"Peluit chocobo??.." tanya Dukun sambil memandangi sebuah peluit kecil berbentuk seekor chocobo yang diberikan oleh Keitha-pemilik peternakan chocobo paling terkenal se-Eorzea.
"Peluit itu bukan peluit biasa. Walau bentuknya kecil, kami membuatnya secara khusus, sehingga menyamakan dengan suara siulan bahasa chocobo yang asli." Jawab Keitha.
"Hoo!-Bahasa chocobo macam apa yang ada di peluit ini?" Dukun makin penasaran.
"Penjelasan gampangnya adalah, kalian bisa memanggil chocobo liar yang hidup di seluruh permukaan planet ini, dan chocobo liar ini untuk sementara akan jinak dan mau dijadikan tunggangan kalian untuk sementara."
"Aaaang!~... Keren sekali!.." puji Jihli kagum.
Keihta tersenyum, "Oh ya!-Kalian boleh mencobanya, kok!"
Dukun Cilik terbelalak, "Oh ya??-Tapi apa tak akan mengganggu chocobo kalian disini?"
"Tenang saja!-Karena bahasanya berbeda, maka tak akan mengganggu chocobo-chocobo kami ketika peluit itu dibunyikan."
Dukun merasa lega ketika mendengar jawaban dari Keitha, "Baiklah kalau begitu! Aku akan mencobanya!"
Calon Whitemage cilik ini langsung meniup peluit chocobo miliknya, suara siulan agak melengking keluar dari ujung peluit-suaranya benar-benar persis seperti suara seekor chocobo yang memanggil kawanannya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara ribut-ribut dari balik semak-semak yang tak jauh dari peternakan-muncul seekor chocobo remaja keluar dengan bersemangat dari semak-semak dan langsung berhenti tepat di depan Dukun.
"Lihat, kan??" tunjuk Keitha kepada dua petualang yang terdiam takjub melihat chocobo.
"Tak pernah aku bisa sedekat ini dengan chocobo liar!.." gumam Dukun Cilik tak percaya.
"Tunggu apalagi?-Coba naiki dia!" ajak Keitha.
"T-Tinggal naik saja?? Tak apa-apa??" Dukun masih takut-takut.
"Tak apa! Asal kau berusaha bersikap lembut dengannya!" jawab Keitha meyakinkan.
Dukun Cilik hati-hati menyentuh dan menaiki chocobo muda itu, berusaha pertemuan pertamanya dengan burung darat terbesar di planet memberi kesan yang baik-awal yang baik biasanya berlanjut ke yang lebih baik lagi.
"Ayo jalan!.. Tapi pelan-pelan!.." ajak Dukun hati-hati.
Dan tak disangka-chocobo muda itu menuruti permintaannya, ia pun mulai berjalan pelan!
"Whoaa!-Aku tak menyangka kalau dia menuruti permintaanku!" Dukun semakin bersemangat menunggangi chocobo.
"Peluit itu juga membuat chocobo-nya menuruti kemauan kalian, dengan catatan-permintaan kalian tidak membahayakan dirinya nanti." Jawab Keitha.
"Hmmm!.. Kalau ditiup lagi, nantinya apa, yah?.." entah kenapa, Dukun Cilik dengan polosnya melakukan hal yang belum dipandu Keitha.
"JANGAN!!" tahan Keitha yang memergokinya-namun sudah terlambat.
Ketika ia meniup kembali peluitnya, tiba-tiba chocobo yang ia tunggangi jadi liar kembali, meronta-ronta tak mau punggungnya diduduki Dukun Cilik-sehingga ia pun jadi jatuh terjengkang ke tanah, Dukun pun mengaduh kesakitan, sambil memandangi chocobo yang barusan ia tunggangi lari tunggang-langgang masuk ke dalam hutan lagi.
"Ya ampun!-Kau tak apa-apa??" tanya Keitha khawatir.
"Tak apa-apa, kok." Jawab Dukun Cilik meringis mengelus-elus kepalanya yang benjol.
Keitha menghela napas panjang, "Lain kali, sebelum meniup peluit untuk kedua kalinya, kalian harus turun dulu!" wanti-wanit Keitha.
"Mm!" Dukun Cilik dan Jihli mengangguk paham dan kompak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )
FantasiCerita ini merupakan fiksi penggemar game J-MMORPG "Final Fantasy XIV : A Realm Reborn" ***** Update cerita dua minggu sekali. ***** Setelah lima tahun lamanya sebuah negri bernama Eorzea, bangkit dari kehancuran hebat yang disebabkan oleh makhluk k...