Almeera bersembunyi di balik tanaman itu ketika melihat wanita yang sedang bersama dengan Juna berjalan keluar dari sana.
Ia memejamkan mata beberapa saat. Kemudian membuka matanya perlahan ketika mendengar suara mobil sudah pergi menjauh dari area tempat tinggal Juna.
Almeera harus menerima semua kenyataan pahit ini sekarang. Ia tidak ingin berlama-lama berada di dalam permainan kotor laki-laki seperti Juna.
Almeera berjalan memindik, melihat tubuh Juna membelakanginya. Ia seperti sedang menerima panggilan dari seseorang
"Ya, Nan. Kabari kalo sudah dekat"
Nan? Adnan?
Oh. Ternyata Adnan memang benar ikut serta di balik rahasia yang di sembunyikan ini.
Juna menutup telfonnya secara sepihak. Kemudian mencari nama seseorang di daftar panggilannya, setelah itu Juna mulai menghubungi seseorang.
Juna diam membatu ketika mendengar suara pangilan masuk yang jaraknya tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.
Juna membalikan badannya. Mendapati Almeera berdiri di ambang pintu seraya menatapnya dengan tatapan kosong
Almeera tersenyum "Hai. Abang Juna"- katanya. Nada bicara Almeera persis seperti perempuan yang bertemu dengan Juna tadi.
"Ibu dewan"
Cih. Almeera bahkan sudah tidak sudi mendengar Juna memanggilnya dengan nama itu.
Juna berjalan menghampiri Almeera, ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah Juna.
"Berhenti"- tegas Almeera.
Gadis itu menghampiri Juna. Ia terlihat seperti biasa saja, walaupun sebenarnya menyimpan banyak sekali air mata di sana
"Mir, dengarkan saya..."- lirih Juna. Walaupun ia sudah tau resikonya setelah ini.
"Sssttt"
Almeera menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibir Juna. Hingga pria itu diam, ia tidak berani mengeluarkan satu kata pun
"Tidak apa. Tidak perlu menjelaskan apapun, karena saya sudah tau semuanya"- kata Almeera, kemudian gadis itu kembali menarik nafasnya
"Almeera..."- lirih Juna
Almeera tertawa, ia memberanikan diri untuk menatap mata Juna.
Bisa Almeera, kamu pasti bisa.
"Benar. Saya hanya seorang pelajar waktu itu, kemudian saya bertemu dengan kamu, dan ketidak sengajaan itu yang selalu saya seriuskan. Saya pikir, memilih untuk mencintai kamu memang pilihan yang tepat. Tapi kamu sama saja dengan laki-laki yang pernah menyakiti saya"
"Dan saya kira, dua tahun itu sudah cukup untuk membuktikan kalau saya memang benar-benar mencintai kamu. Tapi ternyata menunggu saja tidak cukup, dan kamu sudah menghianati penantian panjang itu. Ya, seorang tentara yang mempunyai jabatan tinggi seperti kamu, mana mau dengan seorang mahasiswi seperti saya. Dan harusnya saya sadar akan hal itu dari dulu, jadi saya tidak perlu menyia-nyiakan waktu selama dua tahun. Kalung, cincin, bunga, serta ucapan manis yang keluar dari mulut kamu, semuanya palsu"
Ketika Juna ingin menjawab, Almeera sudah lebih dulu membungkam Juna dengan ucapannya. Ia tidak ingin mendegar hal apapun yang keluar dari bibir Juna.
"Hebat, saya salut dengan permainan yang kamu mainkan dengan wantita itu dan dua teman kamu yang lainnya. Berkhianat di belakang saya. Oh ya. Jadi, kapan acara pernikahan kamu di langsungkan? minggu depan? atau, bulan depan? atau, dua bulan lagi? oh, tidak perduli kapan acara pernikahan itu. Tapi, saya hanya ingin mengucapkan selamat untuk kamu dan calon jalasenastrimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku Dan Negara
RomanceJuna Mudzaffar Divandra. Seorang yang sedang bertugas di jakarta kemudian bertemu dengan Almeera Shezan Benazir. Pertemuan yang tidak sengaja itu membuat mereka saling jatuh cinta. Juna dan Almeera, dua orang yang sama sama menyimpan banyak sekali l...