BRUK!
Setelah hampir seharian mati-matian berduel dengan Si Putih Besar, akhirnya Dukun Cilik jatuh terkapar di tanah dengan keadaan sangat lelah-bahkan sangking lelahnya, ia sampai tak punya tenaga untuk tetap membuka matanya.
Tak disangka, biarpun sebagian besar kekuatan aether yang ia keluarkan dibantu oleh kekuatan materia tingkat dua, mengerahkan dan mengendalikannya masih tetap harus menggunakan tenaga fisik dan mentalnya.
Setelah yakin Si Putih Besar benar-benar sudah tak berdaya, Mutamix dan para muridnya langsung keluar dari persembunyian dan menolong Dukun Cilik yang kelelahan-walau kadang mereka tak terlalu fokus menolong Dukun Cilik, karena sekali-kali mengawasi Si Putih Besar, khawatir sewaktu-waktu Torama itu bisa sadar dan mulai menyerang mereka.
"Seumur-umur, aku tak pernah melihat perkelahian seperti itu sepanjang hidupku!.." desis Kokosama sambil coba memberanikan dirinya menyentuh tubuh Si Putih Besar yang tergeletak.
Swynbroes pun ikut-ikutan meraba tubuh Si Putih Besar ketika Kokosama tak kenapa-kenapa, dan ia pun merasa takjub dengan salahsatu monster paling buas yang ada di Eorzea.
"Bulunya halus sekali!.." desis Swynbroes, bulunya malah lebih empuk dan halus dari beludru sutra tulen, "Pantas saja bulu Torama harganya mahal sekali!.."
Kokosama pun ikut menerawang hitung-hitung harganya, dengan seekor Torama sebesar ini, mereka bisa mendapatkan bermeter-meter kulit, "Kita bisa punya banyak dana untuk penelitian!!" pekiknya girang.
"Tak Cuma kulitnya!-Tanduknya, cakarnya, giginya-semuanya mahal juga!" sela Swynbroes, "Bahkan untuk mendanai semua penelitian Professor Mutamix saja masih banyak lebihnya!.."
*****
"D-Dukun! Kau tak apa-apa???" tanya Fhobhas khawatir.
Dukun Cilik coba mengalihkan pandangannya ke Fhobhas dengan tenaga yang masih tersisa, "Makhluk itu?.. Sudah berhasil aku kalahkan?.." tanyanya lirih.
Fhobhas mengangguk, "Kau berhasil mengalahkannya, Dukun!"
"Selamat, Tuan Dukun! Uji coba materia tingkat dua sudah selesai, dan kini warga Kampung Wineport juga bisa hidup dengan tenang setelah takluknya makhluk besar ini!.." puji Mutamix.
Dukun Cilik membuka kedua matanya, "Sudah selesai?.."
Mutamix mengangguk, "Sudah selesai!-Sudah cukup."
Ketika mendengar jawaban dari Mutamix, ia pun menghela napas lega panjang-panjang, "Akhirnya!.. Setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan.." desisnya lega, beberapa saat kemudian, ia teringat sesuatu, "Bisakah kalian bantu aku?.. Aku mau lihat dia!.."
"Melihat binatang Torama itu?.." tanya Fhobhas.
Dukun Cilik pun mengangguk, "Setelah serangan terakhirku, yang kuingat hanyalah kami berdua sama-sama ambruk.." ia pun mencoba untuk bangkit dari terkaparnya, namun seluruh tubuhnya masih terlalu lemah-bahkan dipaksa pun malah terasa sakit sekali.
Fhobhas pun langsung bergegas meraih tubuh kecilnya, "Sini aku bantu!.." tawarnya dengan hati-hati ia angkat bagian atas tubuhnya, supaya Dukun Cilik bisa melihat dengan jelas jasad Si Putih Besar.
"Terima kasih!.."balas Dukun sambil memandang musuh terberatnya dalam sejarah bertarung satu lawan satu.
Sambil memandangi jasad Si Putih Besar, dalam benaknya ia terheran-heran, ternyata dengan tubuh sekecil itu, berani dan-untungnya-berhasil mengalahkan Si Putih Besar.
Kenapa dianggap untung? Karena seekor Torama bukanlah seekor binatang buas yang mengandalkan keganasan khas seekor binatang pemangsa pada umumnya, untuk makhluk sebesar itu, ia punya gerakan lincah seekor Coeurl biasa-mustahil badan besar memiliki gerakan seperti yang berbadan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )
FantasyCerita ini merupakan fiksi penggemar game J-MMORPG "Final Fantasy XIV : A Realm Reborn" ***** Update cerita dua minggu sekali. ***** Setelah lima tahun lamanya sebuah negri bernama Eorzea, bangkit dari kehancuran hebat yang disebabkan oleh makhluk k...