vingt sept

4.8K 320 8
                                        

BARRA

Ada yang bilang logika dan cinta adalah dua hal yang bertolak belakang. Ketika mencintai, seseorang cenderung sulit untuk berpikir dengan logis. Acap kali mereka melakukan sesuatu yang dianggap orang luar sebagai tindakan 'bodoh'.

Gue sering banget mendapat komentar tersebut. Bukan satu dua orang yang terheran-heran melihat gue yang bisa sebegitunya pada Naura, hingga rela mengorbankan apapun untuknya. But you know what, when you love someone, you want to give them the best of what you have. Including a part of yourself.

Bukannya cinta gue pada Naura nggak ada logika. Ini hanya soal prioritas gue yang berubah. Tentu saja gue sangat menyadari konsekuensi dari semua yang gue lakukan. Contohnya, tindakkan gue yang mangkir dari event yang harus gue datangi. Gue tahu itu tindakan yang salah. Hanya aja, Naura adalah prioritas gue. Tidak ada hal yang lebih penting dari dia. Gue bisa bertanggung jawab atas tindakkan gue tersebut tanpa pembelaan. Karena sebelum melakukannya, gue sudah mempertimbangkan baik dan buruknya. Gue bisa merelakan apa saja untuk Naura.

Kenapa? Simply, I love her. Dan dia adalah prioritas gue.

Buat sebagaian orang berpikir gue hanya melakukan hal bodoh. Tapi bagi gue, itu adalah bukti dari betapa gue mencintai Naura. Cinta yang gue berikan padanya adalah cinta yang tidak pernah gue berikan pada cewek manapun. Tentu aja, dia cinta pertama gue. Yang gue yakini akan menjadi satu-satunya.

Gue sudah berusaha melupakan Naura dan mencoba mencintai cewek lain. Hasilnya nihil. Gue nggak mampu melakukannya. Naura terlalu sulit untuk dilupakan dan mudah untuk dicintai. Meskipun gue, tahu kami bakal sulit bersama. Nyatanya hal itu nggak membikin perasaan gue padanya berkurang. Gue rasa gue ada indikasi masokis. Sudah tahu sakit, tetap aja masih digenggam.

Perjalanan gue dalam mencintai Naura tidak bisa dibilang mulus. Karena pengalaman pertama, kadang kala gue impulsif dan agresif. Gue bukan manusia yang punya kesabaran tinggi. Berbanding terbalik dengan Naufal yang penyabar. Setiap kali mendapati Naura bersama cowok lain, gue kesulitan mengendalikan rasa cemburu gue. Pertengkaran sering terjadi karena hal itu.

Sekarang gue ingin memperbaiki kesalahan gue itu. Gue ingin mencintai Naura dengan cara yang benar. Kendati melihat Naura dengan cowok lain—apalagi Jonathan—masih membikin gue jengah dan naik darah. Gue nggak ingin lagi menjadikan hal tersebut sebagai bahan pertengkaran. Terlebih gue nggak punya hak melakukannya. Yeah, dengan berat hati gue harus mengakui kalau gue nggak punya hak melarang Naura berdekatan dengan cowok manapun yang ia mau.

Tepat ketika Resya meng-drop gue di lobi. Mobil di depan, yang ternyata milik Jonathan berhasil membuat gue urung keluar. Memperhatikan cowok itu keluar dari mobil lalu bergegas membukakan pintu mobilnya untuk Naura.

"Anjing! Naura, Bar, Naura!" Resya yang berada di balik kemudi berseru heboh.

Gue bergeming. Memperhatikan interaksi mereka tanpa suara.

"Eh, itu cowok siapa, Bar?" Resya kembali berkicau. "Kok cakep? Boleh juga nih kalau masuk manajemen kita. Gue musti foto terus kasih liat ke Pak Bas. Biar nanti bisa Pak Bas rekrut."

Jonathan jelas saingan terberat gue karena cowok itu pernah menjadi cinta pertama Naura. Sejak dia menawari Naura untuk liburan bersama ke Jepang—gue sudah curiga sebenarnya cowok itu punya perasaan ke Naura. Mungkin karena Naura punya pacar, Jonathan memilih tidak mengambil langkah dan berlindung di balik teman masa kecil untuk menutupi perasaannya.

Namun melihat interaksi mereka setelah pagelaran fashion show dan sekarang, gue tahu Jonathan tidak menahan dirinya lagi. Cowok itu nggak mungkin menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi ia mendapat dukungan dari Mama Naura.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang