28. Ice cream dan sepotong masalalu

702 29 47
                                    

HAPPY READING ❤️❤️

Di perjalanan pulang Langit dan Senja mampir ke kedai ice cream letaknya juga tidak jauh dari taman kota, keduanya duduk di sana menikmati pemandangan dengan bunga-bunga yang bermekaran disana. Senja sibuk dengan ice creamnya tanpa ia sadari bahwa Langit memperhatikannya dari tadi.

"Tumben ngajak makan ice cream," celetuk Senja membuat Langit mendekat dan mengelus surai rambutnya.

"Emang enggak boleh ngajak pacar sendiri makan ice cream, hmm?" tanya Langit yang masih saja sibuk memainkan rambut Senja

"Bukan gak boleh tapikan aneh aja gitu, tiba-tiba kamu berubah jadi bucin banget." jawabnya

"Bucin sama pacar sendiri apa salahnya? Kan gak salah kecuali bucin sama pacar orang itu baru salah."

"Iya iya terserah kamu aja," putusnya karena berdebat dengan Langit tidak akan ada habisnya.

Cuaca yang tadinya cerah kini berubah mendung membuat para pengunjung berhamburan untuk terhindar dari hujan, Langit langsung menarik Senja untuk segera pulang agar dijalan tidak terkena hujan. Motor Langit membelah jalanan ibu kota, tanpa Senja sadari ia tengah memeluk Langit membuat sang empu tersenyum senang.

Tak butuh waktu lama motor Langit pun sudah berhenti di depan rumah Senja, keduanya masih mengobrol tertawa satu sama lain. Hingga tanpa mereka sadari ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka berdua.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya," pamit Langit yang langsung mendapat anggukan dari Senja.

"Iya, kamu hati-hati ya di jalan jangan ngebut." ucap Senja sambil melambaikan tangannya

Senja masuk ke dalam rumah, ia dapat melihat bahwa Zian tengah duduk di kursi ruang tamu. Senja kira Zian akan marah karena mengetahui bahwa ia berpacaran dengan Langit, tetapi Zian tidak bereaksi apapun ia masih fokus terhadap ponselnya.

"Hmm, Zian. Bunda kapan pulang?" tanya Senja membuka percakapan antara keduanya

"Gak tau tuh," jawab Zian seadanya "udahlah sana berisik lo disini, oh ya jangan lupa masak gue laper!" suruhnya

Senja masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang aneh, mengapa Zian tidak marah-marah saat dia tahu bahwa Senja dan Langit berpacaran? Atau Zian tidak mengetahui hal ini? Begitulah pertanyaan yang berada di benak Senja.

"Udah positif thinking aja mungkin Zian belum tau," monolognya yang mencoba untuk berpikir positif mengenai Zian.

*****

Setelah mengantarkan Senja pulang Langit pergi mengendarai motornya untuk segera pulang ke rumah, tidak butuh waktu lama akhirnya Langit sudah berada di pekarangan rumahnya. Pintu besar dan megah itu terbuka menampilkan deretan pelayan, ia berjalan masuk tanpa memperdulikan sekitarnya.

"Hmm, Aden." panggil bi Sur yang berjalan mendekat ke arah Langit

"Ada apa Bi?" tanya Langit sambil menatap Bibi Sur, wanita paruh baya yang sudah merawat ia dari kecil.

"Papa Aden sedang pergi ke luar kota, ia menitipkan kunci gudang ini untuk Aden." ucap Bi Sur sambil menyerahkan kunci berwarna silver ke Langit

"Makasih Bi," ucapnya yang langsung meninggalkan Bi Sur.

Langit masuk ke dalam kamarnya merebahkan dirinya di atas kasur king size miliknya, ia menatap kunci berwarna silver itu untuk apa papanya memberikan kunci gudang ini? Apa ia disuruh untuk membersihkan gudang? Sekiranya begitulah yang Langit pikiran. Langit beranjak dari kasurnya, ia berjalan untuk membersihkan diri.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang