41. Amandine Dartancours

84 8 0
                                    

Thancred hanya bisa diam ketika mendengar jawaban seorang Ursandel-ia tahu kekacauan di Fallgourd Float.

Ursandel terkekeh, "Tenang saja, Tuan! Aku tak akan berbuat apa-apa!.. Umur segini sudah tak punya tenaga untuk berkelahi!-Dan waktu muda, pun, aku bukan orang yang suka berkelahi!.." ujarnya ketika melihat Thancred memegang salahsatu pisau kembarnya yang tersarungkan di pinggang kirinya.

Thancred bisa merasakan itikad baik seorang Ursandel, ia pun kembali bersikap biasanya, "Kau tahu siapa yang ada di belakang ini semua?"

Ursandel mengangguk tenang, "Nyonya Amandine Dartancours." Jawabnya.

Thancred mengerutkan dahinya, nama itu begitu asing, "Siapa dia?"

"Duduk dulu sebentar!-" ujar Ursandel sambil menyeka-nyeka bagian kosong kursi taman di sampingnya, "Aku akan menjelaskannya dengan cepat."

Thancred langsung duduk di samping Ursandel yang tatapannya langsung nanar ke langit Gridania ia pun bercerita soal Nyonya Amandine Dartancours.

*****

"Bagaimana hasil konsultasimu ke dokter, Tuan Molkem?" tanya Nyonya Amandine.

Sudah hampir sebulan ini, Moklem-roegadyn tua yang sudah bertahun-tahun mengabdi sebagai tangan kanannya, dalam satu bulan terakhir batuknya tak kunjung sembuh-bahkan menurut sang dokter langganan sang nyonya besar, bahkan kondisi fisiknya semakin menurun.

"Dia meminta saya untuk segera pensiun dan banyak istirahat." Jawab Moklem terbatuk-batuk.

Nyonya Amandine terhenyak, "Kalau begitu, pensiunlah, Tuan Molkem!"

Moklem tertawa ringkih, "Pensiun untuk apa, Nyonya??.. Saya selama ini tidak pernah merasa bekerja, kok!.." selorohnya sambil mengelap bibirnya yang keriput dengan sapu tangannya.

Nyonya Amandine tersenyum tersipu-sipu, ia merasa tersanjung kalau tugasnya sebagai tangan kanannya selama ini tak dianggap sebagai pekerjaan.

Obrolan ringan di dalam kereta chocobo tersebut mulai berubah serius, ketika di ujung jalan menuju Gridania yang bersalju, Nyonya Amandine melihat seseorang berdiri, dan ketika keretanya mendekati sosok di ujung jalan itu ia bisa melihat sosok misterius itu lebih jelas.

Seorang elezen cilik dan lalafell cilik, berpakaian compang-camping lusuh tipis penuh tambalan sebagai penutup aurat mereka yang nyaris hanya kulit berbalut tulang, mereka pun hanya menggunakan karung goni bekas karung gandum sebagai pelindung ganasnya musim dingin.

Nyonya Amandine tertegun melihat mereka berdua-mereka aneh sekali, biasanya orang-orang seperti ini akan menyambutnya dengan wajah penuh keputusasaan, akan tetapi, biar wajah mereka lusuh karena kurang gizi-mereka masih terus mencoba memancarkan semangat.

"Kusir! Tolong berhenti sebentar!" pinta Nyonya Amandine.

Ketika kereta chocobo-nya berhenti, ia langsung meraih kantong uangnya dan bersiap untuk memberikannya kepada dua anak keturunan manusia yang naas tersebut.

Mengejutkan, mereka berdua mengangkat tangan mereka sebagai tanda menolak pemberian sekantong gil yang mau diberikan Nyonya Amandine.

"Kenapa??.." tanya Nyonya Amandine heran.

"Nyonya! Beri kami pekerjaan bagi kami berdua, Nyonya!.." pinta si elezen cilik mantap.

"Kami lebih suka bekerja daripada mengemis!" dukung si lalafell cilik bersemangat.

Nyonya Amandine terkejut mendengar permintaan mereka berdua.

"Kalian bisa kerja apa?" tanya Nyonya Amandine penasaran.

A REALM REBORN ( Final Fantasy XIV Fanfiction )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang