"Nah!-Sekarang kamu sudah siap untuk mengawal acara!" ujar Nyonya Maryam Bishop-Istri dari Tuan Sayyid Bishop, kepala Klan Bishop.
Akhirnya, setelah berlatih dan bekerja keras bertahun-tahun, saat yang ia idam-idamkan akhirnya datang juga-memakai seragam baju zirah Klan Bishop, hanya anggota Klan Bishop yang sudah diangkat sebagai seorang Paladin yang boleh memakainya.
Kebanggan Klan Bishop, pun, makin bertambah, bahkan bisa dibilang meroket-ketika Fiarche dipercaya mengawal langsung pidato kenegaraan di Ruang Kerajaan nanti.
"Baiklah kalau begitu-aku berangkat sekarang, bu!" Fiarche bersiap-siap pamit.
"Tunggu sebentar!" tahan Nyonya Bishop.
Fiarche hanya bisa menuruti perintah ibunya, diam sejenak walau bertanya-tanya apalagi yang terlupakan setelah barusan menyatakan dandanannya sudah siap semua.
Ternyata yang terlupakan adalah sebuah bros rambut berbentuk bunga krisan, Nyonya Bishop langsung memasangnya di sela-sela poni rambut anak semata wayangnya itu.
"Ah, Ibu! Buat apa aku dipakaikan itu?!" Fiarche mencoba menolak.
"Ini sebagai pengingat-walau pun kamu seorang kesatria, ada jiwa lembut seorang perempuan di dalamnya." Jawab Nyonya Bishop.
Fiarche terdiam beberapa saat, dan akhirnya ia mengalah dan rela dipasangkan bros rambut tersebut-ia pun berharap bros yang terlalu perempuan itu tak akan jadi bahan gunjingan para ksatria dan bangsawan yang hadir dalam upacara peringatan.
"Nah! Sudah benar-benar beres sekarang!" ujar Nyonya Bishop, kedua tangan mungilnya menggenggam erat kedua lengan Fiarche, "Sekarang tunjukkan pada mereka!-Seorang perempuan pun bisa setangguh mereka!"
Fiarche tersenyum manis-hal yang tak pernah diperlihatkan oleh rekan-rekannya di Inkuisitor dari Ul'dah-dan mengangguk.
*****
Ketika keluar dari kamarnya, ternyata Tuan Sayyid Bishop menantinya keluar.
"A-Ayahnda!.." Fiarche tertegun ketika melihat sang kepala Klan Bishop.
Tak ada yang berubah dengan wajah Tuan Bishop, tegang dan kaku seperti pedang dan tameng perangnya yang menjadi senjata andalan para Paladin dari Klan Bishop dalam menjalankan tugas negaranya melayani sang Sultana-yang berubah hanya kulit wajah lalafell tua itu semakin keriput dan memutih.
"Sudah mau berangkat?" tanya Tuan Bishop.
Fiachre langsung memberi hormat kepada kepala klan, "Ya, Tuanku!" jawabnya mantap.
Tuan Bishop mengangguk puas namun kaku, sebenarnya ia merasa bahagia dan bangga ketika mendengar putri tunggalnya dan teman-teman sepetualangnya menjadi anggota Penerus Fajar Ketujuh-yang dikenal sebagai Company orang-orang terpilih.
Ditambah lagi, panglima dan Sultana memuji misi mereka mencegah upaya makar kelompok kontra-Sultana-dan karena kesuksesan tersebut, Fiachre dipercaya untuk mengawal pidato kenegaraan dalam upacara peringatan lima tahun Peperangan Carteneau.
"Selamat atas pencapaian yang kau dapatkan, Nona Fiachre!" ungkap Tuan Bishop, "Termasuk diangkatnya dirimu sebagai Paladin wanita pertama!" tambahnya.
Di dalam hatinya ia bersorak gembira ketika mendengar pujian pertama yang terlontar dari mulut ayahnya, karena sedari kecil yang ia dapatkan hanyalah kritikan dan hukuman dari Tuan Bishop, dan diajarkan pantang menggunakan panggilan "Ayahnda dan Ananda" tetapi "Tuanku dan Nona".
"Segala penghargaan dan kehormatan yang ada, ini semua berkat gemblengan Tuanku!" jawab Fiachre.
"Nona Fiachre Bishop! Mulai sekarang, tolong jangan panggil aku Tuanku!" pinta Tuan Bishop.
KAMU SEDANG MEMBACA
A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )
FantasyCerita ini merupakan fiksi penggemar game J-MMORPG "Final Fantasy XIV : A Realm Reborn" ***** Update cerita dua minggu sekali. ***** Setelah lima tahun lamanya sebuah negri bernama Eorzea, bangkit dari kehancuran hebat yang disebabkan oleh makhluk k...