cinq

7.2K 574 46
                                    

BARRA

"Jevan Harjanta. Adiknya Kylandra Harjanta. Elo nggak tahu?"

"Mana mungkin gue tahu silsilah keluarga FWB-an lo sih?" decak gue. "So, Si Jevan itu gimana anaknya?"

Keelan tertawa. Sebelum menjawab, cowok itu mengambil langkah mendekati gue. Menaruh dua kaleng bir yang satunya sudah dipastikan ditujukan untuk gue. "Personally, gue nggak tahu sih. Tapi berdasarkan desas-desus, dia anak baik. Lulusan Harvard. Rajin ikut kegiatan amal bareng nyokapnya. Dan yang pasti nggak pernah terlibat skandal kayak lo." Keelan menyindir di akhir.

Gue mendengus. Meraih keleng bir di atas meja lalu membuka kuncinya. "Naura lagi dekat sama tuh cowok."

"I have known. Memang apalagi sih alasan dibalik elo yang tiba-tiba datang ke apart gue dan nanyain soal Jevan?" ledeknya.

Sialan banget emang Keelan. Kalau bukan karena dia satu-satunya teman terdekat gue yang pergaulannya luas—Claire nggak gue masukin karena gue masih sebal dengan wanita ular itu—malas banget gue datangin apartemen Keelan dan mergokkin dia lagi sama Kylandra. Well, mungkin ada yang belum tahu siapa Keelan. Dia Keelan Jantaka. Aktor termahal di Indonesia. Jangan tertipu sama tampang manis dan vibe menantu idaman. Keelan itu brengsek. Bahkan lebih brengsek dari gue.

"Gue rasa ini sudah waktunya elo buat melepas Naura, Bar," ucapan Keelan praktis bikin gue langsung menatap cowok itu tajam. "Well, bukan tanpa alasan. Jevan Harjanta punya catatan bersih. Elo nggak punya alasan ngelarang hubungan mereka. Bukannya elo sendiri yang bilang akan lepasin Naura begitu dia ketemu sama cowok baik."

"Cowok baik yang sudah lulus dalam kualifikasi gue." Koreksi gue.

Keelan mencibir. "Kualifikasi elo memang mau kayak gimana? Kayak elo?" tukasnya lantas meneguknya minumannya. "Gue jamin. Jevan nggak brengsek. Dia baik. Banget."

Right, baik menurut orang lain. Belum tentu baik menurut gue. Jadi meski Keelan sudah mengkonfirmasi bila Jevan Harjanta nggak seperti cowok-cowok nggak jelas yang pernah mendekati Naura sebelumnya—still, gue nggak akan dengan mudah menyetujui hubungan mereka. Gue masih harus menyelidiki lebih jauh soal Jevan Harjanta. Sebab itu, gue mengumpulkan segala informasi soal dia dari orang yang sudah gue bayar. Dan...well, gue memang nggak menemukan catatan hitam dari Jevan Harjanta. He's so clear.

Sekarang gue nggak tahu musti pakai alasan apa untuk menjauhkan Jevan dari Naura. Bila gue main ngelarang Naura jalan sama Jevan, Naura pasti tanya alasannya. Dulu gue bisa dengan mudah melemparkan bukti-bukti sejarah kelam cowok yang deketin dia. Tapi si Jevan ini sama sekali nggak ada sejarah kelam. Hidupnya lurus banget. So, gue mutusin untuk pura-pura menyetujui cowok ini biar gue bisa mengawasi Naura lebih dekat. Lagipula, Nuara sepertinya nggak mempan lagi kalau gue kerasin. Gue harus pakai cara lembut buat menaklukkannya. Ya, ya, ya, sebuat gue licik. Tapi apapun bakal gue lakuin buat Naura.

Gue turun dari lantai apartemen gue menuju tempat gym. Ini Sabtu. Dan gue sangat hapal kalau setiap Sabtu pagi Naura selalu nge-gym. Mumpung gue sedang nggak ada jadwal manggung karena gue disuruh off dulu sama Baskara. Gue akan menjadikan ini kesempatan untuk memperbaiki hubungann gue dengan Naura yang makin merenggang.

Bingo! Seperti dugaan gue, Naura sekarang sedang lagi di treadmill dengan telinga yang ia sumbat menggunakan AirPods. Bibir gue menorehkan senyum kecil. Menaruh botol air minum dan berdiri di belakang cewek itu.

Let me guess, pasti Naura sekarang sedang mendengarkan Westlife. Mau sebanyak apapun boyband baru yang bermunculan dan seganteng apapun mereka. bagi Naura Westlife tetap yang terbaik. Cewek itu sudah cinta mati dengan Nicky Byrne.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang