"I—ifrit????" Jihli begitu syok ketika melihat kemunculan kembali si penguasa api—Ifrit!
Rubha pun tersenyum bangga ketika melihat Jihli terlihat sangat terkejut ia bisa memanggil Ifrit untuk kedua kalinya, bisa memanggil Ifrit adalah hasil dari latihan perdananya menjadi seorang Pemanggil.
"Tenang! Tenang!—Ifrit yang ini bukan makhluk kuno yang kalian lawan sebelumnya!" Rubha coba menenangkan Jihli.
"Maksudmu??" Jihli masih belum mengerti.
"Aku hanya memanggil sebagian kekuatan aether yang dimiliki Ifrit untuk dijadikan Egi!" jawab Rubha.
Namun obrolan singkatnya harus segera dihentikan, sang molbor sudah mulai bergerak menghampiri mereka bertiga.
"Nanti saja penjelasannya!—Yang penting Ifrit yang ini bersahabat dengan kita!!" lanjut Rubha sambil buru-buru membuka halaman almanak sihirnya.
Jihli langsung melepaskan Tembakan Maut dan Knock Back-nya, mencoba untuk memperlambat gerakan molbor.
"Ah!—Ketemu juga!" Rubha langsung merapal mantra yang tertulis di almanak sihirnya, setelah selesai ia pun menyuruh Ifrit-Egi cepat-cepat, "Ifrit-Egi! Gunakan Tameng Api-mu!"
Ifrit-Egi langsung menuruti perintah Rubha, ia menggunakan jurus Tameng Apinya—ia seperti membakar seluruh tubuh kelima anggota Penerus—namun kobaran apinya tak terasa membakar dan melukai tubuh mereka.
Mereka lengah, sang molbor mengerahkan jurus pamungkasnya—Nafas Teruk-nya ia sembur ke arah kelima petualang dengan asap hijau beracun dan sangat asamnya yang pekat, sedangkan kelima petualang hanya bisa mencoba meringkuk dan menutup wajah mereka—berharap asap beracun itu tidak melukai mereka dengan parah!
Dan ternyata, Tameng Api menunjukkan kegunaannya—Asap beracun Nafas Teruk-nya menyerang kelima petualang dan Ifrit-Egi langsung menguap seketika karena menyentuh aether elemen api yang melindungi tubuh mereka.
"Eeh?!—Kita selamat??" Jihli keheranan.
"Bahkan tak ada asap racun sedikit pun yang menempel tubuh kita!" ungkap Fiachre.
"Jurus yang keren, Ifrit-Egi!" puji Rubha kepada Egi-nya, "Sekarang kita aman berhadapan dengannya!"
"Kalau begitu!—SERAAANGG!!" pekik Fiachre yang sudah mulai tak khawatir dengan serangan Nafas Teruk.
"Ifrit-Egi!—Serang molbor!" suruh Rubha—Ifrit-Egi langsung terbang cepat menyusul Fiachre dengan tubuhnya yang membara.
*****
Dengan Tameng Api, Fiachre tak khawatir lagi dengan getah dan berbagai semburan racun sang molbor—bahkan monster tumbuh-tumbuhan raksasa itu malah kesakitan ketika ia mencoba menyerang para petualang karena panasnya Tameng Api yang coba ia sentuh.
Sedangkan Ifrit-Egi menyerang sang molbor mulai dengan cakaran, serudukan, sampai semburan api yang membuat bagian-bagian tubuh monster beracun itu rontok gosong jadi arang.
Namun Tameng Api tersebut tak sekuat aether pelindung yang diberikan oleh Dukun Cilik, kekuatannya tergantung dengan kekuatan sang Ifrit-Egi—semakin sering sang Egi bertarung, maka semakin banyak aether yang ia konsumsi dari dalam tubuhnya, semakin pendek lah umurnya.
Rubha tahu itu, sudah saatnya ia menyiapkan serangan pamungkas ketika Ifrit-Egi-nya tak semembara seperti pertama kali ia panggil barusan—ia bergegas membuka almanak sihirnya untuk mencari halaman berisi mantra untuk melepaskan serangan pamungkas.
"Ifrit-Egi! Saatnya kau mengeluarkan jurus pamungkasmu!" pekik Rubha sambil mengangkat almanak sihirnya tinggi-tinggi.
Ifrit-Egi menurut dengan perintah Rubha, ia pun langsung menggenggam erat tubuh molbor kuat-kuat, sang molbor meronta-ronta coba melepaskan diri dengan menyabet-nyabetkan belalai-belalainya ke tubuh Ifrit-Egi, tak peduli panasnya tubuhnya ketika dipukul—yang penting bisa lepas!
KAMU SEDANG MEMBACA
A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )
FantasyCerita ini merupakan fiksi penggemar game J-MMORPG "Final Fantasy XIV : A Realm Reborn" ***** Update cerita dua minggu sekali. ***** Setelah lima tahun lamanya sebuah negri bernama Eorzea, bangkit dari kehancuran hebat yang disebabkan oleh makhluk k...