51. Olimpiade

432 12 0
                                    

HAPPY READING ❤️

51. Olimpiade

Pesta pun telah usai, keluarga Anderson memilih untuk pulang kerumah mereka. Orang tua Erick, mereka langsung kembali ke Amerika, begitu juga dengan Oma dan Eyangnya yang pulang langsung ke Bandung.

Langit sekarang sedang berada di kamarnya mengistirahatkan tubuhnya sejenak, tak lama seorang maid datang mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok

Langit dengan sangat lelah berjalan ke arah pintu dan membukanya "ada apa?"

"Maaf Den, Tuan Anderson memanggil anda untuk ke meja kerjanya sekarang." ucap maid yang berdiri di depan pintu kamarnya

"Ya."

Langit berjalan ke ruangan kerja Erick, disana telah terdapat Fajar dan juga Risa. Langit masuk tanpa mengetuk pintu, hingga atensi mengarah ke pada dirinya.

"Ada apa?" tanya Langit dengan to the point'

"Kemarilah, duduk sebentar, Papa ingin membicarakan sesuatu dengan kalian berdua." ucap Erick sembari menyuruh Langit duduk disebelah Fajar

"Ayah mau ngomong apa?" tanya Fajar, mereka memutuskan sendiri untuk panggilan yang akan diberikan.

"Ayah mau ngomong soal tempat tinggal, nanti malam jam 8 kami berdua akan pergi ke Paris. Jadi untuk itu kami harap kalian bisa akur dan baik-baik saja, Fajar bisa tinggal disini atau dirumah lama kamu, jadi tidak ada masalah untuk itu." ucap Erick panjang lebar, keduanya bahkan masih terkejut karena secepat itu mereka ingin bulan madu.

"Hanya itu?" tanya Langit yang masih menatap Erick

"Iya."

Langit berdiri sembari mengatakan "kalau gitu Langit pamit ke kamar dulu." ucap Langit dan berlalu pergi

Risa segera menyusul Langit ke kamarnya, ia ingin mengatakan sesuatu pada Langit dan itu hanya berdua saja. Risa berjalan mengikuti Langit hingga masuk ke dalam kamar laki-laki itu.

"Bunda ngapain ngikutin Langit?" tanya Langit yang begitu heran

"Bunda mau ngomong sesuatu sama kamu, Bunda paham sekali tentang kamu yang masih belum menerima Bunda dan Fajar sepenuhnya, tapi Bunda mohon untuk bisa menerima kami. Bunda mulai menyayangi Langit seperti anak Bunda sendiri-" ucap Risa sambil memeluk Langit, air mata Risa juga tak bisa di bendung lagi.

"Bunda juga harap Langit bisa akur sama Fajar, boleh Bunda minta tolong sama Langit?" tanya Risa yang sembari mengelap air matanya

"Minta tolong apa?" tanya Langit

"Bunda minta tolong, kalau jam makan Langit bisa satu meja sama Fajar, soalnya Fajar gak suka makan sendiri setelah kepergian Papanya." ucap Risa sambil menatap Langit seperti memohon

Langit yang melihat kasih sayang Risa ke Fajar membuatnya mengangguk "iya nanti Langit usahakan." ucapnya

Risa dengan refleks langsung memeluk Langit "makasih sayang." ucapnya dengan tersenyum

"Baiklah, kamu bisa istirahat sekarang." ucap Risa sambil berjalan keluar dari kamar Langit

Di dalam ruang kerja Erick begitu sunyi, keduanya belum ada yang memulai pembicaraan setelah Risa dan Langit keluar. Fajar duduk diam, ingin permisi keluar tapi ia segan.

"Fajar, ayah minta maaf jika tingkah Langit sering berubah-ubah. Anak itu memang seperti itu, keras kepala dan susah diatur, ayah mohon sama kamu untuk bisa nerima Langit. Jika kami pergi dan kamu kurang nyaman dirumah ini, kamu bisa tinggal dirumah kamu yang disana, ayah beritahu sama kamu, Langit itu hanya butuh tempat pendengar, jika kamu mau, kamu bisa ngajak dia ngobrol setiap waktu." ucap Erick dengan panjang lebar

Cakrawala Senja |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang