trente quatre

4.1K 317 18
                                    

BARRA

Gue terbangun oleh alarm yang berisiknya melebihi suara lokomotif. Semenjak memulai tour, gue memang memasang alarm di ponsel biar nggak bangun kesiangan. Daripada mendengar suara cempreng Resya, gue memilih dibangunkan oleh raungan alarm.

Terlebih gue bukan tipe orang yang susah bangun. Gue sensitif terhadap suara. Makanya, di detik kedua. Gue sudah membuka mata sambil mengerang malas. Mengulurkan tangan ke samping, buat mematikan benda itu. Tidak ingin, cewek yang berada dalam pelukkan gue terusik tidurnya.

Yeah, right. Gila banget kalau gue sampai lupa kejadian semalam. Setiap momen yang gue habiskan dengan Naura selalu gue simpan di ruangan khusus. Ruangan yang nggak akan lekang oleh waktu. Naura akan selalu abadi di hati gue.

Pagi ini akan menjadi salah satu pagi terbaik dalam hidup gue. Melihat Naura tidur di samping gue, di dalam pelukkan gue—menghantarkan perasaan bahagia tak terhingga. Bibir gue bahkan sudah tersenyum lebar ketika menundukkan wajah agar bisa mengintip Naura yang bergelung seperti kucing di dalam pelukkan gue. Menjadikan lengan gue sebagai bantal tidurnya. Meskipun harus gue akui, hal itu bikin lengan gue agak pegal. But I don't mind. Gue bisa menahannya selama Naura tidur dengan nyaman.

Memang secinta itu gue sama Naura. That's why, cowok hanya benar-benar jatuh cinta satu kali. Kami cenderung bodoh kalau sudah benar-benar jatuh cinta.

Lihat aja, gimana terpesona gue pada keindahan Naura di pagi hari ini. Rambutnya yang berantakkan nggak membuat dia nampak kacau kendati percintaan yang kami semalam nggak bisa dibilang singkat.

Tangan gue kemudian terulur, merapikan surainya hati-hati dan menyelipkan ke belakang telinga. Membuat gue bisa melihat dengan jelas setiap detail wajah Naura. Keningnya, hidungnya, bibirnya, dagunya. Every detail on her face is created perfectly.

Gue sama sekali nggak heran dia disukai banyak cowok. Trust me, cowok manapun yang mengenal Naura, akan mudah jatuh cinta padanya. Bukan hanya karena Naura cantik. Tapi Naura itu baik dan tulus. Sejak dulu di memang banyak disukai. Mau itu cewek ataupun cowok. Makanya, Naura populer banget di kalangan ibu-ibu sosialita yang menginginkan Naura jadi menantunya.

Darimana gue tahu? Tentu saja Mami. Nggak cuma satu pengusaha yang minta dijodohkan dengan Naura. Jonathan adalah cowok kesekian.

Jadi, bukan Naura yang beruntung dicintai jungkir balik sama gue. Tapi gue yang beruntung dibalas perasaannya diantara semua cowok yang mengejarnya.

Nggak sia-sia gue jatuh dari motor. Cewek yang terlelap nyenyak di dalam selimut yang sama dengan gue—tanpa memakai sehelai benang pun ini ternyata menyayangi gue. Nggak hanya sebatas sayang pada sahabat. Tapi cewek ke cowok.

Rasanya gue nggak mau keluar dari kamar. Gue ingin terus memeluk Naura kayak gini.

Begini rasanya dibalas dicintai sama kamu ya, Nau.

Lantas gue merangsek mendekat, mendekap pinggangnya hingga tubuh kami menempel rekat. Bibir gue mengecup dalam keningnya sembari mengusap punggung telanjang Naura saat ia menggeliat kecil terbangun

"...Barra," ucapnya dengan suara serak." Naura mengerang pelan, kepalanya mendongak ke atas sambil berusaha membuka mata.

"Morning, Sayang." Gue tersenyum. Mengecup bibirnya singkat. "Masih ngantuk, ya?"

"Hm," Naura bergumam sambil mengangguk kecil.

Gue terkekeh. Memeluk kencang badan mungilnya saking gemesnya.

"Barraaaaaaa," Naura langsung protes. "Aku nggak bisa napas tau!"

"Nggak bisa napas?" gue malah mengeratkan pelukkan sembari menyebar ciuman di pipi Naura. "Mau aku bikin lebih nggak napas nggak?" lalu bergeser ke sudut bibirnya.

Bittersweet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang