39. Beberapa potong masalalu

510 15 0
                                    

HAPPY READING ❤️❤️


39. Beberapa potong masalalu

Kini mobil travel bewarna putih telah sampai di halaman villa bernuansa klasik, banyak bunga yang tertanam dengan rapi di halaman rumah itu. Sebuah kursi panjang dan meja yang berada di tengah-tengah bunga, banyak sekali bunga yang tertanam dengan rapi.

Langit dan teman-temannya turun dari dalam mobil, sebagian ada yang sibuk mengeluarkan barang dari bagasi. Senja melihat sekitar tempat yang membuatnya Dejavu akan satu hal.

"Eh, Aden. Udah besar Aden sekarang ya." ucap bapak-bapak tukang kebun, sekaligus penjaga Villa tersebut.

"Iya mang," ucap Langit sambil tersenyum.

"Aden sini atuh Mamang bantu," ucapnya sambil berjalan ke arah Darren.

"Ayo masuk." ajak Langit, ia menaiki tangga teras Villa itu. Pintu besar yang sudah lama tidak ia sentuh setelah kepergian sang Mama.

"Selamat datang kembali ke Villa ini  Aden." ucap Bi Sutiyem, ART yang membantu mengurus dan membersihkan Villa itu.

"Aden, Aden mau istirahat dulu atau mau makan? Soalnya Bibi teh udah masak." tanyanya kepada Langit dan juga teman-temannya

"Kita istirahat aja dulu Bi, sambil mengemas barang." ucap Arden yang di angguk setuju oleh teman-temannya

"Yaudah atuh, sini Bibi anter ke lantai atas." ajaknya, tangga yang sudah lama tidak Langit injak membuat dirinya terbawa ke masa lalu yang indah namun menyakitkan.

"Nah ini ada beberapa kamar, di bawah juga ada satu kamar. Aden-aden boleh nentuin mau dimana, kecuali pintu yang disitu." ucap Bi Sutiyem, Langit tau kamar yang dimaksud Bi Sutiyem adalah kamar kedua orang tuanya dulu.

"Iya Bi, makasih ya." ucap Senja dengan sangat ramah, ia mengingat sepertinya ia kenal dengan Bi Sutiyem ini.

"Yaudah kalau gitu Bibi turun duluan ya," ucapnya dan Berlalu pergi meninggalkan mereka berlima belas.

"Kamar yang di bawah, tempat tidurnya agak besar, muat untuk 4 orang. Sisanya kamar dengan tempat tidur yang minimal bisa 3 orang." ucap Langit menjelaskan panjang lebar

"Lo kamar yang mana?" tanya Arjuna pada Langit, Langit langsung menunjukkan bahwa ia akan tidur di kamar kedua orangtuanya dulu.

"Kalau gitu, gue, Ezra, sama Arden di kamar yang itu aja." ucap Ryan, mana mungkin kan ia harus bergabung dengan 4 orang yang suka bergosip.

"Berarti gue, sama Arjuna, Darren, dan Reza. Di bawah ya guys ya." ucap Jay dengan semangatnya

"Gue, sama Vania dan juga Geby di kamar itu aj deh." ucap Amanda ia menunjuk kamar yang berhadapan langsung dengan kamar yang ditempati Ryan.

"Jangan bilang kalau Senja tidur sama lo?!" ucap Arjuna seperti mengintimidasi Langit

"Gila, enggak lah. Dia tidur di kamar itu tuh, kamar gue dulu." sanggahnya sambil menunjuk kamarnya

"Oke, kalau gitu kita istirahat sebentar lalu makan." ucap Darren dengan semangatnya

Semua bubar masuk ke dalam kamar yang sudah mereka tentukan, Langit masuk ke dalam kamar bernuansa indah itu. Kamar yang sudah lama tidak dihuni namun masih terlihat bersih, Langit berjalan melihat satu-persatu barang di dalam kamar itu.

Langit melihat meja rias yang sudah usang, meja rias yang selalu menjadi tempat Felicia merias wajahnya. Langit kembali mengingat sosok Almarhumah Mamanya, sedih namun lambat laun juga harus lebih ikhlas.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang