"Alexa?" ucap Leon lirih.
"Ini aku,Leo," jawab Amanda.
Leon melepas pelukannya. Ia melihat jelas saat Amanda membuka maskernya.
"Kamu?" ucap Leon memegang kepalanya yang sudah sangat berat. Keseimbangannya terganggu dan Leon jatuh pingsan.
"Leo, Bangun!" ucap Amanda panik. Ia mengguncang-guncangkan tubuh mantan kekasihnya yang tergeletak lemah tak berdaya.
Pintu ruangan yang terbuka membuat karyawan di lantai dua puluh melihat kejadian itu. Salah seorang karyawan segera memikirkan meja kerja Alexa yang menghalangi jalan.
Lelaki berusia empat puluh tahunan itu mendekati sang CEO dan menelepon ambulance melalui ponselnya.
"Pak Leon kenapa, Mbak?" tanya Pria berkumis itu.
"Gak tahu. Dia bilang tadi dingin. Badannya panas," ucap Amanda yang terisak.
Berita tentang Leon yang pingsan segera menyebar ke seluruh penjuru kantor. Samar-samar Varrel yang sedang mengejar Alexa pun mendengarnya. Ia berbalik arah dan menuju lantai dua puluh.
Dengan napas yang tersengal Varrel memegang kening sahabatnya itu.
"Leon kenapa dipaksain masuk kalau lagi sakit gini?"
"Saya sudah telepon ambulance, Pak," ucap karyawan berkumis yang datang tepat waktu.
"Varrel, Leon kenapa?" tanya Amanda.
Varrel berdiri dengan kedua tangan yang mengepal di samping badan. Ia melihat wajah Amanda dengan tatapan penuh kebencian.
"Ini semua gara-gara kamu," ucap Varrel lirih.
"Aku? Kenapa aku? Apanya yang salah denganku?"
"Kamu licik sekali, Amanda. Aku tidak pernah berpikir kamu akan bertindak seperti ini."
"Maksud kamu apa, Varrel."
"Tidak usah pura-pura bodoh. Kamu sengaja merubah penampilan kamu seperti Alexa kan?"
"Gak. Aku memang ingin tampil beda. Setiap orang punya hak buat mengubah penampilan. Kenapa jadi nyalahin aku?"
"Gak mungkin. Untuk apa kamu menutupi wajahmu dengan masker? Untuk apa pula kamu bawa ke monceng ke ruangan Leon?"
"A... Aku ... Aku..."
"Aku apa? Gak bisa jawab kan?"
Pertengkaran mereka terhenti karena ambulance sudah tiba. Varrel melimpahkan pekerjaannya kepada lelaki berkumis yang menelepon ambulance. Sedangkan Varrel sendiri akan ikut mengantar Leon ke rumah sakit.
Saat tubuh Leon akan dimasukkan ke dalam ambulance, Amanda akan naik dan menemani Leon. Namun, Varrel menarik tangan wanita untuk suami itu dan meminta security untuk menahannya.
"Varrel! Aku harus ikut! Leon butuh aku!" teriak Amanda yang menangis sambil meronta mencoba melepaskan diri dari seorang security kekar yang menahannya.
Pada akhirnya, Amanda hanya bisa melihat ambulance itu pergi menjauh. Memasuki jalan raya dan lenyap di tengah padatnya arus lalu lintas.
Sirine ambulance terdengar begitu nyaring di telinga Alexa. Gadis itu berjalan dengan wajah murung menahan tangis di trotoar. Ia melihat ambulance yang melaju cepat. Sayangnya, gadis berwajah oriental ini tidak tahu jika pasien di dalamnya adalah Leon.
Alexa menunduk, menendang pelan sebuah botol air mineral kosong yang tergeletak di dekat kakinya. Ia terus menendang pelan botol itu berulang-ulang. Pikirannya melayang, hatinya teriris dan sangat sakit melihat Leon dan Amanda tengah berpelukan.
"Aku yang bodoh, sudah jelas Leon mencintai Amanda. Mungkin mawar itu untuk dia. Apa yang aku lakukan? Cemburu? Siapa aku?" batin Alexa. Kedua bola mata indah gadis itu pun tidak kuasa menahan bulir bening yang dipaksa di bendung.
"Sesakit inikah rasanya? Memendam rasa yang tidak bisa ku ungkapkan. Melihatmu dengannya. Sungguh sangat menyakitkan," ucap Alexa mengusap air matanya.
***
Leon sedang menjalani pemeriksaan di IGD ditemani Varrel. Suhu tubuh CEO muda ini sangat tinggi. Ia belum juga sedarkan diri.
Varrel yang bingung sudah menelpon kedua orang tua Leon agar segera datang.
"Leon, sadar dong!" ucap Varrel.
"Anda siapanya?" tanya salah seorang Dokter jaga di IGD.
"Saya temannya, Dok."
"Teman Anda harus rawat inap."
"Iya, lakukan saja. Lakukan yang terbaik."
"Baik."
Dua perawat bersiap untuk menusukan jarum infus pada tangan Leon. Pria berusia dua puluh tujuh tahun ini merintih. Kesadarannya berangsur pulih.
"Leon, kamu sudah sadar?" tanya Varrel di dekat wajah Leon.
"Menjauh! Jangan dekat-dekat," ucap Leon lemas.
"Ini aku. Bukan Amanda."
"Aku tahu, aku gak pikun. Tolong menjauh. Jangan dekat-dekat. Mulutmu bau, aku bisa pingsan lagi," ucap Leon sambil mendorong wajah Varrel.
Varrel meniupkan mulutnya ke telapak tangan dan menciumnya. Namun, ia tidak merasakan aroma tidak enak seperti yang dikatakan sahabatnya.
"Mana Alexa?" tanya Leon.
"Alexa lari, Leon. Dia kaget banget lihat kamu. Aku curiga jangan-jangan Alexa suka sama kamu."
"Memang."
"Over PD kalau kau ini, Leon."
"Terserah apa katamu. Aku ingin Alexa. Tolong bawa dia untukku."
See you next part...
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan Vote & Comment!

ESTÁS LEYENDO
ALEO [End]
General FictionLeon Jonathan Grady adalah pewaris tunggal dari perusahaan Grady Group yang bergerak di bidang alat transportasi. Leon merupakan pria yang selalu tampil sempurna dan di kenal angkuh oleh para karyawannya. Alexa Olivia Jonshon merupakan perempuan ber...