NAURA
"Kin, Yana kamu atur lagi blocking-nya!""San, backsound aman, kan?
"Bilangin Dayat, lighting-nya jangan geser-geser!"
Saat pertama kali menghadiri pagelaran fashion show, aku selalu penasaran dengan apa yang terjadi di balik panggung. Bagaimana mereka bisa menyiapkan set panggung yang megah dan menatanya dengan begitu apik? Tapi ternyata, di balik gegap gempita panggung, keadaan backstage justru chaos parah.
Para kru event, model, desainer berjalan hilir mudik sampai harus lari-larian agar tidak ketinggalan waktu. Yeah, bagaimana lagi, the show must go on. Semuanya harus berjalan sempurna sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Itu juga yang membuatku selalu memperhatikan detail-detail kecil sebelum peragaan fashion show dimulai
"Calm down, Naura. You need to relax." Jonathan mengusap bahuku. Lalu menyodorkan ice americano yang entah kapan ia beli karena sejak tadi aku terlalu sibuk mengawasi persiapan pegelaran fashion show yang akan berlangsung beberapa jam lagi.
"Kamu pikir aku bisa relax sedangkan acaranya empat jam lagi?!" semburku. "Dan masih aja ada yang missed? Oh, gosh, mereka kenapa cereboh gini sih?" Aku menyugar rambut ke belakang. Menggigit bibir menahan emosi.
Selain sering tidak bisa tidur karena cemas. Aku memang akan super sensitif mendekati hari H. Dan saat hari H, jangan pernah menguji kesabaranku karena aku gampang meledak untuk persoalan kecil.
"I know." Jonathan menyahut kalem. Nampak tidak tersinggung dengan keketusanku. Sementara Kintan dan beberapa kru melirik kami was-was. "Tapi kalau kamu tegang begini, kamu bakal sulit konsentrasi." Usapan Jonathan di bahuku kini berganti dengan pijitan. "Relax. Everythings will be okay."
Aku diam. Ice americano yang disodorkan Jonathan pun belum kuambil karena aku terlalu gelisah hingga tak bisa mecerna makanan dan minuman dengan nyaman.
"Kamu udah skip breakfast. Aku nggak mau kamu juga lupa makan siang." Tangannya kemudian turun, mengenggam pergelangan tanganku. "Aku udah pesan Thai food. Makan dulu ya."
Tatapan Jonathan yang lembut beserta dengan suaranya yang lunak membuatku tidak mampu menolak atau menghardiknya lagi. Kepalaku akhirnya mengangguk, mengundang senyuman di wajah Jonathan.
Cowok itu membawaku duduk di salah satu kursi lalu mengeluarkan kotak makan dari paperbag. "Kin, join sini!" ajak Jonathan pada Kintan yang sedang menulis catatan hal-hal yang kukeluhkan.
"Eung...lanjut aja, Mas Jo." Sahut Kintan sungkan. "Saya nanti makan bareng kru aja. Udah ada katering kok."
"Wah, Nau, gara-gara kamu galak mulu. Karyawan kamu jadi takut buat makan lho." Katanya usil.
"Sembarangan," Aku mencebikkan bibir lalu memalingkan kepala pada Kintan yang harus kunaikkan gajinya karena sudah sangat sabar punya bos yang sering marah-marah belakangan ini. "Break dulu, Kin. Ajak yang lain makan. Nanti ada yang bilang saya galak lagi."
Jonathan tertawa atas sindiranku.
Jonathan tidak pernah berubah. Dia selalu baik dan gentle pada perempuan. Hal inilah yang membuatku dulu menyukainya.
Sejak pembicaraan kami di apartemen Ela, aku memang sudah tidak menghindari Jonathan lagi. Cowok itu juga pengertian seperti biasanya. Memberiku waktu untuk sendiri sekaligus fokus menyiapkan pagelaran fashion show dan launching.
Ini pertemuan pertama kami setelah hari itu. Jonathan nampak benar-benar serius ingin mendekatiku. Walaupun begitu, aku masih ragu menerima kehadirannya yang jelas menawarkan hubungan sepasang kekasih. Bukan pertemanan seperti Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love
RomanceLavanya Naura Sastrawijaya dan Alfarezi Barra Salim terlibat hubungan rumit. Mereka telah mengenal satu sama lain sejak kecil. Akan tetapi baru benar-benar dekat setelah Naufal menjadi jembatan yang menghubungkan mereka berdua. Ketiganya bersahabat...