"Ya, kami tidak tahu!" jawab Dukun Cilik mulai ikut meninggi.
"Sudah-sudah!" lerai si Pugilist perempuan, "Semenjak Kehancuran Besar, hutan ini jadi semakin sensitif setiap ada yang mengganggu aliran aether barang sedikit pun-"
Belum selesai Pugilist itu menjelaskan, tiba-tiba tanah di Lifemend Stump bergetar hebat.
"-Dan ini salahsatu contohnya!" lanjut si Pugilist lugu.
Ternyata setelah getaran hebat, sesuatu keluar dari dalam tanah dan entah kenapa, bongkahan pepohonan mati itu juga tiba-tiba hidup dan menjadi sejenis trent-nama untuk "manusia" pohon, dan belasan trent yang bangkit dari kematiannya itu langsung bergerak mengeroyok keempat penyelidik.
"K-Kenapa trent menyerang kita-Kupo?!" Kuplo Kopp bingung.
"Sepertinya kita dianggap yang membuat kekacauan disini!" jawab si Pugilist.
Si Penyihir cilik ini langsung mencabut tongkat sihirnya, "Sepertinya kita tidak ada pilihan lain lagi!.."
Dukun Cilik dan Jihli pun mencabut tongkat sihir dan busur panah masing-masing-bersiap untuk menyambut serangan para penjaga hutan Twelveswood ini.
"Baiklah kalau begitu!" sahut si Pugilist sembari memasangkan keling raksasa ke kedua tangannya.
*****
"HIAAAHHH!!.." tanpa ragu, si Pugilist itu berlari cepat ke tiga buah trent yang berada tepat di depannya.
Ternyata si Puglist perempuan ini tak bisa diremehkan, dibalik sintal tubuhnya dan lincahnya ia menghindari sapuan tangan para trent yang terbuat dari ranting-ranting berduri tajam, ia menyimpan kekuatan yang menakutkan-hanya dengan tinju tangan kanan miliknya, ia berhasil membuat tubuh sebuah trent hancur berantakan.
Tembakan maut Jihli tak mau kalah menakutkannya dengan si Pugilist-tembakan yang pernah menumbangkan raja bajing tanah itu berhasil membuat empat trent yang berbaris mengejarnya rontok dalam sekali tembakan.
"Kerja yang bagus, Jihli!" puji Dukun sembari melemparkan sihir stone miliknya ke sebuah trent bertubi-tubi hingga terbelah jadi dua.
"Aku beruntung kali ini-trent ini lamban dan tubuhnya juga rapuh!" jawab Jihli bersiap untuk tembakan mautnya yang kedua.
Tiba-tiba terdengar suara dentuman-ternyata itu berasal dari trent yang meledak karena tubuhnya yang rapuh itu terbakar hebat terkena sihir api yang diluncurkan oleh si Penyihir cilik.
"Yda! Dan kalian berdua! Aku punya ide untuk mengalahkan para trent yang tersisa!" ungkap si Penyihir cilik, "Pancing trent yang tersisa untuk berkumpul jadi satu-biar bisa aku habisi mereka sekaligus dengan Flare!"
"Itu urusan gampang!" jawab si Pugilist bersemangat, Dukun Cilik dan Jihli pun mengangguk mengerti.
*****
Strategi si Penyihir cilik itu mulai dilakukan, mereka bertiga mencoba memancing trent-trent yang tersisa untuk berkumpul di satu titik-untung saja trent ini bukan termasuk yang berakal, mereka mudah terpancing dalam jebakan yang sudah disiapkan.
Sedangkan si Penyihir cilik sedang berkonsentrasi mengumpulkan aether-nya yang bewarna biru gelap di tongkat sihirnya sebanyak mungkin.
"Semua sudah dikumpulkan!!" pekik si Pugilist.
Setelah semua musuh berhasil dikumpulkan menjadi satu dan aether-nya sudah cukup-si Penyihir cilik ini langsung melontarkan aether itu ke kumpulan trent dalam bentuk seperti badai salju lokal yang membuat para trent berubah jadi es.
Tapi itu semua belum selesai, si Penyihir cilik itu seperti merapal suatu mantra yang tak diketahui, lalu ia kembali mengumpulkan aether lain ke dalam tongkat sihirnya-namun aether ini berbeda dengan aether yang digunakan untuk membekukan seluruh trent, warnanya merah membara-dan aether merah itu berkumpul di tongkat sihirnya lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )
FantasyCerita ini merupakan fiksi penggemar game J-MMORPG "Final Fantasy XIV : A Realm Reborn" ***** Update cerita dua minggu sekali. ***** Setelah lima tahun lamanya sebuah negri bernama Eorzea, bangkit dari kehancuran hebat yang disebabkan oleh makhluk k...