30. Sebuah usaha

642 27 64
                                    

30. Sebuah usaha

HAPPY READING ❤️❤️

Pagi ini Senja tengah mengemas kue-kue yang akan ia bawa untuk di titip di warung-warung dekat rumahnya atau di kantin sekolah, gaji yang ia dapat dari tempatnya bekerja di bagi dua dengan Dina bundanya. Jadi untuk menambah uang tersebut Senja membuat kue-kue ini agar ia juga bisa membayar uang SPP.

Dina hanya membayar uang spp untuk Zian sedangkan Senja ia disuruh untuk membayar sendiri, rasanya Senja seperti ingin pergi cepat-cepat untuk bertemu dengan sang ayah. Ia lelah dengan dunia yang keras ini, dari kecil didik untuk lebih dewasa hingga ketika ayahnya meninggal ia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya.

"Ayo Senja lo harus semangat gak boleh nyerah!" monolognya menguatkan diri sendiri agar lebih kuat dan akan terus kuat menghadapi dunia.

Senja berjalan sambil menenteng keranjang kue tersebut, ketika sampai di depan gang ia tak sengaja melihat sosok laki-laki tinggi, baju sekolah yang tidak teratur, bandana hitam dan juga jaket berlambang singa yang menjadi barang kesayangannya. Senja hanya berlalu begitu saja tanpa melihat ke arah seseorang yang tengah menunggunya dari tadi.

"Selamat pagi sayang." sapa Langit yang tak di gubris oleh Senja

Langit menghela nafasnya "ingatlah Langit ini namanya perjuangan, jadi lo harus sabar." ucapnya dalam hati

"Eh bawa apaan ini? Banyak banget kuenya, untuk di jual atau di kasi ke orang?" pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar tak membuat Senja membuka suara, ia masih diam mengatup kedua bibirnya.

"Pergi bareng aku ayok," ajaknya yang masih tetap setia berjalan di samping Senja.

"Lo bisa gak sih, gak usah ganggu hidup gue lagi!" ucapan Senja membuat Langit tersenyum ternyata Senja masih ingin berbicara dengannya meski harus dengan marah-marah

"Jangan marah dong Sen, aku kan cuman jemput kamu terus pergi sekolah bareng." ucapnya dengan sebuah cengiran yang tak pernah Senja lihat sebelumnya

"Gue bisa pergi sendiri pakek angkot, jadi lo gak perlu lagi repot-repot jemput gue." tolak Senja yang masih berdiri di trotoar menunggu angkot tiba

"Angkot? Oh bis sekolah maksudnya?" tanya Langit yang seolah-olah apa yang dipikirannya itu benar

"Bukan bis, tapi angkutan umum." jelas Senja agar Langit tidak keliru

"Lah kan bis angkutan umum juga." timpalnya yang membuat Senja menghela nafasnya, melihat tingkah anak orang kaya yang tidak tahu angkot.

Sebuah angkutan umum yang Senja tunggu akhirnya tiba, ia masuk ke dalam angkot yang diikuti Langit di belakangnya. Motor yang Langit bawa sudah ia titipkan ke warung yang berada di dekat rumah Senja, ia meminta Jay untuk mengambilnya nanti.

Keadaan angkot yang penuh dengan ibu-ibu yang ingin ke pasar, ada juga anak kecil dan masih remaja yang akan pergi ke sekolah juga, Langit menolehkan kepalanya melihat ke arah Senja yang tengah melihat jalanan luar dari jendela.

"Ih ganteng banget sih kamu nak," puji salah satu ibu-ibu yang tengah menggandeng anak perempuan yang menggunakan seragam merah putih.

"Iya ganteng banget, pasti papanya bule nih ya?" tanya ibu-ibu yang duduk di dekat pojok, Langit hanya tersenyum saja tanpa membalas dengan satu patah kata.

"Kok kamu naik angkot sih, soalnyakan dilihat-lihat kamu dari keluarga yang berada." timpal ibu-ibu yang duduk di sebelah Senja

"Pacar saya lagi marah Bu, makanya saya ikut dia naik angkot aja." Langit sengaja mengatakan hal itu, ia ingin melihat ekspresi wajah Senja.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang