3•mobil dinas

784 21 0
                                    

Satu nama, yang tidak akan pernah aku lupakan kesalahannya

***

Almeera mendengarkan lagu Nadine Amizah di dalam mobil. Tangan satunya memegang stir, lalu tangan satu lagi membuka kotak makan yang di berikan bunda.

Ia berdecak kesal ketika mendengar sirine mobil yang ada di balakangnya. Hal itu membuat fokus Almeera menjadi hilang.

Ia melihat dari pantulan cermin, mobil dinas milik TNI angkatan laut seperti ingin mengambil alih jalanan yang ada di depannya

"Ayolah, menyingkir"- ujar seorang pria yang mengambil alis stir mobil.

Pria itu terus saja menggerutu ketika ia melihat mobil putih yang berada di depan itu, dia tidak mau menepi dari jalan

Apakah dia tidak tau kalau ada keadaan darurat yang harus Juna selesaikan bersama dengan anggota militer yang lainnya?

'Dia tuli, atau bagaimana?'

"Kau ini mau bawa kami mati, atau bagaimana pak?"- ujar Alneet. Tangannya menggenggam tas yang ia pangku dengan erat

"Kau lihat saja pengemudi itu, Net. Tidak mau menyingkir"

Dengan kesal Juna menekan tombol klaskon beberapa kali, tetapi mobil itu tidak mau mengalah dan menepi dari jalan.

"Ya sudah, kau tabrak saja mobil depan itu. Kau mati, dia itu mati, kami pun mati, Pak"

"Dasar. Gak mau ngalah, memangnya mereka pikir jalanan ini punya bapak moyang mereka apa? lagi pula kan ini jalan umum, kalau gak mau ngerasain macet, kenapa gak lewat jalan tol aja coba?"

Almeera terus saja menggerutu di dalam mobil, sembari menikmati roti bakar lezat buatan bunda yang menjadi menu sarapannya pagi ini.

Almeera melihat mobil dinas itu sudah tidak ada lagi di belakang. Payah

**
Tatapan sinis mulai di rasakan oleh Almeera ketika ia memasuki area sekolahnya. Tapi Almeera tidak pernah memperdulikan mereka.

Satu-satunya teman Almeera di sekolah hanya Zatira. Dulu, banyak dari mereka yang mencoba berteman dengan Almeera, tetapi Almeera menutup diri untuk berteman dengan mereka yang ingin formalitas ketenaran saja.

Tatapan mata para pria juga mulai terlihat dari bayangan matanya. Bahkan beberapa dari mereka pernah ada yang mengungkapkan perasaannya pada Almeera.

Almeera menolaknya. Ia tidak suka pria yang usianya sama dengannya. Almeera hanya tertarik pada pria yang usianya tiga sampai lima tahun di atasnya. Tapi itu dulu, sebelum ia bertemu dengan Daniel.

"Woi. Mir!"- kata Zatira, ketika ia melihat Almeera berjalan ke kursi kekuasaan mereka.

Melihat wajah Almeera tidak bersemangat membuat Zatira ingin segera tau apa penyebabnya.

"Kenapa lo? muka lo asem banget"- pekik Zatira. Sementara Almeera mendesah

"Oh my god. Tir, TBL banget"

Zatira mengerutkan dahinya kemudian mengangkat kedua bahunya. Almeera selalu seperti itu, membuka topik percakapan dengan kata-kata alaynya.

"Tadi gue liat segerombolan mobil TNI gitu, trus sirine mobilnya udah ganggu ketenangan pagi gue"

Zatira menghembuskan nafas gusarnya, pernyataan tidak penting baru saja ia dengar pagi ini

"Terus?"

"Loh. Kok malah terus-terus sih"

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang