21. Pembasmi Ifrit

202 19 0
                                    

Untuk jurus pamungkasnya, Ifrit harus membayar lumayan mahal-ia kehilangan kaki kiri dan seluruh lengan kanannya, ia harus susah payah berdiri seimbang dengan kaki kanan dan lengan kirinya yang masih utuh, bahkan sebagian tubuhnya juga hanya tersisa separuhnya.

Si Penguasa Api hanya bisa berharap, kalau keempat petualang yang terkapar di tanah dalam keadaan gosong dan mengeluarkan asap benar-benar mati terpanggang.

Ternyata harapannya terancam ketika ia bisa melihat jasad Conjurer cilik bergerak sekilas.

"..TIDAK MUNGKIN!.."

Tak hanya jasad Conjurer cilik saja yang bergerak sekilas, ketiga jasad musuhnya juga ikut bergerak sekilas-bahkan beberapa lama kemudian, bagian-bagian tubuh manusia gosong itu mulai bergerak-gerak!

Sejenak tangan kanan Dukun Cilik meremas tanah sekuat mungkin, lalu ia mulai mencoba bangkit.

Jihli terbatuk-batuk layaknya orang kena radang paru-paru, mungkin karena tenggorokannya dicekoki oleh asap hitam.

Sedangkan Wunny menyeret-nyeret tubuhnya yang seperti bongkahan kayu arang, meraih tombaknya yang meleleh karena bara Api Neraka.

"Tu!.. Tu!.. Tu!.." Bull ingin mengumpat tujuh neraka, namun lidahnya masih baal semenjak lolos dari serangan Api Neraka.

Ifrit hanya bisa diam mematung-terpana dengan keempat anggota Penerus Fajar Ketujuh yang berhasil selamat dari serangan mematikannya dengan keadaan kulit mereka yang cemong dan sebagian kain pakaian mereka koyak terbakar dan pelindung baja mereka meleleh karena suhu panas.

"Tujuh neraka!-Tadi benar-benar mengerikan sekali!!" akhirnya Bull bisa mengumpat seperti biasa.

"Kalian tak apa-apa, kawan-kawan??.." Dukun meringis menahan sakitnya luka melepuh.

"Ah sial!-Tombakku jadi tak karuan begini bentuknya!.." gerutu Wunny.

"Kawan-kawan, jangan lengah!.." panggil Jihli yang coba bangkit dengan bantuan busurnya yang berubah jadi kayu bakar, "Ifrit masih ada!.." tunjuknya.

*****

"..KALIAN TERNYATA KUAT, MAKHLUK LEMAH!!.."

Si Penguasa Api mencoba mengumpulkan aether-nya yang tersisa, walau tubuhnya semakin ringkih.

"..AKU AKUI AKU TERLALU MEREMEHKAN KEMAMPUAN KALIAN!.."

Dukun Cilik pun langsung mengerahkan tenaganya yang tersisa bersama kekuatan aether materia birunya yang masih selamat untuk menyembuhkan luka bakar dirinya dan ketiga kawannya, walau harus menyembuhkan tanpa bantuan tongkat sihir.

"..TAPI AKU TAK AKAN RELA, DEWA SEPERTIKU HARUS TAKLUK DI TANGAN KETURUNAN MANUSIA!.."

"Dia bersiap mulai melawan!" Dukun memperingatkan dengan napas terengah-engah.

"Tapi-Aku tak punya senjata lagi!" jawab Jihli kecewa sambil menunjukkan busurnya yang bernasib mengenaskan.

Bull pun memandangi kapak perangnya-tinggal mata kapaknya yang lumer yang tersisa, karena gagangnya juga hancur jadi abu, "Kalau memang harus mengalahkannya dengan mata kapak ini-biarlah! Kalau memang harus mengalahkannya dengan bogem mentah-baiklah!"

Dukun Cilik dan Jihli mengangguk mantap, mereka pun bersiap pasang kuda-kuda untuk melawan Ifrit untuk kedua kalinya-namun, tiba-tiba Wunny memalang ketiga kawannya dengan tombaknya yang wujudnya sudah tak jelas, mencegah mereka untuk maju.

"Wunny!" Jihli bingung.

"Sepertinya Para Dewa memberikan kepercayaan kepadaku untuk menutup sandiwara payah ini." Seloroh Wunny, "Duduk yang manis!-Biar aku yang akhiri dia dengan keren!" ia pun memasang kuda-kuda siap tempur lagi.

A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang