Ya, dia adalah Amanda. Gerak-geriknya seperti seseorang cleaning service. Ia membersihkan jendela dengan kemonceng yang di bawahnya. Leon mendekat dan memeluknya dari belakang. "Alexa, tolong. Aku kedinginan," ucap Leon.

Perlahan Amanda melepas pelukan Leon. Ia berbalik dengan tubuh yang berhadapan. Saat momen ini terjadi, Alexa datang membawa meja kerjanya. Begitupun Varrell yang mendekat karena mengira Amanda adalah Alexa.

"Aku kira kamu, Xa," ucap Varrel.

Alexa kembali kecewa. Ia berlari dan meninggalkan meja kerjanya sebelum air matanya jatuh.

"Alexa!" teriak Varrel yang mengejar gadis itu.

Suara Varrel menyadarkan Leon. Ia membuka matanya yang sempat terhanyut dalam hangatnya sebuah pelukan.

"Alexa?" ucap Leon lirih.

"Ini aku,Leo," jawab Amanda.

Leon melepas pelukannya. Ia melihat jelas saat Amanda membuka maskernya.

"Kamu?" ucap Leon memegang kepalanya yang sudah sangat berat. Keseimbangannya terganggu dan Leon jatuh pingsan.


See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ALEO [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora