42 : UMMI DAN NAYARA

5.6K 505 10
                                    

HAPPY READING

Afnan menyudahi acara makannya setelah makanan yang berada di kotak bekal sudah habis tak tersisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Afnan menyudahi acara makannya setelah makanan yang berada di kotak bekal sudah habis tak tersisa. Nayara pun menutup tempat makan itu dan langsung menyodorkan air minum kepada Afnan.

Afnan meneguk air minum itu hingga tandas tak tersisa.

"Kamu gak pengen apa apa?" Tanya Afnan menatap Nayara.

"Emm mau jalan jalan." Nayara mengerjapkan matanya kepada Afnan dengan muka polosnya.

Afnan tertawa geli melihatnya. "Mau jalan jalan kemana sayang akuuuuu," Afnan mencubit pipi Nayara sangking gemesnya.

"Emm ke mall, udah lama juga aku gak ke mall," Jawab Nayara.

Afnan menunduk mensejajarkan dirinya dengan perut Nayara. "Dede pengen jalan jalan, ya? Atau bunda sendiri yang pengen, hm?" Tanya Afnan sambil mengelus perut Nayara membuat sang empu kegelian.

"Dede yang pengen jalan jalan, ayah." Nayara berucap seperti anak kecil.

"Kasian banget kamu, nak, baru jadi biji udah di fitnah aja sama bunda kamu." Afnan kembali mencium perut Nayara.

"Hissh aku gak fitnah Dede kok." Sungutnya kesal lalu mengelus perutnya sendiri sambil tersenyum.

"Iya iya, bunda selalu benar."

"Iya dong bunda kan perempuan, haha." Nayara tertawa membuat Afnan juga ikut tertawa.

"Iya deh iya."

"Yaudah ayo jalan jalan."

"Loh sekarang? Kamu gak ada lagi ya kerjanya?"

"Udah free, sayang, jadi kita bisa habiskan waktu ini untuk jalan jalan kemana aja,"

"Ooh yaudah yuk." Nayara menaruh tangannya pada tangan Afnan. Mereka pun berjalan sambil bergandengan tangan.

Saat Afnan membuka pintu, terlihat ada Ririn juga berada di depan pintu.

"Eh pak Rayan, mbak Nayara." Nayara hanya tersenyum sedangkan Afnan malah menatap Ririn dengan datar dan dingin.

"Ada apa?" Tanya Afnan dengan datar.

"E-em ini pak, ada berkas lagi dari perusahaan yang berada di Yogyakarta." Jawab Ririn dengan gugup berusaha biasa saja saat melihat tatapan tajam dari Afnan.

"Taruh di meja saya aja, besok baru saya periksa. Saya mau pergi dulu, nyenengin istri." Jawabnya dengan santai.

Raut wajah Ririn berubah seketika seperti kesal saat mendengar penuturan dari Afnan.

"Tapi pak–

"Cepat taruh di ruangan saya, saya tidak ingin di ganggu untuk hari ini!" Suruh Afnan dengan begitu tajam membuat Ririn segera memenuhi perintahnya.

"Baik pak." Pamitnya langsung masuk kedalam ruangan Afnan.

"Yuk, sayang kita pergi." Ajak Afnan tersenyum langsung merangkul pundak Nayara.

ARAFNAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang