31. Secangkir Caffè latte

590 16 17
                                    


31. Secangkir Caffè latte

HAPPY READING ❤️❤️

Bel pulang akhirnya berbunyi, kini Senja dan kedua sahabatnya sudah bersiap-siap untuk pulang. Senja yang sibuk merapikan buku-bukunya, Kezia yang masih saja berkutat dengan benda pipih di tangannya, dan Manda yang tak habis-habisnya ngebucin dengan Ryan.

"Gais, gue pulang duluan ya, my boyfriend udah di depan kelas," pamit Amanda kepada Senja dan Kezia.

"Iya, hati-hati, Ryan jagain Manda ya, awas aja sampe lecet." ucap Senja dengan tawa.

"Pasti dong, gue bakalan jagain Manda sepenuh hati, jiwa dan raga." ucap Ryan sembari menatap Amanda yang salting mendengar ucapannya.

"Alay," cibir Kezia tidak di terima oleh Amanda.

"Halah bilang aja lo iri 'kan," sewotnya.

"Sorry gue sibuk buat iri sama lo," ucap Kezia lagi membuat Amanda kesal.

"Ini temannya siapa sih!! Senja liat dong si Kezia," rengeknya pada Senja.

"Udah-udah, katanya mau pulang, gue juga nih sekalian mau pulang juga. Duluan ya," ucap Senja berpamitan dengan teman-temannya.

"Senja, itu bos udah nunggin lo di parkiran!" pekik Ryan pada Senja karena Senja sudah mulai menjauh.

Senja hanya menganggap angin lalu perkataan Ryan tentang Langit, Senja terlalu malas untuk meladeni Langit saat ini. Sewaktu Senja melewati parkiran telihat jelas Langit yang tersenyum ramah ke arahnya, tapi senyumannya itu tidak di balas oleh Senja.

"Udah mau pulang? Yuk gue ant_" belum habis ucapan Langit, Senja lebih dulu memotong ucapannya.

"Cukup Langit!! Gue butuh waktu sendiri, jadi lo gak perlu nganterin gue pulang." ucap Senja membuat Langit terdiam, sekecewa itu Senja pada dirinya.

"Maaf," satu kata yang terdengar tulus dari Langit sebelum ia meninggalkan Senja.

Jujur saja mencuekin Langit seperti ini membuat Senja tidak tega, Senja sudah terlanjur sayang dan percaya dengan Langit. Tapi semua itu hilang karena pertaruhan bodoh itu. Sebelum pulang Senja terlebih dahulu singgah di salah satu toko sembako, karena tadi pagi ia menitipkan jualannya di sana.

"Permisi bu, saya Senja yang tadi pagi, kue saya gimana?" tanya Senja pada pemilik toko.

Seorang Ibu paruh baya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah pemilik toko menatap Senja tidak enak. "Duh neng, maaf banget ya, jualan kamu masih banyak yang tersisa." ucapnya.

"Iya gak pa-pa bu, makasih banget ya udah mau nolongin Senja untuk taro jualan Senja di sini." ucap Senja dengan senyuman.

"Kamu anak yang baik, Nak. Semoga nanti ada orang baik yang beli jualan kamu." ucap pemilik toko dengan tulus.

"Aamiin, yaudah bu kalau begitu Senja pamit dulu." pamitnya.

Senja keluar dari toko sembako sembari menatap jualannya yang hanya laku beberapa itu. Tapi dari kejauhan masih ada Langit yang sengaja mengikuti Senja secara diam-diam, ingin sekali ia membantu Senja supaya jualannya habis terjual, tapi di saat seperti ini pasti bantuan Langit di tolak mentah-mentah oleh Senja.

Tak selang beberapa menit, Langit mempunyai ide yang cukup bagus untuk membantu Senja. Langit berjalan tak jauh dari tempat Senja berdiri, ia menghampiri segerombolan anak-anak kecil yang asik bermain.

"Khm," dehaman dari Langit membuat beberapa  anak-anak kecil itu menatapnya. "Kalian ada yang mau kue gak?" tanya Langit membuat anak-anak itu antusias.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang