26•pilihan

210 10 0
                                    

"Iya. Gue temen lo, tapi kalo gue jadi lo, gue gak akan nolak dokter Fahri. Mir, karna cuma perempuan bodoh yang nolak dokter ganteng kaya dokter Fahri"

"Jadi. Maksud lo, gue bodoh gitu?"

Zatira mengangguk. Menyebalkan.

"Mir. Dokter Fahri itu masuk ke dalam tipe lo. Banget malah, ya emang sih lo lebih suka cowo yang gagah dan hitam manis kaya Juna. Tapi, liat deh. Dokter Fahri itu definisi laki-laki sempurna"

Almeera berdecak kesal, melihat Zatira begitu labil. Dulu, ia sangat mendukung hubungan Almeera dengan Juna. Lalu, sekarang ketika ia melihat wajah dokter Fahri yang katanya tampan, kata Zatira ya, bukan kata ku. Ia langsung mendukung Almeera dengan dokter Fahri.

"Terus Juna gimana?"

"Gimana apanya? lo aja gak tau kabar dia satu tahun ini, ya emang sih susah sinyal, tapi kan kita gak ada yang tau Juna di sana ngapain aja"

"Hus"- kata Almeera "Gak boleh gitu ah, nanti gue jadi overthinking"

"Terus nangis"

"Mir. Saran gue, dari pada lo nunggu kabar yang gak pasti dari Juna. Mending lo coba kenal lebih dalam sama dokter Fahri deh. Atau gini, kalo lo kurang yakin sama gue. Lo solat, lo berdoa sama Allah, minta petunjuk"

Zatira dan Aaliyah sama. Sama-sama selalu menyerahkan semua urusan mereka pada tuhan. Karena menurut mereka, ketika kita mempunyai masalah atau bingung dengan keputusan yang belum pasti, campur tangan tuhan itu lebih baik untuk menentukan pilihan kita kedepannya.

Dokter Fahri menarik kursi yang ada depan meja Almeera, tubuhnya membelakangi Almeera. Kenapa dokter Fahri makan di kantin yang isinya kebanyakan mahasiswa? padahal kan dokter Fahri bisa makan di ruang dosen. Ntah lah, dokter Fahri memang aneh.

Zatira pergi meninggalkan Almeera di kampusnya karena jam makan siang sudah berakhir. Ia harus kembali ke kantor, dan letak kantornya juga tidak begitu jauh dari kampus Almeera.

Almeera bangkit dari kursi, berjalan melewati dokter Fahri tanpa menoleh ke arahnya. Waktu sudah menunjukan waktunya sholat ashar. Ia mengingat apa yang di katakan oleh Zatira pada saat mereka berada di kantin.

Ingat ya Almeera, solat hanya untuk minta petunjuk, bukan menggoyahkan keyakinanmu pada Juna.

Almeera berjalan ke masjid kampus, sudah satu tahun ia kuliah di sini. Tapi baru kali ini Almeera melihat masjid yang bangunannya sangat bagus.

Almeera melipat mukena yang baru selesai ia gunakan, kemudian ia mengambl sling bag dan laptopnya. Berjalan keluar dari area masjid. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar seseorang membacakan lantunan ayat-ayat al quran.

Almeera bersumpah kalau ia tidak pernah mendengar suara yang sangat merdu seperti ini.

Almeera menoleh ke sumber suara. Wajah pria itu tertutup oleh gordeng yang menjadi pembatas antara saf pria dan saf wanita. Almeera membuka pembatas itu, lalu.

Dokter Fahri?

Tidak. Tidak mungkin, si pemilik suara merdu itu pasti bukan dokter Fahri. Almeera mungkin saja salah orang. ia bersembunyi di balik dinding dekat sana.

Antara Aku Dan NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang