42. Awal dan akhir dari masalah

513 18 6
                                    

HAPPY READING ❤️❤️

42. Awal dan akhir dari masalah

Sore ini mereka baru saja tiba di Jakarta, setelah menghantarkan beberapa teman-temannya yang lain. Langit segera masuk ke dalam rumahnya dan berlari menaiki anak tangga, ia tidak sadar bahwa Erick tengah memperhatikannya dari balkon atas.

"Tolong terus awasi anak itu!" suruhnya pada laki-laki berseragam hitam

"Siap pak!" ucapnya dan berlalu pergi dari hadapan sang penguasa rumah megah ini

"Felicia, aku akan terus menjaga anak kita. Maaf jika aku berbuat kasar dengannya kemarin." monolog laki-laki berbadan tegap, berkulit putih.

Di kamar yang luas dan megah ini, Langit sedang berbaring di atas ranjang King size miliknya. Ia sedikit lelah untuk beberapa hari ini, namun lelahnya terbayarkan dengan moment moment yang indah. Langit tersenyum ke arah bingkai foto yang dimana terdapat seorang perempuan cantik yang tengah duduk bersama anak laki-laki.

"Ma, Langit rindu banget sama Mama. Kalau seandainya Langit punya Mama baru, apa Mama akan marah sama Langit?" setelah mengatakan itu, Langit tertidur dengan bingkai foto yang masih ia pegang.

Langit tertidur dan baru bangun jam 7 malam, sangat lelah yang ia rasakan. Ia beranjak untuk mandi dan setelah itu turun untuk makan malam. Seperti biasa para maid akan menyambut putra tunggal keluarga Anderson.

Beberapa maid menyediakan makanan Langit di atas meja, masih sama meja itu akan tetap kosong dan hanya dirinya sendiri yang makan tanpa ditemani oleh siapapun kecuali para maid.

"Si Tuan itu kemana?" tanyanya dengan penasaran, meskipun terlihat sangat tidak perduli padahal di lubuk hatinya paling dalam Langit masih menyayangi Papanya.

"Tuan Erick sedang ada keperluan diluar dan makan malam diluar, Den." jawab maid, yang berdiri dekat dengan Langit.

"Kunci aja tuh pintu, biar si orang tua itu gak bisa masuk!" suruhnya, ia pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

"Membosankan!"

*****

Pagi ini cuaca cukup cerah bagi Senja, walaupun sudah terlambat tapi ia tetap santai dengan langkahnya, entah kenapa Senja terlalu lelah belakangan ini, hingga mungkin saja ketika ia terlambat nanti ia akan pasrah saja untuk di hukum.

Sesampainya ia di depan pintu gerbang sekolahnya, Senja sedikit berlari pelan karena ia tidak mau membuat pak satpam yang bertugas menunggunya dan menanggung kesalahan nantinya.

"Selamat pagi pak Ujang," sapa Senja sembari mengeluarkan ponselnya. Ia ingin mengecek notifikasi di handphonenya, biasanya di pagi-pagi begini sudah ada notifikasi dari Langit.

"Kok tumben Langit gak ngechat ya, apa dia terlambat hari ini makanya belum bangun." monolog Senja sembari terus memperhatikan benda pipih itu, hingga Senja tersentak tiba-tiba saja ada yang sengaja menabraknya.

"Aduh.." cicitnya pelan.

"Lo kalo jalan tuh liat-liat, buta ya, dasar sampah." maki salah seorang murid yang sengaja menabrak Senja.

"Loh, kok gue_" belum habis Senja berbicara seseorang itu sudah pergi lebih dulu meninggalkan Senja dengan tatapan bingungnya.

Senja kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kelas, tapi di sepanjang jalannya itu banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan sinis bahkan tak segan mengatainya.

"Orang-orang pada kenapa sih, kok liat gue gitu banget." ujar Senja menatap sekitarannya, hingga tatapannya terhenti di salah satu papan mading yang begitu ramai di penuhi anak-anak SMA Angkasa.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang