31•berkenala

184 10 0
                                    

"Bun, Mira berangkat dulu"- Almeera menyalimi punggung tangan Herlina.

Kemudian Herlina memberikan Almeera dua papper bag berukuran sedang, berisikan nasi dan lauk pauk.

"Loh. Kok banyak banget bun?"

"Iya. Nanti kalo kamu sempat mampir ke kampus, kamu tolong kasih ini ke dokter Fahri"

Almeera mengangguk. "Oke bun"- kata Almeera, seraya mengambil dua papper bag itu.

"Almeera, hati-hati ya nak"

"Iya, bun. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Almeera berjalan meninggalkan ruang tamu. Ketika ia hendak membuka pintu mobilnya, sebuah mobil berhenti tepat di dekatnya.

Almeera menoleh, melihat plat nomor mobil sedan berwarna putih yang sudah terparkir itu. Kemudian Almeera berjalan ke arah pintu pengemudi, ia melihat seorang pria menggunakan jas berwarna putih.

"Selamat pagi, pak dokter" - sapa Almeera, dokter Fahri tersenyum ke arah Almeera. Begitu juga sebaliknya.

Almeera perlahan mulai bersikap biasa saja dengan dokter Fahri, ia tidak ingin merasa canggung dengan orang yang sudah banyak sekali membantunya dan juga keluarganya.

Dokter Fahri membuka pintu mobil. Ia berdiri di depan Almeera, melihat ada banyak sekali jinjingan di tangan Almeera, termasuk laptop dan dua kantung papper bag.

"Almeera, kamu mau berangkat ke kantor, atau ke kampus?"

"Ke kantor, pak dokter. Tapi, nanti siang ada kelas"

"Saya aja yang antar kamu ke kantor kalo gitu"

Almeera tersenyum "Ngga usah pak dokter, biar Mira berangkat sendiri aja. Lagi pula, Mira mau ada urusan di luar"- kata Almeera

"Oh ya, pak dokter. Ada titipan dari bunda"

Almeera memberikan satu papper bag kepada dokter Fahri. Pria itu mengambilnya dari tangan Almeera.

Herlina sangat baik padanya.

"Ya sudah. Almeera, nanti kalo ada apa-apa tolong langsung kasih tau saya. Saya gak mau kamu kesulitan sendiri"

Almeera mengangguk. "Siap, pak dokter"

"Almeera, kalo ada waktu kosong untuk makan siang di kantor. Saya mau temuin kamu nanti"

Almeera diam beberapa saat. Dokter Fahri tidak pernah berhenti untuk mencoba mendekati Almeera, Almeera baik dengan dokter Fahri karena ia merasa tidak enak hati

Dokter Fahri melihat ada keraguan di mata Almeera "Ya kalo kamu gak bolehin, ya gak papa"

Almeera menoleh "Cuma makan siang aja, kan?"

Dokter Fahri mengangguk "Iya. Itu juga kalo kamu mau, kalo gak juga gak papa"

"Ngga. Gak papa kok, pak dokter datang aja ke tempat Mira nanti siang"

Dokter Fahri tersenyum "Nanti saya kabari kamu, ya?"- jawabnya "Oh ya, Almeera"

Almeera menoleh

"Bagaimana lukanya, sudah membaik?"

Almeera mengangguk "Udah kok pak dokter, nanti juga sembuh sendiri"

"Nanti kalo lukanya sakit, atau terasa nyeri. Kasih tau saya ya"

Almeera mengangguk "Ya, pak dokter. Makasih ya, karena pak dokter selalu bantu Almeera, bunda, kak Aaliyah"

"Sudah tugas saya membantu orang yang saya cinta, Almeera"

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang