38•dokter Fahri dan rumah sakit

171 9 0
                                    

"Wahh"- kata Almeera. Ketika ia melihat pangsit rebus sudah ada di atas meja. Gadis itu mengambil sendok dan garpu, lalu memasukan sendok berisikan pangsit ke dalam mulut.

Aktivitasnya terhenti ketika ia melihat dokter Fahri mengangkat kedua tangannya, ia seperti membaca doa sebelum makan. Sedangkan Almeera hanya menyembunyikan rasa malunya. Ia menaruh sendok itu di atas piring, lalu mengangkat kedua tangannya. Berdoa mengikuti dokter Fahri.

"Amin"

Dokter Fahri melihat Almeera asik melahap makanan miliknya. Almeera memang suka sekali dengan pangsit rebus.

Menurut Fahri, Almeera berbeda dengan perempuan lain. Ia selalu bersikap apa adanya. Bahkan tidak jaim ketika Almeera makan di depan pria asing seperti dokter Fahri.

"Enak banget"- pekik Almeera

"Almeera"

Almeera hanya bergumam.

"Pelan-pelan makannya"

Almeera tidak menjawab, ia menyeruput kuah pangsit itu langsung dari mangkuknya. Beberapa lama kemudian ia tersedak oleh kuah pangsit itu.

Dokter Fahri dengan singap mengambil gelas berisikan air mineral dan memberikannya kepada Almeera "Ini, di minum"

Almeera meneguk air mineral itu sampai habis. Kemudian ia menunjukan sederet gigi putihnya. Dokter Fahri hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya ketika ia melihat tingkah Almeera.

"Pak dokter"

Dokter Fahri menatap mata Almeera

"Besok datang kan, ke resepsi pernikahan Zatira?"

Dokter Fahri mengangguk "Datang, kamu?"

"Ya, datang dong. Zatira kan teman dekatnya Almeera. Masa iya Almeera absen ke acara penting Zatira"

"Datang sama siapa?"

Almeera diam, tidak menjawab. Almeera masih memikirkan tentang kejadian kemarin, pertengkaran hebat yang terjadi antara ia dan juga Juna, masih belum reda sampai sekarang.

Juna bahkan tidak bisa di hubungi. Ntah apa yang sedang di lakukan oleh Juna sehingga ia tidak bisa mengangkat telfon Almeera

"Kenapa diam?"

Almeera menatap mata dokter Fahri, lalu tersenyum "Gak papa kok"- katanya.

Dokter Fahri tau kalau Almeera seperti sedang menyembunyikan sesuatu "Almeera kalo ada masalah, cerita aja ke saya. Saja janji kalo saya gak akan cerita ke siapa-siapa lagi"

Tidak ada jawaban

"Sedang bertengkar, ya?"

Almeera mengangguk, ia juga manaruh curiga pada dokter Fahri. Apakah dokter Fahri adalah titisan para peramal seperti yang pernah ia lihat di televisi?

"Sama Juna?"

Ia kembali mengangguk

"Gak papa, itu sudah biasa terjadi di dalam suatu hubungan"

Almeera menghela nafas gusarnya. Ia jadi tidak selera menghabiskan makanan kesukaannya. Almeera sebenarnya ingin sekali menghubungi Juna, ia ingin memeluk Juna dan meminta maaf pada Juna, tapi kehalang oleh gengsi.

"Almeera. Kadang, kita harus menurunkan ego dan gengsi kita untuk orang yang kita sayang. Kamu itu sudah dewasa, bukan lagi anak kecil yang kalo bertengkar, terus menyelesaikan masalah dengan cara diam"

Benar kan, dokter Fahri adalah titisan peramal

"Iya"

"Iya apa?"

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang