15. Persaingan

776 35 80
                                    

"terkadang hati dan otak tak sejalan. Otak yang menyuruh untuk meninggalkan sedangkan hati tak mampu untuk melepaskan." ~ Reza

HAPPY READING ❤️❤️

Langit baru saja tiba di sekolah dengan baju yang biasa ia keluarkan, tangannya yang di masukan ke saku celananya dan berjalan di koridor. Ia menyaksikan bagaimana Fajar membela Senja, ada rasa tidak suka saat ia melihat Fajar membela Senja seperti itu.

Langit berjalan di belakang Senja setelah Senja dan Fajar berpisah, Langit langsung menarik tangan Senja membuat sang empunya berbalik badan.

"Ish apa sih narik-narik," ucap Senja dengan mood yang tidak bersahabat.

"Pergi sama siapa?" tanya Langit sambil menundukkan sedikit wajahnya untuk melihat ke arah Senja yang tingginya hanya sedada Langit

Senja mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat wajah Langit, tatapan mereka hanya terjadi lima detik. Dapat Senja lihat sudut bibir langit yang biru, padahal ketika Langit mengantarnya pulang Langit masih baik-baik saja.

"Sudut bibir lo kenapa?" tanya Senja yang langsung mengalihkan pandangannya, dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri 'kenapa ia harus bertanya seperti itu'

"Malah nanya balik," ucap Langit. Dapat Langit lihat ada beberapa murid yang melihat interaksi keduanya

"Sama Fajar," jawaban Senja membuat Langit tersenyum miring ternyata Fajar pun juga tak ingin kalah darinya.

"Jawab pertanyaan gue cepetan," paksa Senja pada Langit.

"Kepo," ucap Langit sambil menyentil dahi Senja yang memar. Senja meringis membuat Langit langsung menepikan rambut Senja yang menutupi dahinya.

Langit terkejut ketika melihat dahi Senja yang memar, ia pun juga sudah menebak bahwa ini ulah dari Bundanya Senja. Yang Langit tak habis pikir kenapa Bunda Senja sangat membenci Senja padahal itu kan anaknya sendiri.

"Kenapa dahi lo bisa memar kayak gini?" tanya Langit yang masih melihat dahi Senja

"Gue kepleset terus kepentok meja," bohongnya pada Langit, Senja langsung menurunkan tangan Langit yang menyeka rambutnya.

Senja berbalik untuk pergi ke kelasnya tapi tangannya malah di tarik Langit menuju ruang UKS, Langit langsung menaikan Senja ke atas brankar sebenarnya Senja bisa saja naik sendiri tapi ia membutuhkan tangga kecil  yang biasa di sediakan di UKS.

Langit yang sedang mencari salap di kotak obat langsung di kejutkan dengan kedua anggota PMR, mereka berdua berjalan mendekat ke arah Langit dan Senja. Raut wajah keduanya juga seperti takut untuk menatap ke arah Langit.

"Kakak lagi butuh apa kesini?" tanya salah satu dari mereka, gadis berambut hitam pendek itu.

"Seharusnya kalian udah ada disini bukan keluyuran kemana-mana," cibir Langit membuat kedua adik kelas itu menunduk takut.

"Maaf kak kami baru saja dari kantin untuk sarapan." jelas perempuan berambut sebahu menggunakan poni

"Udah ga papa kok," ucap Senja tersenyum ramah.

"Ada salap?" tanya Langit pada keduanya

"A-ada kak sebentar ya." ucap Ana si gadis berambut pendek, ia berjalan mendekat ke arah kotak obat yang berada di dalam lemari.

"Ini kak salapnya," ucap Ana yang berjalan mendekati Langit untuk menyerahkan salap itu.

Keduanya memperhatikan Langit yang tengah, mengusapkan salap itu ke dahi Senja yang memar. Sinta gadis berambut sebahu itu sudah salting lebih dulu, Senja hanya tersenyum malu ke arah keduanya.

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang