mengenang kamu

466 8 3
                                    

Halo, komandan! apa kabar?
semoga kabarmu selalu baik,
dan semoga tuhan selalu melindungi kamu, dimana pun kamu berada.

Tulisan ini hanya untuk mengenang luka, tidak ada niat jahat untuk merusak rumah tangga, sama sekali tidak.

tepatnya di bulan september,
beberapa hari sebelum hari pernikahanmu.
kala itu, di sore hari.
kabar baik yang aku terima dari kamu,
perihal undangan yang sudah sampai,
tepat pada orang yang kamu tuju.

jas berwarna abu abu,
dengan sedikit corak berwarna hitam.
kenapa abu-abu dan hitam?
bukannya warna kesukaanmu adalah warna merah?
tapi, gaun cantik berwarna merah muda, dengan bunga yang ada di genggaman tangannya, seakan melambangkan bahwa calon istrimu memang cantik dan berwibawa.

lengkungan senyum itu juga terlihat jelas di bibirmu, dengan bentuk tubuhmu yang gagah.
"ah iya, kamu akan segera menjadi milik orang lain sekarang."- itu kata ku, ketika melihat undangan lewat via whatsapp di bulan september.

air mata menetes, tanpa aku sadari.
ketika menengar lagu yang selalu menemani kita di dalam mobil, di perjalanan menuju pulang.
ternyata lagu itu sudah menjadi milikmu dan juga calon istrimu.
aku bersumpah, aku tidak meminta air mata ini untuk membasahi kelopak mataku.
tapi mungkin saja, naluri di dalam diri ini ikut serta dalam tangisan yang baru saja aku suarakan lewat diam.

lirikan mata ini tertuju pada beberapa foto yang tersisa, tepatnya beberapa foto kita yang masih menempel di dinding kamarku.
ya, ini salah.
foto-foto itu tidak seharusnya masih ada di dalam ruangan penuh luka ini.
tapi apa daya, ketika semua kenangan yang pernah ada, sudah aku hapus dan tidak tersimpan lagi.

hanya ada sisa foto itu,
dan kalung dengan liontin jangkar yang masih aku simpan hingga sampai saat ini.

beberapa hari sebelum hari pernikahanmu,
aku datang ke tempat kopi yang sering kita kunjungi dulu,
dan yang lebih sial lagi, ntah ini hanya kebetulan, atau memang sudah takdir dari tuhan,
aku mendengar irama lagu yang di nyanyikan oleh pengisi suara di tempat kopi itu,
dan hampir semuanya adalah lagu-lagu kamu,
lagu-lagu aku juga.
lagu kita.
dulu.

jujur saja,
aku sudah tidak ingin berada di dunia yang berporoskan tentangmu,
sebab kamu sudah menjadi milik orang lain sekarang,
jadi, bagaimana kalau kita lupakan saja?
jangan cari aku ada dimana,
bahagia atau tidaknya kamu,
itu sudah bukan urusanku lagi.

maka dengan itu, aku akan berterima kasih padamu.
terima kasih sudah mematahkan,
tidak apa, biar aku saja yang bereskan.
kamu pergi saja, penuhi ingin-inginmu,
bersama dengan istrimu.

lupakan saja tentang ingin-ingin kita,
ingin mengucap janji suci di pantai losari,
lupakan, dan berbahagia lah.

kamu tenang saja,
namamu tidak akan pernah sirna di dalam cerita perjalanan hidupku,
tidak akan pernah hilang di makan oleh waktu.

kalau aku terus saja memikirkan kamu,
lalu bagaimana dengan seseorang yang akan hadir setelah aku berhasil sembuh dari luka?
aku tidak ingin menyakitinya,
tidak ingin menyakiti diriku juga.

sebab sudah banyak goresan luka di tubuhku setelah kamu pergi,
dan rambutku yang panjang dan hitam, kesukaanmu dulu.
kini warnanya pun sudah berubah,
jauh berbeda dengan aku yang dulu.

kini, aku menemukan diriku sendiri.
dan esok hari, tepat di tanggal pernikahanmu di laksanakan, jam lima sore.
aku akan menyimpan foto yang menempel di dinding,
dan menyimpan kalung dengan liontin jangkar di sebuah kotak yang tidak akan pernah aku buka lagi.

aku ingin memulai hidup,
hidup yang lebih waras,
seperti manusia lain pada umumnya.
bukan seeorang yang kerjanya hanya merenung di dalam kamar,
sambil memikirkan seseorang, yang bahkan seseorang itu tidak pernah memikirkannya.

aku ingin hidup,
dengan calon suami ku,
aku akan ikut, kemanapun dia pergi.
doakan saja,
semoga tidak ada hambatan di perjalanan menuju ikatan suci,
untuk kami berdua.

doakan saja,
semoga kami selalu bahagia,
doakan,
semoga kami selalu damai,
dan di jauhi oleh suara-suara yang berasal dari masalalu.

aku ingin hidup seperti manusia biasa,
hidup sampai tua,
sampai tuhan benar-benar memanggilku pulang.
setelah berkali-kali aku berusaha untuk membuat diriku bertemu dengan tuhan.

aku ingin hidup bahagia,
dengan calon suami ku,
yang berhasil menghancurkan luka lama dengan sempurna.

berbahagia lah,
berbahagia lah,
berbahagia lah,

dan jika kamu mendapat kabar tentang kematianku nanti,
jangan datang ke kepemakamanku,
sebab calon suamiku adalah seseorang yang pencemburu, juga.
kalau kamu mendengar kabar tentang kematianku nanti,
kamu pun tau kamu harus datang kemana.

aku tau kamu akan membaca tulisan ini,
dan aku berdoa pada tuhan semoga kamu yang mati duluan,
agar kamu tidak perlu bersusah payah menemuiku di pemakaman,

oh ya,
teman-temanmu,
terima kasih, untuk nama-nama yang tidak bisa aku sebutkan di sini.
terima kasih karena kalian tidak pernah meninggalkan aku,
terima kasih karena kalian selalu menjadi garda terdepan,
yang terus membela aku,
dan rela meninggalkan teman seperjuangan kalian,
karena kalian tau kenyataan yang sebenarnya,
dan kalian tidak pernah menutup kebenaran.

jakarta, 1 september 2022

Almeera S. Shezan Benazir

2.33 A.M

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang